ANALISIS KTSP DAN KURTILAS JIKA DILIHAT DARI PERSPEKTIF RUANG LINGKUP
KURIKULUM
PGSD IPA 2
PGSD IPA 2 Semester 6 STKIP Muhammadiyah Kuningan
Rabu, 03 Juni 2015
Senin, 01 Juni 2015
Ilmu Pengetahuan Soaial
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses
pembelajaran hal yang menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran adalah
penilaian. Penilaian adalah suatu cara yang dilakukan oleh seorang guru atau
pendidik untuk mengukur sejauh mana program pengajaran dapat di capai sesuai
dengan tujuan yang diinginkan.
Evaluasi juga
dapat di gunakan oleh seorang guru atau pendidik untuk mengukur sejauh mana
kemampuan siswa, mengukur intelegensi, sikap kepribadian siswa, bakat dan
kemampuan-kemampuan lain yang di miliki oleh siswa.
Dalam dunia
pendidikan evaluasi pembelajaran penting di gunakan karena hal ini merupakan
sebuah factor yang sangat menentukan kekuatan dan kelemahan sebuah proses
pembelajaran. Hasil evaluasi tersebut dapat diguankan sebagai bahan dasar untk
memperbaiki kualitas program pengajaran.
Untuk itu pada
pembahasan kali ini akan disajikan pengertian evaluasi, dan pelaksanaannya
khususnya dalam pembelajaran IPS di sekolah Dasar, seperti teknik dan
macam-macam penilaian yang akan di lakukan serta pedoman atau prinsip yang bisa
di pelajari oleh pendidik.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian evaluasi dan standar apasajakah yang ada di evaluasi?
2. Bagaimanakah
objektivitas dalam evaluasi pembelajaran IPS?
3. Apasajakah
macam-macam tes yang ada dalam evaluasi?
4. Bagaimanakah
teknik penilaian/evaluasi dalam pembelajaran IPS?
5. Bagaimanakah
prinsip-prinsip umum yang ada dalam evaluasi pembelajaran?
6. Bagaimanakah
tujuan dan fungsi penilaian dalam IPS?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk
mengetahui pengertian evaluasi dan standar yang ada di evaluasi.
2. Untuk
mengetahui objektivitas dalam evaluasi pembelajaran IPS.
3. Untuk
mengetahui macam-macam tes yang ada dalam evaluasi pembelajaran IPS.
4. Untuk
mengetahui teknik penilaian/evaluasi dalam pembelajaran IPS.
5. Untuk
mengetahui prinsip-prinsip umum yang ada dalam evaluasi.
6. Untuk
mengetahui tujuan dan fungsi penilaian dalam IPS.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan standar penilaian
atau evaluasi
1. Pengertian
evaluasi
Secara harafiah
evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang
berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily).[1]
Dalam sebuah
buku dikatakan bahwa “evaluation, as we see it, is the systematic collection of
evidence to determine wither infact certain changes are taking place in the
learns as well s to determine the amount or degree of change in individual
students.[2]
Dari definisi di
atas yang perlu di perhatikan, bahwa dalam melakukan penilaian harus yakin
bahwa pendidikan dapat membawa perubahan pada diri anak didik karena ada dua
hal yang harus dilakukan yaitu mengumpulkan bukti-bukti yang cukup untuk
kemudian dijadikan dasar penetapan ada tidaknya perubahan, dan derajat
perubahan yang terjadi.
Bukti-bukti yang
di kumpulkan dapat bersifat kuantitatif, membagi hasil pengukuran berbentuk
angka misalnya dari testing, pemberian tugas penampilan (performance), kertas
kerja, laporan tugas lapangan dan lain-lain. Bukti dapat pula bersipat
kualitatif, tidak berbentuk bilangan, melainkan hanya menunjukan kualifikasi
hasil belajar seperti baik sekali, sedang, rajin, cermat dan lain-lain. Secara
umum evaluasi pada hakikatnya adalah penilaian program, proses dan hasil
pembelajaran.
Menurut Sardiyo (2009: 3) penilaian adalah suatu proses
sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu program.
Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan
informasi tentang hasil belajar siswa yang diperoleh melalui pengukuran untuk
menganalisis atau menjelaskan unjuk kerja atau prestasi siswa dalam mengerjakan
tugas-tugas yang terkait. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sukardi (2008:1)
bahwa evaluasi atau penilaian merupakan proses yang menentukan kondisi, di mana
suatu tujuan telah dapat dicapai. Evaluasi juga merupakan proses memahami,
memberi arti, mendapatkan, dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi keperluan
pengambil keputusan. Menurut Oktaviandi (2012) penilaian atau assessment adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan
tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata)
dan nilai kuantitatif (berupa angka).[3]
Jadi evaluasi atau penilaian adalah suatu
cara yang di lakukan untuk memperoleh, menganalisis hasil belajar peserta didik
serta untuk menentukan kualitas hasil pembelajaran.
Maka dapat
disimpulkan menurut kelompok kami bahwa penilaian adalah suatu proses yang
dilakukan untuk mengetahui kamampuan peserta didik dalam memahami dan menerima
materi pembelajaran yang di sampaikan oleh guru. Evaluasi juga dapat di lakukan
untuk mengungkapkan kelemahan belajar dan di jadikan pedoman untuk guru dalam
memperbaiki proses kegiatan mengajar.
2. Standar
Penilaian
1) Standar
yang mutlak. Dinamakan demikian karena criteria ini bersifat tetap (tidak bisa
di tawar) dan tidak dipengaruhi oleh prestasi suatu kelompok.
2) Standar
yang relative. Pada standar yang relative ini keberhasilan seorang siswa
ditentukan oleh posisinya diantara kelompok siswa yang mengikuti evaluasi.
Dapat juga dikatakan bahwa keberhasilan dipengaruhi oleh tempat relatifnya
dibandingkan dengan prestasi (rata-rata) kelompok.
3) Standar
perbuatan sendiri. Jika menggunakan criteria ini keberhasilan siswa di dasarkan
pada performance yang di lakukan sebelumnya.
Jadi menurut
kelompok kami untuk melakukan suatu penilaian harus berdasarkan standar yang
digunakan agar penilaian itu berhasil dengan baik atau sepurna.
B. Objektifitas Penilaian
Mengadakan
penilaian terhadap kemampuan belajar siswa berarti menetapkan seberapa jauh
siswa telah mencapai tujuan pengajaran yang telah di tetapkan. Untuk itu
penilaian harus dilaksanakan secara obyektif artinya penilaian harus
berdasarkan pada data-data yang konkrit. Penilaian yang di dasarkan pada
ingatan, pikiran dan perasaan senang atau tidak senang akan menghasilkan
seperti yang diharapkan, sebab penilaian semacam itu sama sekali tidak
obyektif.
Data-data yang
konkrit itu dapat diperoleh dengan melaksanakan tes. Jadi tes adalah alat untuk
mengadakan penilaian. Oleh karena itu tingkat obyektifitas penilaian juga
tergantung pada objektivitas alatnya yaitu tes. Bila tes itu mempunyai tingkat
obyektivitas yang tinggi, maka obyektivitas penilaian juga tinggi, suatu tes
dikatakan obyektif, bila pendapat atau pertimbangan-pertimbangan dari pemeriksa
tidak turut berpengaruh dalam proses penentuan angka atau proses scoring. Atau
diperiksa oleh siapapun juga akan menghasilkan yang sama.
Untuk maksud
itulah maka pada waktu sekarang, di dalam dunia pendidikan lebih banyak
digunakan tes yang berbentuk obyektif. Sebab dengan jalan demikian akan
diperoleh hasil penilaian yang obyektif dan dapat mengungkapkan kemampuan
belajar siswa yang sebenarnya. Obyektivitas dalam melaksanakan penilaian sangat
diperlukan agar tujuan penilaian dapat mencapai hasil yang memuaskan.
Maka dapat di
simpulkan menurut kelompok kami bahwa agar penilaian bersifat obyektif perlu di
adakan suatu tes agar menghasilkan suatu data-data yang konkrit dan penilaian
itu benar adanya.
C. Macam-Macam Tes
Tes dapat dibedakan atas beberapa
macam sesuai dengan dari mana kita melihatnya.
1. Bila
dilihat dari segi kualitasnya tes dibedakan atas tes yang telah distandardize
dan tes buatan guru. Tes yang distandardize mempunyai kualitas yang tinggi.
2. Dari
aspek kepribadian yang di ukur, diadakan pembedaan antara tes kemampuan dan tes
keterampilan.
3. Bila
dilihat dari cara mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, tes dibedakan atas
tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan.
4. Bila
di tinjau dari bentuk pertanyaan yang ada dalam tes dibedakan antara tes
subyektif dan tes obyektif.
Belakangan ini
untuk menilai kemampuan belajar siswa lebih sering digunakan tes tertulis
dengan bentuk pertanyaan yang obyektif. Hal itu disebabkan karena tes obyektif
lebih banyak kebaikannya daripada tes subyektif.
Tes harus
relevan dengan tujuan intruksional yang hendak dicapai, mengukur segala aspek
kemampuan siswa sesuai dengan yang dikehendaki oleh tujuan intruksional.
Memiliki daya pembeda yang cukup baik terhadap segala tingkat pemahaman siswa.
Menurut kelompok
kami, macam-macam tes yang digunakan itu sangat bervariasi sehingga untuk
melakukan evaluasi pembelajaran seorang guru dapat menentukan aspek-aspek apa
saja yang dapat di gunakan. Tetapi agar penilaian itu berhasil baik dan
sempurna sebaiknya seorang guru mengadakan tes yang obyektif dengan data-data
yang konkrit.
Karena dengan
adanya data-data yang konkrit dapat disimpulkan bahwa penilaian itu apa adanya
dan dapat di lakukan oleh siapapun serta hasil yang diperoleh akan sama.
D. Teknik Penilaian
Yang dimaksud
dengan teknik penilaian adalah segala macam cara atau prosedur yang ditempuh
guna memperoleh keterangan-keterangan atau data-data yang dipergunakan sebagai
bahan untuk mengadakan penilaian. Data-data itu mungkin bersifat kuantitatif
yaitu apabila data-data itu berupa angka-angka atau dapat juga berupa laporan
atau uraian. Yang terakhir ini bersifat kualitatif. Data-data itu dapat
diperoleh melalui dua cara atau teknik.
Jika berpegang
pada taksonomi Bloom, evaluasi itu meliputi aspek-aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.[4]
Aspek kognitif yaitu kemampuan mengingat atau mengenal kembali dan kemampuan
mentransformasikan sesuatu kedalam kata-kata sendiri. Sedangkan aspek afektif
(sikap dan nilai) yaitu yang berhubungan dengan sikap dan nilai-nilai misalnya
sikap ilmiah dalam mengamati dan menelaah gejala-gejala social, sikap
berprikemanusiaan dalam pergaulan dan menjujngjung tinggi nilai-nilai. Untuk
aspek psikomotor (keterampilan). Keterampilan yang dianggap menjadi tanggung
jawab pengajaran IPS antara lain keterampilan dalam penelitian yang mencakup
keterampilan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan menafsirkan
informasi yang diperoleh, keterampilan berpikirvkritis dalam mengamati dan
menelaah gejala-gejala social dan keterampilan berfartisipasi dalam kegiatan
kelompok. Data yang dapat di peroleh dengan dua teknik diantaranya yaitu:
1. Dengan
menggunakan teknik tes, teknik ini umumnya digunakan untuk mengevaluasi
kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan dan keterampilan hasil belajar, bakat
dan intelegensi seseorang. Jenis-jenis evaluasi mulai dari yang paling
sederhana sampai yang paling kompleks di ungkapkan oleh Muhibbin Syah (1995:143).[5]
1) Pre
test, yaitu dilakukan secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi
baru. Tujuannya untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan
yang akan di sajikan. Evaluasi seperti ini berlangsung singkat dan
sering-sering tidak memerlukan instrument tertulis.
2) Post
test, kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi.
Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah
di ajarkan.
3) Evaluasi
persyaratan, evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pre test. Tujuannya adalah
untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi
baru yang akan di ajarkan. Contohnya evaluasi penguasaan penjumlahan bilangan
sebelum memulai pelajaran perkalian bilangan, karena penjumlahan merupakan
prasyarat atau dasar perkalian.
4) Evaluasi
diagnostic, dilakukan setelah penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan
mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. Instrument
evaluasi jenis ini dititik beratkan pada bahasan tertentu yang dipandang telah
membuat siswa mendapat kesulitan.
5) Evaluasi
formatif, dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul.
Tujuannya adalah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi
diagnostic, yakni untuk mendiagnosis (mengetahui penyakit atau kesulitan)
belajar siswa.
6) Evaluasi
sumatif, dilakukan untuk mengukur kinerja akademis atau prestasi belajar siswa
pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Hasilnya dijadikan bahan
laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik atau
tidaknya ke kelas yang lebih tinggi.
7) EBTA
dan EBTANAS, EBTA (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) dan EBTANAS (Evaluasi Belajar
Tahap Akhir Nasional). Evaluasi ini dirancang untuk siswa yang telah menduduki
kelas tertinggi pada suatu jenjang pendidikan tertentu seperti jenjang SD dan
MI.
2. Dengan
menggunakan teknik non tes diantaranya yaitu:
1) Penilaian
menyeluruh
Salah satu ciri
pembaharuan pengajaran ilmu pengetahuan social bersangkutan dengan lingkup yang
hendak dicapainya, yang tidak terbatas pada aspek kognitif saja, tetapi juga
mencakup aspek keterampilan (intellectual skill, social skill) dan juga aspek
efektif. Ketidak adilan akan dirasakan oleh peserta didik jika evaluasi
dilakukan untuk menilai aspek kognitif saja tanpa melakukan penilaian terhadap
aspek efektif dan keterampilan.
Evaluasi
pembelajaran IPS secara menyeluruh , meliputi bentuk-bentuk tes dan non tes.
Kedalam bentuk tes, termasuk tes objektif, tes esai(uraian) dan tes lisan.
Sedangkan kedalam non tes, meliputi tugas dan penampilan. Dalam pelaksanaan
evaluasi pembelajaran IPS ini tentu saja guru menentukan bentuk mana yang
paling serasi dengan tingkat kemampuan dan perkembangan kemampuan peserta didik
yang dievaluasinya.[6]
2) Penilaian
Keterampilan
Pada dasarnya
penilaian terhadap aspek keterampilan harus lebih dari pada sekedar menilai
pengetahuan tentang bagaimana melakukan keterampilan itu. Untuk mengetahui
keterampilan seseorang melakukan sesuatu, diperlukan tes perbuatan (performance
tes). Dalam melaksanakan tes perbuatan ini perlu diperhatikan dan dibedakan
antara hasil perbuatan dan proses pelaksanaan perbuatan itu sendiri, yang
masing-masing perlu di evaluasi. Dalam mengerjakan soal matematika misalnya,
bias terjadi hasilnya benar tetapi proses (cara) pengerjaannya salah, ataupun
sebaliknya. Melakukan penilaian terhadap keterampilan perlu ditetapkan
kriterianya dan ketika menetapkan criteria tersebut harus dibekali unsure-unsur
yang bias dijadikan ukuran apakah keterampilan (perbuatan) tersebut memenuhi
syarat ataupun tidak.
3) Aspek
Afektif
Selain
pengetahuandan keterampilan, ilmu pengetahuan social juga memiliki tujuan
afektif. Aspek ini bersangkutan dengan perasaan dan sikap seseorang terhadap sesuatu
stimulus, seperti mata pelajaran di sekolah, jenis pekerjaan, perbuatan teman
sekelmpok, kesenian, bahasa dsb.
Aspek tujan
afektif ini memiliki kedudukan penting dalam pengajaran IPS, karena sering kali
cara dan alas an seseorang melakukan sesuatu perbuatan lebih penting
diperhatikan daripada jenis perbuatan itu sendiri.
Salah satu cara
menilai aspek afektif ialah dengan melakukan pengamatan langsung (direct
observation). Prilaku siswa yang dilakukan sehari-hari seperti: buku-buku yang
dibaca, kegemaran (hobby), rekreasi dan pertunjukan hiburan yang disukainya,
semuanya dapat member petunjuk tentang nilai, sikap dan perhatian yang
dipedomaninya.
Maka dapat kami
simpulkan bahwa tekhnik adalah sebuah cara yang di lakukan oleh guru atau
pendidik untuk mengukur kemampuan peserta didik. Kemampuan tersebut dapat di
lihat dalam bentuk data-data atau bisa dikatakan dengan teknik tes. Tetapi agar
evaluasi berjalan sempurna hendaklah bukan hanya teknik tes saja yang di
gunakan tetapi juga teknik non tes artinya evaluasi harus dilkukan secara
menyeluruh agar tercipta hasil pembelajaran yang memuaskan.
E. Prinsip-Prinsip Umum Evaluasi IPS
SD
Prinsip-prinsip umum berikut ini
sangat berguna dalam membantu/membimbing proses evaluasi.
1. Proses
evaluasi harus jelas, bervariasi, objektif, kooperatif, dan berkesinambungan.
2. Evaluasi
sebaiknya merupakan proses pengumpulan data evaluasi dengan tujuan tertentu,
evaluasi itu sendiri janganlah merupakan tujuan.
3. Guru-guru
seharusnya menghubungkan latihan-latihannya sebagai mata pelajaran yang
diajarkan. Sebagai contoh: anak-anak yang telah diajar secara konsisten dalam
tingkat cognitive domain seharusnya diuji pada tingkat kognitif yang lebih
tinggi. Dan anak-anak yang membicarakan tentang ketermapilan, seharunya di uji
keterampilannya.
4. Pengujian/evaluasi
murid terhadap dirinya sendiri seharusnya merupakan bagian yang terbesar dari
proses evaluasi.
5. Evaluasi
bukan merupakan proses kompetensi. Evaluasi sebaiknya melibatkan individu dalam
essessmentnya atau perkembangannya.
6. Aspek
kesehatan mental dari evaluasi harus dipertimbangkan. Sangat baik bagi
guru-guru untuk sering memperhatikan penampilan yang jelek dari muridnya.
7. Evaluasi
bukanlah alat untuk memaksa anak-anak. Malangnya praktek guru-guru dalam
mengevaluasi murid-muridnya sering menyebabkan anak-anak merasa tertekan.
8. Evaluasi
seharusnya meliputi kemajuan dengan suatu tujuan, bukan tugas/kewajiban yang
diberi nilai, walaupun evaluasi memberikan data kepada orang tua murid.
9. Proses
evaluasi dapat digunakan untuk mengukur aspek proses pendidikan, termasuk
proses belajar sendiri. Contoh: penampilan anak-anak dalam proses bertanya dari
observasi, mengevaluasi keaktifan dengan memecahkan masalah adalh contoh dari
tipe aktifitas evaluasi.
10. Evaluasi
harus memperbolehkan perbedaan individu. Beberapa factor, seperti kecerdasan,
pengalaman, latar belakang ekonomi dan social, tuntutan orang tua pada anak,
harus dipertimbangkan oleh para penguji.
11. Evaluasi
harus formatif dan somative. Ini berati bahwa pengalaman belajar sebaiknya
dievaluasi secara kontinu sebagai suatu kemajuan dan seharusnya dievaluasi pada
kesimpulannya.
12. Preassesment
adalah bagian integral dari proses evaluasi. Memberi pree test tertulis atau
menanyakan kepada anak-anak untuk memperlihatkan tugas-tugas tertentu sementara
itu guru-guru mengamati, membantu anak muridnya.
13. Evaluasi
bersifat komperhensif. Sebagai tambahan dari isi evaluasi, evaluasi meliputi
assessment dari penampilan murid dalam lapangan lain seperti kemampuannya untuk
bekerja sendiri atau bekerja sama dengan teman-teman lain.
14. Evaluasi
mengikuti pola-pola yang konsisten sehingga setiap orang mengerti kapan dan
bagaimana di selesaikan/dikerjakan.
15. Evaluasi
adalah proses kerja sama yang melibatkan guru-guru, orang tua murid, murid dan
supervisor.
16. Informasi
yang berasal dari evaluasi harus terorganisir secara sistematis sehingga
memberikan gambaran dari status murid
17. Akhirnya
sebagai kesimpulan, proses evaluasi mata pelajaran IPS merupakan bagian dari
program IPS dari SD sampai SMA.
Jadi dapat disimpulkan menurut kelompok kami bagi
seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran dan pengajaran tentunya akan
melaksanakan evaluasi hendaknya mengerti dan memahami prinsip-prinsip apa yang
ada dalam evaluasi tersebut, sehingga evaluasi berjalan dengan baik.
F.
Tujuan
dan Fungsi Penilaian dalam Pembelajaran
Umumnya
penilaian yang sering dilakukan guru terhadap siswanya bermaksud untuk
mengetahui kemampuan belajar siswa setelah mengikuti pelajaran dalam jangka
waktu tertentu. Sebenarnya tujuan penilaian bukan hanya itu, banyak yang hendak
di capai dengan melaksanakan penilaian terhadap siswa dan dapat dikategorikan
kedalam empat kategori.
1. Penilaian
bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam rangka memperbaiki
proses belajar mengajar. Dalam hal ini penilaian berfungsi sebagai umpan balik
bagi guru yang bersangkutan (formatif).
2. Penilaian
bermaksud untuk memperoleh data-data yang konkrit yang dapat digunakan untuk
mengetahui sejauh mana para siswa telah bergerak kearah pencapaian tujuan,
sehingga guru dapat menetapkan kemajuan belajar (prestasi) siswa yang
bersangkutan. Dalam hal ini penilaian berfungsi sebagai grading (sumatif).
3. Penilaian
bertujuan untuk mendapatkan data-data yang dapat digunakan untuk menafsirkan
tingkat kemampuan yang di miliki siswa dan selanjutnya untuk menempatkannya
dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya
(placement).
4. Penilaian
bertujuan untuk mendapatkan data-data yang dapat menunjukan kesulitan-kesulitan
yang di hadapi siswa dalam belajar, sehingga dapat dicarikan jalan yang tepat
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut (diagnosa).
Sedangkan menurut Muhibbin Syah
(1997:126&142).[7]
1. Untuk
mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu
proses belajar tertentu. Hal ini berati dengan evaluasi guru dapat mengikuti
kemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil proses belajar dan mengajar
yang melibatkan dirinya selaku pembimbing dan pembantu kegitan belajar
siswanya.
2. Untuk
mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya. Dengan
demikian, hasil evaluasi itu dapat dijadikan guru sebagai alat penetap apakah
siswa tersebut termasuk kategori cepat, sedang, atau lambat dalam arti mutu
kemampuan belajarnya.
3. Untuk
mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Hal ini berati
dengan evaluasi, guru akan dapat mengetahui gambaran tingkat usaha siswa. Hal
yang baik umumnya menujukan tingkat usaha yang efisien, sedangkan hasil yang
buruk adalah cermin usaha yang tidak efisien.
4. Untuk
mengetahui hingga sejauh man siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya
(kemampuan kecerdasan yang di milikinya) untuk keperluan belajar.
5. Untuk
mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah di
gunakan guru dalam proses belajar mengajar (PBM).
Selain mempunyai
tujuan evaluasi juga mempunyai fungsi . evaluasi yang kita lakukan dalam proses
pembelajaran IPS memiliki beberapa fungsi yang bermakna, baik bagi guru maupun
bagi peserta didik yang sedang menjalani proses pembelajaran. Bagi guru IPS
evaluasi itu berfungsi mengungkapkan kelemahan proses kegiatan mengajar yang
meliputi bobot materi yang di sajikan, metode yang di terapkan, media yang
digunakan dan strategi yang dilaksanakan. Disini, hasil evaluasi ini dapat
dijadikan dasar untuk memperbaiki kelemahan proses kegiatan mengajar tadi.
Sedangkan di pihak peserta didik, evaluasi ini berfungsi mengungkapkan
penguasaan materi pembelajaran oleh mereka, dan juga untuk mengungkapkan
kemajuannya secara individual ataupun kelompok dalam mempelajari IPS. Sedankan
menurut Muhibbin Syah (1995:142)[8].
1. Fungsi
administrative untuk penyususnan daftar nilai dan pengisian buku rapot.
2. Fungsi
promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan.
3. Fungsi
diagnostic untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencanakan
program remedial teaching (pengajaran perbaikan).
4. Sumber
data BP untuk memasok data siswa tertentu yang memerlukan bimbingan dan
penyuluhan (BP).
5. Bahan
pertimbangan pengembanan pada masa yang akan datang yang meliputi pengembangan
kurikulum, metode dan alat-alat PBM.
Maka dapat di
simpulkan bahwa evaluasi atau penilaian itu memiliki tujuan dan fungsi untuk
mengetahui kemampuan peserta didik juga mengetahui sejauh mana peserta didik
memahami apa yang guru sampaikan selain itu untuk memberikan informasi mengenai
keberhasilan pembelajaran ataupun kegagalan jika peserta didik tidak memahami
apa yang pendidik sajikan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
evaluasi atau
penilaian adalah suatu cara yang di lakukan untuk memperoleh, menganalisis
hasil belajar peserta didik serta untuk menentukan kualitas hasil pembelajaran.
Penilaian pembelajaran baik proses maupun hasil belajar
selayaknya memenuhi bersifat komprehensif mencakup seluruh potensi dan
kemampuan peserta didik disamping perlu memenuhi rasa keadilan bagi peserta
didik. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam menilai selayaknya menggunakan
teknik tes dan non-tes.
Untuk mengadakan evaluasi sebelumnya perlu memahami
prinsip-prinsip yang ada dalam evaluasi agar evaluasi pembelajaran itu berhasil
dengan sempurna. Tujuan dari evaluasi itu sendiri adalah untuk mengetahui
kemampuan peserta didik serta untuk mengukur pembelajaran yang dilakukan oleh
guru mengenai keberhasilan ataupun kegagalan dalam pembelajaran.
B. Saran
Dari pembahasan
ini mahasiswa, calon pendidik ataupun pengajar atau guru diharapkan dapat
mengetahui bagaimana cara melakukan pembelajran Ilmu Pengetahuan Sosial serta
menguasai teknik-teknik penilaian khususnya dalam pembelajaran Ilmu pengetahuan
social. Sehingga dengan itu diharapkan pembelajaran dapat berjalan dengan baik
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamalik Oemar. (2011). Kurikulum dan
pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Supriatna Nana, dkk.2009. Pendidikan
IPS SD. Bandung:UPI PRESS
Sumaatmaja Nursid. 2007. Konsep
Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka
[2] Nana, Srie, dan Ade, Pendidikan IPS di SD.oleh Bloom.
Bandung:UPI PRESS, hal.192
[3]http://phierda.wordpress.com/2012/10/30/penilaian-evaluasi-dalam-pembelajaran-ips-sd-2/
[4] Nana, Srie, dan Ade, Pendidikan IPS di SD.oleh Bloom.
Bandung:UPI PRESS, hal.205
[5] Ibid., hal. 228.
[6] Nursid Sumaatmaja. 2007. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas
Terbuka. Hal, 1.44.
Langganan:
Postingan (Atom)