Rabu, 03 Juni 2015



BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian ADD/ADHD
           

            ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak hingga menyebabkan aktivitas anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Kondisi ini disebut juga sebagai gangguan hiperkinetik. Sebelumnya pernah ada istilah ADD (Attention Deficit Disorder) yang berarti gangguan pemusatan perhatian. Pada saat ditambahkah hyperactivity/hiperaktif penulisan istilahnya manjadi beragam. Ada yang menulis ADHD, AD-HD, dan ada pula yang menulis ADD/H. Penulisan istilah itu, maksudnya adalah sama. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsif. Ciri perilaku seperti ini dapat terjadi dalam berbagai situasi dan berlanjut hingga dewasa.
            Penderita ADD/ADHD termasuk dalam anak berkebutuhan khusus atau ABK. Istilah ABK sebenarnya sama artinya dengan istilah Anak Luar Biasa, tetapi dengan sudut pandang yang berbeda. Jika pada istilah luar biasa lebih menitik beratkan pada kondisi fisik, mental, dan emosional anak, maka pada ABK lebih pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi sesuai dengan potensinya. ABK adalah anak yang memiliki kelainan baik itu fisik, mental, emo-sional, dan atau sosial yang signifikan yang menyebabkan dia sulit untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Untuk itu dia memerlukan pendidikan dan pembelajaran khusus. ABK di bagi menjadi 2 yaitu ABK Permanen dan ABK Temporer. ADD/ADHD termasuk dalam ABK Permanen.
            Gangguan ADD/ADHD menurut Barkley (1995) merupakan kondisi yang sudah terlihat sejak masa balita, dan dapat dibedakan secara jelas dengan anak-anak pada umumnya. Karena, pada anak ADD/ADHD, tampilan perilaku tak terkendali berlangsung terus-menerus di segala situasi. Sedangkan menurut DSM IV, ADHD adalah adanya pola yang menetap dari inattention dan atau hyperactivity-impulsive pada seseorang yang dapat diketahui sebelum berusia 7 tahun, pola di atas  bisa terjadi dalam berbagai situasi seperti  di rumah, sekolah atau situasi sosial lainnya. ADHD adalah kondisi yang bisa terdapat pada anak-anak, remaja bahkan pada orang dewasa. Namun gejalanya biasanya mulai berkembang pada masa kanak-kanak dan berlanjut hingga dewasa. Diperkirakan terdapat 3-5 persen anak-anak atau anak usia sekolah yang mengalami kondisi ini.      
            Erick Taylor dalam bukunya “Anak yang Hiperaktif” mengatakan bahwa kata hiperaktif dinyatakan untuk menyatakan suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mandiri, tidak menaruh perhatian, dan impulsif (semaunya). Sementara itu, Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan bahwa pengertian istilah anak hiperaktif adalah hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi, dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Untuk lebih jelasnya ADHD didefinisikan sebagai berikut :
1.      Gangguan perilaku neurobiologis yang ditandai dengan tingkat inatensi yang berkembang tidak sesuai dan bersifat kronis dan dalam beberapa kasus disertai hiperaktivitas.
2.      Gangguan biokimia kronis dan perkembangan neurologis yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengatur dan mencegah perilaku serta mempertahankan perhatian pada suatu tugas.
3.      Inefisiensi neurologis pada area otak yang mengontrol impuls dan pada pusat pengambilan keputusan (regulasi dan manajemen diri).
            Tanpa adanya penanganan yang tepat, penderita ADD/ADHD dapat menimbulkan konsekuensi yang serius seperti mal-prestasi (under-achievement), kegagalan di sekolah atau pekerjaan, susah menjalin hubungan atau interaksi sosial, rasa tidak percaya diri yang parah, dan juga depresi kronis.





B.   Karakteristik ADD/ADHD

            Karakteristik ADD/ADHD bisa berbeda bagi setiap orang. Gejalanya biasanya mulai tampak saat masa anak-anak. Berikut ini adalah tiga gejala utama ADHD yang umum pada anak-anak :
1.      Hiperaktif. Anak terlihat seperti kelebihan energi, selalu aktif dan tidak bisa diam. Gejala yang biasanya tampak adalah :
a.       Tidak bisa bermain dengan tenang.
b.      Susah berdiam diri, menggeliat, gelisah, dan sering berdiri kembali ketika duduk.
c.       Selalu bergerak, seperti berlari atau memanjat sesuatu.
d.      Tidak bisa duduk dengan tenang.
2.      Inattention atau bermasalah pada perhatian. Berupa gangguan atau kesulitan untuk memperhatikan sesuatu, tetapi tidak hiperaktif atau impulsif. Tipe ini kebanyakan terdapat pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan  digambarkan seperti sedang berada di awang-awang. Gejala yang biasanya tampak adalah :
a.       Sangat susah untuk memusatkan perhatian.
b.      Tampak tidak mendengarkan ketika orang lain berbicara kepadanya.
c.       Perhatiannya sangat mudah teralihkan.
d.      Sering membuat kesalahan akibat kurang berhati-hati atau karena kurang memperhatikan.
e.       Susah mengikuti arahan atau menyelesaikan tugas.
f.       Sering melupakan atau menghilangkan sesuatu.
g.      Memiliki kecenderungan untuk mengingau saat tidur.
3.      Impulsif. Penderita ADD/ADHD biasanya memiliki sifat impulsif atau bertindak tanpa berpikir  (spontan). Impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Gejala yang biasanya tampak adalah :
a.       Kesulitan untuk menunggu giliran.
b.      Menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan selesai atau sebelum diberi kesempatan.
c.       Sering menginterupsi orang lain.
d.      Bertindak impulsif tanpa memikirkan konsekuensinya, seperti berlari di tengah acara formal, mengejar sesuatu yang berbahaya, dan sebagainya.
            Selain ketiga karakteristik di atas, terdapat juga beberapa karakteristik lain yang bisa terjadi pada penderita ADD/ADHD, antara lain :
1.      Menunjukkan sikap menentang atau melanggar peraturan.
2.      Susah untuk bersosialisasi dengan orang lain.
3.      Kurangnya rasa percaya diri.
4.      Kemampuan mengorganisasi yang buruk.
5.      Cepat bosan.
6.      Gelisah.
7.      Sering terburu-buru dalam mengambil keputusan.
           
Dalam buku “Dinamika Pendidikan”  Ibnu Syamsi (1997) menjelaskan ada empat karakteristik dari anak hiperaktif, yaitu:

1.    Overaktivity
Anak overaktivity adalah anak yang suka bergerak  disekitarnya, sering dan lebih cepat, dan gerakan itu tanpa  tujuan. Di sekolah pun mereka sering keluar dari tempat duduk, sewaktu duduk pun kaki dan tangannya tidak pernah diam.  Hal ini menjadikan anak hiperaktif kelihatannya seperti anak yang nakal dan susah diatur.

2.    Distratibility (kebingungan)
Distratibility adalah tingkah laku yang kurang mendapatkan perhatian. Secara khusus, anak ini mengalami hiperaktif dengan cirri-ciri yaitu:
a.    Mempunyai jangka waktu perhatian yang pendek  dan perhatiannya tidak tertambat pada aktivitas yang diikuti oleh sebagian anak-anak.
b.    Fokus perhatiannya berganti dengan cepat  dan sedikit proses belajar yang terjadi dapat dirasakan.
c.    Mempunyai kesulitan untuk memberikan perhatian dan mengarahkan pada rangsangan-rangsangan saat pelajaran di sekolah.

3.    Impulsifity (menurut kata hati)
Impulsifity adalah tingkah laku yang kecenderunganya cepat atau tidak sistematis  dan tidak menghiraukan akibat yang mungkin terjadi dari tindakannya. Tingkah laku anak ini seperti:  memanjat pohon dan tidak dapat turun, menyinggung perasaan orang lain dengan ucapannya, dan berlari diiantara mobil yang diparkir untuk mencari sesuatu.

4.    Exitability (mudah tersinggung)
Exitability adalah tingkah laku yang mudah terangsang untuk sifat positif dan negatif seperti: lekas marah, toleransi yang rendah dan kecewa, perubahan suasana hati  secara dramatis dan cepat. Tingkah lakunya juga sulit diduga, sehingga sulit berinteraksi dengan lingkungannya.


C
           

Penyebab ADHD

Penyebab pasti ADHD belum diketahui secara pasti, namun para peneliti memusatkan objek penelitiannya pada kinerja dan perkembangan otak. Selain itu, terdapat tiga faktor yang dianggap mempengaruhi kondisi ADHD, yaitu:
  • Faktor genetik/keturunan
    Sebagian besar penderita ADHD mendapatkan kondisi ini dari orang tuanya. ADHD memiliki kecenderungan besar terjadi pada keluarga/keturunan.
  • Ketidakseimbangan kimia
    Para ahli meyakini bahwa ketidakseimbangan kimiawi pada otak (neurotransmitter) merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan gejala ADHD.
  • Kinerja otak
    Pada anak yang menderita ADHD, didapati bahwa area otak yang mengontrol perhatian tampak tidak terlalu aktif, dibandingkan dengan anak-anak lainnya yang tidak menderita ADHD.

.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anak ADD/ADHD
Penyebab pasti ADHD belum diketahui secara pasti, namun para peneliti memusatkan objek penelitiannya pada kinerja dan perkembangan otak. Selain itu, terdapat tiga faktor yang dianggap mempengaruhi kondisi ADHD, yaitu:
1.      Faktor genetik/keturunan
Sebagian besar penderita ADHD mendapatkan kondisi ini dari orang tuanya. ADHD memiliki kecenderungan besar terjadi pada keluarga/keturunan.
2.      Ketidakseimbangan kimia
Para ahli meyakini bahwa ketidakseimbangan kimiawi pada otak (neurotransmitter) merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan gejala ADHD.
3.      Kinerja otak
Pada anak yang menderita ADHD, didapati bahwa area otak yang mengontrol perhatian tampak tidak terlalu aktif, dibandingkan dengan anak-anak lainnya yang tidak menderita ADHD.
Perilaku anak ADHD sangat membingungkan dan sangat kontradiktif. Perilaku yang gegabah (kurang terkontrol) dan tidak terorganisir adalah sumber utama bagi stress anak, orang tua, saudara, guru dan teman di kelas. Biasanya, usaha keras dan aturan yang lebih ketat tidak membantu karena sebagian besar anak ADHD sudah berusaha berbuat secara keras. Mereka ingin melakukannya dengan baik, tapi mereka selalu terhambat oleh kontrol diri yang lemah. Hasilnya, mereka merasa sakit, bingung, dan sedih karena tidak dapat berkonsentrasi. Mereka menjadi sering mengompol, membuang barang-barang, atau bahkan memukul karena gagal menyelesaikan pekerjaan dan aktifitas di sekolah dan rumah. (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006: 3)

Faktor Penyebab ADHD
ADHD tidak dapat diidentifikasi secara fisik dengan laboratorium. ADHD hanya dapat dilihat dari perilaku yang sangat kentara pada diri anak ADHD. Karena ADHD adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan beberapa pola perilaku yang sulit dibedakan di antara anak-anak yang kelak suatu hari ditemukan perbedaan beserta penyebabnya.
Perasaan frustrasi dan perasaan tidak berdaya dapat menyerang secara bertubi-tubi pada diri anak ADHD. Sebagaimana David berkata,”Aku tidak punya teman. Oleh karena itu, aku tidak dapat bermain seperti mereka dan jika mereka memanggilku ‘Dope Freak’ atau ‘David Dopey’ aku menangis. Aku tidak tahu harus melakukan apa”. (D.M. Ross dan Ross, 1982)
Sebuah laporan yang ditulis pada 1987 dalam Kongres Amerika Serikat yang disiapkan oleh Inter-Agency Committee of Learning Disabilities menerangkan, bahwa sebab-sebab ADHD ada kaitannya dengan gangguan fungsi neurologis khususnya gangguan di dalam biokimia otak yang mencakup aspek neurologis dari neurotransmitter. Namun para peneliti kurang mengerti dengan jelas mekanisme khusus mengenai bahan kimia neurotransmitter ini. Ternyata, neurotransmitter dapat mempengaruhi perhatian, pengendalian impuls, dan tingkat aktivitas anak.
Penyebab ADHD telah banyak diteliti dan dipelajari, tetapi belum ada satu pun penyebab pasti yang tampak berlaku untuk semua gangguan yang ada. Berbagai virus, zat-zat kimia yang berbahaya dijumpai di lingkungan sekitar, baik di rumah maupun di luar rumah dalam bentuk limbah pabrik, faktor genetika dari salah satu orang tua atau genetik kedua orang tua, masalah selama kehamilan ibu, dan pada saat kelahiran, atau apa saja yang dapat menimbulkan kerusakan perkembangan otak berperan penting sebagai penyebab ADHD.

a. Faktor genetika
Beberapa bukti penelitian menyatakan, bahwa factor genetika adalah factor pentingdalam memunculkan perilaku ADHD (Kuntsi dan Stevenson, 2000; Tannock, 1998).
  • ADHD terjadi dalam keluarga
Satu per tiga dari anggota keluarga anak ADHD memiliki gangguan (Farone,dkk. 2000; Smalley, dkk. 2000). Jadi, jika orang tua mengidap ADHD, anak-anak memiliki resiko ADHD sebesar 60% (Biederman, dkk. 1995).
  • Studi pada anak adopsi
Angka ADHD mendekati tiga kali lebih banyak terjadi pada keturunan langsung dari pada keturunan adopsi (Sprich, Biederan, Crawford, Munday, dan France, 2000).
  • Studi pada anak kembar
Pada anak kembar, jika salah satu anak, yaitu 70-80% mengidap ADHD maka saudaranya juga mengidap ADHD (Levy dan Hay, 2001; Thapar, 2003).
  • Studi gen khusus
Analisis molekul genetika menyatakan, bahwa gen-gen tertentu dapat menyebabkan ADHD pada anak (Faraone, dkk, 1992). Utamanya adalah gen-gen dalam system dopaminergik dan adrenergic dengan dua alasan yaitu struktur otak pada anak ADHD penuh dengan innervasi dopamin dan terapi medis yang meredakan simtom-simtom ADHD.
Secara umum, berdasarkan beberapa penemuan dari sisi keluarga, adopsi, anak kembar, dan gen-gen tertentu, bahwa ADHD adalah penyakit keturunan, meskipun mekanismenya yang lebih tepat belum diketahui (Levydan Hay, 2001)
b. Faktor neurobiologist
ADHD sangat sulit dipahami, namun begitu diduga ada factor langsung maupun tidak langsung dari keadaan neurobiologist (Barkley, 2003; Faraone dan Biederman, 1998). Factor tidak langsung adalah bukti yang tidak mengikutsertakan factor langsung dari otak atau fungsinya dan berasal dari keterkaitan antara peristiwa atau kondisi yang berhubungan dengan status neurologis atau simtom-simtom ADHD, di antaranya adalah:
  • Petistiwa pasca kelahiran, seperti komplikasi kelahiran dan penyakit.
  • Keracunan lingkungan, seperti kandungan timah.
  • Gangguan bahasa dan pembelajaran.
  • Tanda-tanda ketidakmatangan neurologis, seperti berperilaku aneh, lemah keseimbangan dan koordinasi, serta adanya refleks yang tidak normal.
  • Peningkatan dalam simtom-simtom ADHD diakibatkan oleh zat obat-obatan yang dilakukan dalam terapi medis dan diketahui sangat berpengaruh terhadap system jaringan otak sentral.
  • Persamaan di antara simtom-simtom ADHD, simto-simtom yang dihubungkan dengan kerusakan pada korteks prefrontal (Fuster, 1989; Grattal dan Eslinger, 1991).
  • Menurunnya kemampuan anak ADHD pada tes neuropsikologis yang dikaitkan pada fungsi lobus prefrontal (Barkeley, Grodzinsky, dan DuPaul, 1992).
Perbedaan dalam tingkat aliran darah yang menuju bagian otak prefrontal dan jalur-jalur yang menghubungkan daerah ini dengan system limbic, memperlihatkan aliran darah yang lemah pada bagian-bagian ini (Hendren, De Becker, dan Pandina, 2000). Adapun perbedaan yang lain yaitu ketidaknormalan otak dan penemuan-penemuan neurofisiologis dan neurochemical.
c. Diet, alergi, dan zat timah
Terlalu banyak kontroversi mengenai kemungkinan bahwa reaksi karena alergi dan diet adalah penyebab ADHD. Penghubungan ini tidak banyak diterima oleh banyak kalangan (McGee, Stanton, dan Sears, 1993). Sebuah pandangan yang popular pada tahun 70 dan 80-an, bahwa zat tambahan pada makanan menyebabkan anak hiperaktif dan inatentif. Namun penelitian tidak mendukung aturan zat tambahan makanan sebagai penyebab utama ADHD (Onners, 1980; Kavale dan Fornass, 1983). Diet dapat membantu sekelompok kecil anak ADHD. Sebagian besar dari mereka berusia sangat muda dan sebagian dari mereka elergi terhadap makanan tertentu (Arnold, 1999).
Pemburu vs Teori petani adalah hipotesis yang diajukan oleh penulis Thom Hartmann tentang asal-usul ADHD. Teori ini mengusulkan hiperaktif yang mungkin merupakan perilaku adaptif pada manusia pra-modern dan bahwa mereka dengan ADHD mempertahankan beberapa karakteristik yang lebih tua “pemburu” yang berhubungan dengan masyarakat manusia purba pra-pertanian. Menurut teori ini, individu dengan ADHD mungkin lebih mahir mencari dan mencari dan kurang mahir tinggal menempatkan dan mengelola tugas-tugas kompleks dari waktu ke waktu. Bukti lebih lanjut menunjukkan hiperaktif mungkin evolusi bermanfaat adalah mengajukan pada tahun 2006 dalam sebuah studi yang menemukan mungkin membawa manfaat spesifik untuk bentuk tertentu dari masyarakat kuno. Dalam masyarakat, orang dengan ADHD yang diduga telah lebih mahir dalam tugas yang melibatkan risiko atau persaingan
Twin studi sampai saat ini telah menyarankan bahwa sekitar 9% sampai 20% dari varians dalam perilaku hiperaktif-impulsif-leha atau gejala ADHD dapat dikaitkan dengan nonshared lingkungan (nongenetic) faktor. Lingkungan faktor terlibat termasuk alkohol dan paparan asap tembakau selama kehamilan dan paparan lingkungan untuk memimpin dalam kehidupan yang sangat awal. Hubungan merokok dengan ADHD bisa disebabkan oleh nikotin menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen) untuk janin dalam rahim. Bisa juga bahwa wanita dengan ADHD lebih mungkin untuk merokok dan oleh karena itu, karena komponen genetik yang kuat ADHD, lebih cenderung memiliki anak-anak dengan ADHD. Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran-termasuk. prematur lahir mungkin juga memainkan peran. ADHD pasien telah diamati memiliki lebih tinggi daripada tingkat rata-rata cedera kepala. Namun, bukti saat ini tidak menunjukkan bahwa cedera kepala adalah penyebab ADHD pada pasien yang diamati. Infeksi selama kehamilan, saat lahir, dan pada anak usia dini terkait dengan peningkatan risiko mengembangkan ADHD. Ini termasuk berbagai virus (campak, varicella, rubella, Enterovirus) dan infeksi bakteri streptokokus.
Sebuah studi 2007 menghubungkan klorpirifos insektisida organofosfat, yang digunakan pada beberapa buah-buahan dan sayuran, dengan keterlambatan dalam belajar tarif, dikurangi koordinasi fisik, dan masalah perilaku pada anak, terutama ADHD.
Sebuah studi 2010 menemukan bahwa paparan pestisida sangat terkait dengan peningkatan risiko ADHD pada anak-anak. Peneliti menganalisis tingkat residu organofosfat di urin lebih dari 1.100 anak usia 8 sampai 15 tahun, dan menemukan bahwa mereka dengan tingkat tertinggi dialkyl fosfat, yang merupakan hasil pecahan dari pestisida organofosfat, juga memiliki insiden tertinggi ADHD . Secara keseluruhan, mereka menemukan kenaikan 35% pada kemungkinan mengembangkan ADHD dengan setiap kenaikan 10-kali lipat konsentrasi urin residu pestisida. Efeknya terlihat bahkan pada akhir rendah paparan: anak-anak yang punya tingkat, terdeteksi di atas rata-rata dari metabolit pestisida dalam air seni mereka dua kali lebih mungkin seperti yang dilakukan dengan tingkat tidak terdeteksi untuk merekam gejala ADHD.
Zat timah dalam tingkat rendah yang ditemukan pada debu, minyak, dan cat di daerah-daerah yang terdapat gasoline dan cat bertimah yang sekali pakai langsung dibuang dapat dikaitkan dengan simtom-simtom ADHD diruang kelas (Fergusson, Horwood, dan Lynskey, 1993). Namun sebagian besar anak ADHD adalah lemah (Kahn, Kelly, dan Walker, 1995). Kesimpulannya meskipun diet, elergi, dan zat timah telah mendapat perhatian sebagai penyebab ADHD, tetapi jika disebutkan sebagai penyebab utama ADHD belumlah terbukti.
.  Faktor-Faktor Penyebab Hiperaktif
Seorang anak menjadi hiperaktif disebabkan oleh berbagai faktor. Dari berbagai sumber kami menyimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut, antara lain:
1.    Faktor neurologic
Yaitu disebabkan oleh:
a.    Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal, seperti lamanya proses persalinan, distress fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksamia gravidarum atau ekslamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Disamping itu, faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol, serta kandungan yang terkena sinar X

b.    Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Factor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmitter di otak yang berupa depamin (depamin adalah zat yang memelihara proses konsentrasi)

c.    Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, orbital-prefrontal, orbital-limbik otak, khususnya sebelah kanan.

2.    Faktor toksik
Beberapa zat makanan yang mengandung bahan kimia dan suplai makanan yang menyebabkan alergi pada anak dapat mempengaruhi fungsi otak anak, sehingga berdampak pada penginderaan, perasaan, dan tindakan. Makanan- makanan tersebut antara lain:
a.    Makanan yang mengandung kafein, seperti coca cola
b.    Makanan yang mengandung gula, seperti chocolate chip cookies, kue jello, kool-aid, es krim stoberi atau coklat batangan
c.    Bahan makanan yang mengandung pewarna makanan, mono natrium glutamat, bahan-bahan aromatik, salisilat, dan bahan pengawet lainnya
d.   Suplay makanan yang menyebabkan alergi seperti susu, gandum, telur, kedelai, daging sapi, daging babi, daging ayam dan jagung.

3.    Faktor genetic
Didapatkan korelasi yang tinggi dari kasus hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif, kurang lebih dari 25-35 % dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak.

4.    Faktor psikososial dan lingkungan
Lingkungan keluarga yang tidak mendukung perkembangan sosial anak juga menjadi penyebab anak hiperaktif, seperti suasana rumah yang tidak hangat, perilakunya akan sesuai dengan apa yang dipelajari di rumah. Selain itu, tayangan televisi juga akan menyebabkan rentang perhatian anak menjadi pendek karena televisi menyediakan tayangan informasi dan hiburan secara terpotong-potong, dan seringkali orang melakukan sesuatu yang lain saat menontontelevisi.
Dalam buku “Anak yang Hiperaktif”  Erick Taylor (1997) menjelaskan ada lima penyebab dari anak hiperaktif, yaitu:
1.    Kondisi Saat Hamil danPersalinan
Kondisi saat hamil dan persalinan merupakan suatu kondisi yang perlu diperhatikan demi perkembangan anak.  Kondisi janin yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif misalnya keracunan pada akhir kehamilan (ditandai dengan tingginya tekanan darah, pembengkakan kaki dan ekskresi protein melalui urin), cedera pada otak akibat komplikasi persalinan.

2.    Cedera
Cedera yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif adalah cedera pada otak sesudah lahir. Hal ini  disebabkan oleh benturan kuat pada kepala anak.

3.    Tingkat Keracunan Timbal
Keracunan timbal yang parah dapat mengakibatkan kerusakan otak. Hal ini ditandai dengan kesulitan konsentrasi, belajar dan perilaku hiperaktif. Polusi timbal berasal dari industri peleburan baterai, mobil bekas, asap kendaraan atau cat rumah yang tua. Obat untuk mengeluarkan timbal dari dalam tubuh hanya diberikan di bawah pengawasan dokter bagi anak kadar timbalnya sudah sangat tinggi, karena obat tersebut mempunyai efek samping.

4.    Lemah Pendengaran
Lemah pendengaran disebabkan oleh infeksi telinga sehingga anak tidak dapat mereproduksi bunyi yang didengarnya. Akibatnya, tingkah laku menjadi tidak terkendali dan perkembangan bahasanya yang lamban. Segeralah hubungi dokter THT jika anak menunjukkan ciri berikut: perkembangan bahasa yang lambat, lebih banyak memperhatikan mimik lawan bicara, dan lebih banyak berreaksi terhadap perubahan mimik dan isyarat.

5.    Faktor Psikis
Faktor psikis lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan anak dengan dunia luar. Meskipun jarang, hubungan dengan anggota keluarga dapat pula menjadi penyebab hiperaktivitas. Contoh kasusnya seperti: orang tua yang bersikap sangat tegas menyuruh anak berdiri 15 menit di pojok ruangan untuk mengatasi ketidakdisiplinannya. Tapi setelah 15 menit berlalu, maka anak malah mempunyai energi berlebih yang siap meledak dengan akibat lebih negatif dibanding kesalahan sebelumnya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar