BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ADD/ADHD
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak
hingga menyebabkan aktivitas anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan.
Kondisi ini disebut juga sebagai gangguan hiperkinetik. Sebelumnya pernah ada istilah ADD (Attention Deficit Disorder) yang berarti
gangguan pemusatan perhatian. Pada saat ditambahkah hyperactivity/hiperaktif
penulisan istilahnya manjadi beragam. Ada yang menulis ADHD, AD-HD, dan ada pula yang menulis
ADD/H. Penulisan istilah itu, maksudnya adalah sama. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan
pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun)
dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsif.
Ciri perilaku seperti ini dapat terjadi dalam berbagai situasi dan berlanjut
hingga dewasa.
Penderita ADD/ADHD
termasuk dalam anak berkebutuhan khusus atau ABK. Istilah ABK sebenarnya sama artinya dengan istilah Anak Luar Biasa,
tetapi dengan sudut pandang yang berbeda. Jika pada istilah luar biasa lebih
menitik beratkan pada kondisi fisik, mental, dan emosional anak, maka pada ABK
lebih pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi sesuai dengan potensinya. ABK adalah anak yang memiliki kelainan
baik itu fisik, mental, emo-sional, dan atau sosial yang signifikan yang
menyebabkan dia sulit untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Untuk itu
dia memerlukan pendidikan dan pembelajaran khusus. ABK di bagi menjadi 2 yaitu ABK Permanen
dan ABK Temporer. ADD/ADHD termasuk dalam ABK Permanen.
Gangguan ADD/ADHD menurut Barkley (1995) merupakan kondisi yang
sudah terlihat sejak masa balita, dan dapat dibedakan secara jelas dengan
anak-anak pada umumnya. Karena, pada anak ADD/ADHD, tampilan perilaku tak
terkendali berlangsung terus-menerus di segala situasi. Sedangkan menurut DSM
IV, ADHD adalah adanya pola yang menetap dari inattention dan atau
hyperactivity-impulsive pada seseorang yang dapat diketahui sebelum berusia 7
tahun, pola di atas bisa terjadi dalam berbagai situasi
seperti di rumah, sekolah atau situasi sosial lainnya. ADHD adalah kondisi yang bisa terdapat pada anak-anak, remaja
bahkan pada orang dewasa. Namun gejalanya biasanya mulai berkembang pada masa
kanak-kanak dan berlanjut hingga dewasa. Diperkirakan terdapat 3-5 persen
anak-anak atau anak usia sekolah yang mengalami kondisi ini.
Erick Taylor dalam bukunya “Anak
yang Hiperaktif” mengatakan bahwa kata hiperaktif dinyatakan untuk menyatakan
suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mandiri, tidak
menaruh perhatian, dan impulsif (semaunya). Sementara itu, Dr. Seto Mulyadi
dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan bahwa pengertian istilah
anak hiperaktif adalah hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang
menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam,
tidak bisa berkonsentrasi, dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Untuk lebih jelasnya ADHD didefinisikan
sebagai berikut :
1. Gangguan perilaku neurobiologis yang ditandai dengan tingkat inatensi
yang berkembang tidak sesuai dan bersifat kronis dan dalam beberapa kasus
disertai hiperaktivitas.
2. Gangguan biokimia kronis dan perkembangan neurologis yang mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk mengatur dan mencegah perilaku serta mempertahankan perhatian pada
suatu tugas.
3. Inefisiensi neurologis pada area otak yang mengontrol impuls dan pada
pusat pengambilan keputusan (regulasi dan manajemen diri).
Tanpa adanya penanganan yang tepat, penderita ADD/ADHD dapat menimbulkan konsekuensi yang serius
seperti mal-prestasi (under-achievement), kegagalan di sekolah atau pekerjaan,
susah menjalin hubungan atau interaksi sosial, rasa tidak percaya diri yang
parah, dan juga depresi kronis.
B. Karakteristik ADD/ADHD
Karakteristik
ADD/ADHD
bisa berbeda bagi setiap orang. Gejalanya biasanya mulai tampak saat masa
anak-anak. Berikut ini adalah tiga gejala utama ADHD yang umum pada anak-anak :
1. Hiperaktif. Anak terlihat seperti
kelebihan energi, selalu aktif dan tidak bisa diam. Gejala yang biasanya tampak adalah :
a.
Tidak bisa
bermain dengan tenang.
b.
Susah berdiam
diri, menggeliat, gelisah, dan sering berdiri kembali ketika duduk.
c.
Selalu
bergerak, seperti berlari atau memanjat sesuatu.
d.
Tidak bisa duduk
dengan tenang.
2.
Inattention atau bermasalah pada perhatian. Berupa gangguan
atau kesulitan untuk memperhatikan sesuatu, tetapi tidak hiperaktif atau impulsif.
Tipe ini kebanyakan terdapat pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan
digambarkan seperti sedang berada di awang-awang. Gejala yang biasanya tampak adalah :
a.
Sangat susah
untuk memusatkan perhatian.
b.
Tampak tidak
mendengarkan ketika orang lain berbicara kepadanya.
c.
Perhatiannya
sangat mudah teralihkan.
d.
Sering membuat
kesalahan akibat kurang berhati-hati atau karena kurang memperhatikan.
e.
Susah mengikuti
arahan atau menyelesaikan tugas.
f.
Sering
melupakan atau menghilangkan sesuatu.
g.
Memiliki
kecenderungan untuk mengingau saat tidur.
3. Impulsif. Penderita ADD/ADHD biasanya memiliki sifat impulsif atau
bertindak tanpa berpikir (spontan). Impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk
menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan atau melakukan sesuatu
yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan
segera dan tanpa pertimbangan. Gejala yang biasanya tampak adalah :
a.
Kesulitan untuk
menunggu giliran.
b.
Menjawab
pertanyaan sebelum pertanyaan selesai atau sebelum diberi kesempatan.
c.
Sering
menginterupsi orang lain.
d.
Bertindak
impulsif tanpa memikirkan konsekuensinya, seperti berlari di tengah acara
formal, mengejar sesuatu yang berbahaya, dan sebagainya.
Selain
ketiga karakteristik di
atas, terdapat juga beberapa karakteristik lain
yang bisa terjadi pada penderita ADD/ADHD,
antara lain :
1.
Menunjukkan
sikap menentang atau melanggar peraturan.
2.
Susah untuk
bersosialisasi dengan orang lain.
3.
Kurangnya rasa
percaya diri.
4.
Kemampuan
mengorganisasi yang buruk.
5.
Cepat bosan.
6.
Gelisah.
7.
Sering
terburu-buru dalam mengambil keputusan.
Dalam buku “Dinamika
Pendidikan” Ibnu Syamsi (1997) menjelaskan ada empat karakteristik dari
anak hiperaktif, yaitu:
1.
Overaktivity
Anak overaktivity adalah anak
yang suka bergerak disekitarnya, sering dan lebih cepat, dan gerakan itu
tanpa tujuan. Di sekolah pun mereka sering keluar dari tempat duduk,
sewaktu duduk pun kaki dan tangannya tidak pernah diam. Hal ini
menjadikan anak hiperaktif kelihatannya seperti anak yang nakal dan susah
diatur.
2.
Distratibility (kebingungan)
Distratibility adalah tingkah laku yang kurang
mendapatkan perhatian. Secara khusus, anak ini mengalami hiperaktif dengan
cirri-ciri yaitu:
a. Mempunyai jangka waktu perhatian
yang pendek dan perhatiannya tidak tertambat pada aktivitas yang diikuti
oleh sebagian anak-anak.
b.
Fokus perhatiannya
berganti dengan cepat dan sedikit proses belajar yang terjadi dapat
dirasakan.
c.
Mempunyai kesulitan
untuk memberikan perhatian dan mengarahkan pada rangsangan-rangsangan saat
pelajaran di sekolah.
3. Impulsifity (menurut kata hati)
Impulsifity adalah
tingkah laku yang kecenderunganya cepat atau tidak sistematis dan tidak
menghiraukan akibat yang mungkin terjadi dari tindakannya. Tingkah laku anak ini seperti: memanjat
pohon dan tidak dapat turun, menyinggung perasaan orang lain dengan ucapannya,
dan berlari diiantara mobil yang diparkir untuk mencari sesuatu.
4.
Exitability (mudah tersinggung)
Exitability adalah tingkah laku yang mudah terangsang
untuk sifat positif dan negatif seperti: lekas marah, toleransi yang rendah dan
kecewa, perubahan suasana hati secara dramatis dan cepat. Tingkah lakunya
juga sulit diduga, sehingga sulit berinteraksi dengan lingkungannya.
C
Penyebab ADHD
Penyebab pasti ADHD belum diketahui secara pasti, namun para peneliti memusatkan objek penelitiannya pada kinerja dan perkembangan otak. Selain itu, terdapat tiga faktor yang dianggap mempengaruhi kondisi ADHD, yaitu:- Faktor
genetik/keturunan
Sebagian besar penderita ADHD mendapatkan kondisi ini dari orang tuanya. ADHD memiliki kecenderungan besar terjadi pada keluarga/keturunan. - Ketidakseimbangan
kimia
Para ahli meyakini bahwa ketidakseimbangan kimiawi pada otak (neurotransmitter) merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan gejala ADHD. - Kinerja
otak
Pada anak yang menderita ADHD, didapati bahwa area otak yang mengontrol perhatian tampak tidak terlalu aktif, dibandingkan dengan anak-anak lainnya yang tidak menderita ADHD.
. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Anak ADD/ADHD
Penyebab pasti ADHD belum diketahui
secara pasti, namun para peneliti memusatkan objek penelitiannya pada kinerja
dan perkembangan otak. Selain itu, terdapat tiga faktor yang dianggap
mempengaruhi kondisi ADHD, yaitu:
1. Faktor genetik/keturunan
Sebagian besar penderita ADHD mendapatkan kondisi ini
dari orang tuanya. ADHD memiliki kecenderungan besar terjadi pada
keluarga/keturunan.
2. Ketidakseimbangan kimia
Para ahli meyakini bahwa ketidakseimbangan kimiawi
pada otak (neurotransmitter) merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan
gejala ADHD.
3. Kinerja otak
Pada anak yang menderita ADHD, didapati bahwa area
otak yang mengontrol perhatian tampak tidak terlalu aktif, dibandingkan dengan
anak-anak lainnya yang tidak menderita ADHD.
Perilaku anak ADHD sangat membingungkan
dan sangat kontradiktif. Perilaku yang gegabah (kurang terkontrol) dan tidak
terorganisir adalah sumber utama bagi stress anak, orang tua, saudara, guru dan
teman di kelas. Biasanya, usaha keras dan aturan yang lebih ketat tidak
membantu karena sebagian besar anak ADHD sudah berusaha berbuat secara keras.
Mereka ingin melakukannya dengan baik, tapi mereka selalu terhambat oleh
kontrol diri yang lemah. Hasilnya, mereka merasa sakit, bingung, dan sedih
karena tidak dapat berkonsentrasi. Mereka menjadi sering mengompol, membuang
barang-barang, atau bahkan memukul karena gagal menyelesaikan pekerjaan dan
aktifitas di sekolah dan rumah. (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006: 3)
Faktor
Penyebab ADHD
ADHD tidak
dapat diidentifikasi secara fisik dengan laboratorium. ADHD hanya dapat dilihat
dari perilaku yang sangat kentara pada diri anak ADHD. Karena ADHD adalah
istilah yang digunakan untuk menggambarkan beberapa pola perilaku yang sulit
dibedakan di antara anak-anak yang kelak suatu hari ditemukan perbedaan beserta
penyebabnya.
Perasaan
frustrasi dan perasaan tidak berdaya dapat menyerang secara bertubi-tubi pada
diri anak ADHD. Sebagaimana David berkata,”Aku tidak punya teman. Oleh karena
itu, aku tidak dapat bermain seperti mereka dan jika mereka memanggilku ‘Dope
Freak’ atau ‘David Dopey’ aku menangis. Aku tidak tahu harus melakukan apa”.
(D.M. Ross dan Ross, 1982)
Sebuah
laporan yang ditulis pada 1987 dalam Kongres Amerika Serikat yang disiapkan
oleh Inter-Agency Committee of Learning Disabilities menerangkan, bahwa
sebab-sebab ADHD ada kaitannya dengan gangguan fungsi neurologis khususnya
gangguan di dalam biokimia otak yang mencakup aspek neurologis dari
neurotransmitter. Namun para peneliti kurang mengerti dengan jelas mekanisme
khusus mengenai bahan kimia neurotransmitter ini. Ternyata, neurotransmitter
dapat mempengaruhi perhatian, pengendalian impuls, dan tingkat aktivitas anak.
Penyebab
ADHD telah banyak diteliti dan dipelajari, tetapi belum ada satu pun penyebab
pasti yang tampak berlaku untuk semua gangguan yang ada. Berbagai virus,
zat-zat kimia yang berbahaya dijumpai di lingkungan sekitar, baik di rumah
maupun di luar rumah dalam bentuk limbah pabrik, faktor genetika dari salah
satu orang tua atau genetik kedua orang tua, masalah selama kehamilan ibu, dan
pada saat kelahiran, atau apa saja yang dapat menimbulkan kerusakan
perkembangan otak berperan penting sebagai penyebab ADHD.
a. Faktor
genetika
Beberapa
bukti penelitian menyatakan, bahwa factor genetika adalah factor pentingdalam
memunculkan perilaku ADHD (Kuntsi dan Stevenson, 2000; Tannock, 1998).
- ADHD terjadi dalam keluarga
Satu per
tiga dari anggota keluarga anak ADHD memiliki gangguan (Farone,dkk. 2000;
Smalley, dkk. 2000). Jadi, jika orang tua mengidap ADHD, anak-anak memiliki
resiko ADHD sebesar 60% (Biederman, dkk. 1995).
- Studi pada anak adopsi
Angka ADHD mendekati
tiga kali lebih banyak terjadi pada keturunan langsung dari pada keturunan
adopsi (Sprich, Biederan, Crawford, Munday, dan France, 2000).
- Studi pada anak kembar
Pada anak
kembar, jika salah satu anak, yaitu 70-80% mengidap ADHD maka saudaranya juga
mengidap ADHD (Levy dan Hay, 2001; Thapar, 2003).
- Studi gen khusus
Analisis
molekul genetika menyatakan, bahwa gen-gen tertentu dapat menyebabkan ADHD pada
anak (Faraone, dkk, 1992). Utamanya adalah gen-gen dalam system dopaminergik
dan adrenergic dengan dua alasan yaitu struktur otak pada anak ADHD penuh
dengan innervasi dopamin dan terapi medis yang meredakan simtom-simtom ADHD.
Secara umum,
berdasarkan beberapa penemuan dari sisi keluarga, adopsi, anak kembar, dan
gen-gen tertentu, bahwa ADHD adalah penyakit keturunan, meskipun mekanismenya
yang lebih tepat belum diketahui (Levydan Hay, 2001)
b. Faktor
neurobiologist
ADHD sangat
sulit dipahami, namun begitu diduga ada factor langsung maupun tidak langsung
dari keadaan neurobiologist (Barkley, 2003; Faraone dan Biederman, 1998).
Factor tidak langsung adalah bukti yang tidak mengikutsertakan factor langsung
dari otak atau fungsinya dan berasal dari keterkaitan antara peristiwa atau
kondisi yang berhubungan dengan status neurologis atau simtom-simtom ADHD, di
antaranya adalah:
- Petistiwa pasca kelahiran, seperti komplikasi kelahiran dan penyakit.
- Keracunan lingkungan, seperti kandungan timah.
- Gangguan bahasa dan pembelajaran.
- Tanda-tanda ketidakmatangan neurologis, seperti berperilaku aneh, lemah keseimbangan dan koordinasi, serta adanya refleks yang tidak normal.
- Peningkatan dalam simtom-simtom ADHD diakibatkan oleh zat obat-obatan yang dilakukan dalam terapi medis dan diketahui sangat berpengaruh terhadap system jaringan otak sentral.
- Persamaan di antara simtom-simtom ADHD, simto-simtom yang dihubungkan dengan kerusakan pada korteks prefrontal (Fuster, 1989; Grattal dan Eslinger, 1991).
- Menurunnya kemampuan anak ADHD pada tes neuropsikologis yang dikaitkan pada fungsi lobus prefrontal (Barkeley, Grodzinsky, dan DuPaul, 1992).
Perbedaan
dalam tingkat aliran darah yang menuju bagian otak prefrontal dan jalur-jalur
yang menghubungkan daerah ini dengan system limbic, memperlihatkan aliran darah
yang lemah pada bagian-bagian ini (Hendren, De Becker, dan Pandina, 2000).
Adapun perbedaan yang lain yaitu ketidaknormalan otak dan penemuan-penemuan
neurofisiologis dan neurochemical.
c. Diet,
alergi, dan zat timah
Terlalu
banyak kontroversi mengenai kemungkinan bahwa reaksi karena alergi dan diet
adalah penyebab ADHD. Penghubungan ini tidak banyak diterima oleh banyak
kalangan (McGee, Stanton, dan Sears, 1993). Sebuah pandangan yang popular pada
tahun 70 dan 80-an, bahwa zat tambahan pada makanan menyebabkan anak hiperaktif
dan inatentif. Namun penelitian tidak mendukung aturan zat tambahan makanan
sebagai penyebab utama ADHD (Onners, 1980; Kavale dan Fornass, 1983). Diet
dapat membantu sekelompok kecil anak ADHD. Sebagian besar dari mereka berusia
sangat muda dan sebagian dari mereka elergi terhadap makanan tertentu (Arnold,
1999).
Pemburu vs
Teori petani adalah hipotesis yang diajukan oleh penulis Thom Hartmann tentang
asal-usul ADHD. Teori ini mengusulkan hiperaktif yang mungkin merupakan
perilaku adaptif pada manusia pra-modern dan bahwa mereka dengan ADHD mempertahankan
beberapa karakteristik yang lebih tua “pemburu” yang berhubungan dengan
masyarakat manusia purba pra-pertanian. Menurut teori ini, individu dengan ADHD
mungkin lebih mahir mencari dan mencari dan kurang mahir tinggal menempatkan
dan mengelola tugas-tugas kompleks dari waktu ke waktu. Bukti lebih lanjut
menunjukkan hiperaktif mungkin evolusi bermanfaat adalah mengajukan pada tahun
2006 dalam sebuah studi yang menemukan mungkin membawa manfaat spesifik untuk
bentuk tertentu dari masyarakat kuno. Dalam masyarakat, orang dengan ADHD yang
diduga telah lebih mahir dalam tugas yang melibatkan risiko atau persaingan
Twin studi
sampai saat ini telah menyarankan bahwa sekitar 9% sampai 20% dari varians
dalam perilaku hiperaktif-impulsif-leha atau gejala ADHD dapat dikaitkan dengan
nonshared lingkungan (nongenetic) faktor. Lingkungan faktor terlibat termasuk
alkohol dan paparan asap tembakau selama kehamilan dan paparan lingkungan untuk
memimpin dalam kehidupan yang sangat awal. Hubungan merokok dengan ADHD bisa
disebabkan oleh nikotin menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen) untuk janin
dalam rahim. Bisa juga bahwa wanita dengan ADHD lebih mungkin untuk merokok dan
oleh karena itu, karena komponen genetik yang kuat ADHD, lebih cenderung
memiliki anak-anak dengan ADHD. Komplikasi selama kehamilan dan
kelahiran-termasuk. prematur lahir mungkin juga memainkan peran. ADHD pasien
telah diamati memiliki lebih tinggi daripada tingkat rata-rata cedera kepala.
Namun, bukti saat ini tidak menunjukkan bahwa cedera kepala adalah penyebab
ADHD pada pasien yang diamati. Infeksi selama kehamilan, saat lahir, dan pada
anak usia dini terkait dengan peningkatan risiko mengembangkan ADHD. Ini
termasuk berbagai virus (campak, varicella, rubella, Enterovirus) dan infeksi
bakteri streptokokus.
Sebuah studi
2007 menghubungkan klorpirifos insektisida organofosfat, yang digunakan pada
beberapa buah-buahan dan sayuran, dengan keterlambatan dalam belajar tarif,
dikurangi koordinasi fisik, dan masalah perilaku pada anak, terutama ADHD.
Sebuah studi
2010 menemukan bahwa paparan pestisida sangat terkait dengan peningkatan risiko
ADHD pada anak-anak. Peneliti menganalisis tingkat residu organofosfat di urin
lebih dari 1.100 anak usia 8 sampai 15 tahun, dan menemukan bahwa mereka dengan
tingkat tertinggi dialkyl fosfat, yang merupakan hasil pecahan dari pestisida
organofosfat, juga memiliki insiden tertinggi ADHD . Secara keseluruhan, mereka
menemukan kenaikan 35% pada kemungkinan mengembangkan ADHD dengan setiap
kenaikan 10-kali lipat konsentrasi urin residu pestisida. Efeknya terlihat
bahkan pada akhir rendah paparan: anak-anak yang punya tingkat, terdeteksi di
atas rata-rata dari metabolit pestisida dalam air seni mereka dua kali lebih
mungkin seperti yang dilakukan dengan tingkat tidak terdeteksi untuk merekam
gejala ADHD.
Zat timah
dalam tingkat rendah yang ditemukan pada debu, minyak, dan cat di daerah-daerah
yang terdapat gasoline dan cat bertimah yang sekali pakai langsung dibuang
dapat dikaitkan dengan simtom-simtom ADHD diruang kelas (Fergusson, Horwood,
dan Lynskey, 1993). Namun sebagian besar anak ADHD adalah lemah (Kahn, Kelly,
dan Walker, 1995). Kesimpulannya meskipun diet, elergi, dan zat timah telah
mendapat perhatian sebagai penyebab ADHD, tetapi jika disebutkan sebagai penyebab
utama ADHD belumlah terbukti.
. Faktor-Faktor Penyebab Hiperaktif
Seorang anak menjadi hiperaktif
disebabkan oleh berbagai faktor. Dari berbagai sumber kami menyimpulkan bahwa
faktor-faktor tersebut, antara lain:
1.
Faktor neurologic
Yaitu disebabkan oleh:
a.
Insiden hiperaktif yang
lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal,
seperti lamanya proses persalinan, distress fetal, persalinan dengan cara
ekstraksi forcep, toksamia gravidarum atau ekslamsia dibandingkan dengan
kehamilan dan persalinan normal. Disamping itu, faktor seperti bayi yang lahir
dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum
alkohol, serta kandungan yang terkena sinar X
b.
Terjadinya perkembangan
otak yang lambat. Factor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini
banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmitter di
otak yang berupa depamin (depamin adalah zat yang memelihara proses
konsentrasi)
c.
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah
tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, orbital-prefrontal,
orbital-limbik otak, khususnya sebelah kanan.
2.
Faktor toksik
Beberapa
zat makanan yang mengandung bahan kimia dan suplai makanan yang menyebabkan
alergi pada anak dapat mempengaruhi fungsi otak anak, sehingga berdampak pada
penginderaan, perasaan, dan tindakan. Makanan- makanan tersebut antara lain:
a.
Makanan yang mengandung
kafein, seperti coca cola
b.
Makanan yang mengandung
gula, seperti chocolate chip cookies, kue jello, kool-aid, es krim stoberi atau
coklat batangan
c.
Bahan makanan yang
mengandung pewarna makanan, mono natrium glutamat, bahan-bahan aromatik,
salisilat, dan bahan pengawet lainnya
d.
Suplay makanan yang menyebabkan
alergi seperti susu, gandum, telur, kedelai, daging sapi, daging babi, daging
ayam dan jagung.
3.
Faktor genetic
Didapatkan
korelasi yang tinggi dari kasus hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan
anak hiperaktif, kurang lebih dari 25-35 % dari orang tua dan saudara yang masa
kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak.
4.
Faktor psikososial dan lingkungan
Lingkungan
keluarga yang tidak mendukung perkembangan sosial anak juga menjadi penyebab
anak hiperaktif, seperti suasana rumah yang tidak hangat, perilakunya akan
sesuai dengan apa yang dipelajari di rumah. Selain itu, tayangan televisi juga akan menyebabkan rentang perhatian
anak menjadi pendek karena televisi menyediakan tayangan informasi dan hiburan
secara terpotong-potong, dan seringkali orang melakukan sesuatu yang lain saat menontontelevisi.
Dalam buku “Anak yang
Hiperaktif” Erick Taylor (1997) menjelaskan ada lima penyebab dari anak
hiperaktif, yaitu:
1.
Kondisi Saat Hamil danPersalinan
Kondisi saat hamil dan persalinan merupakan
suatu kondisi yang perlu diperhatikan demi perkembangan anak. Kondisi
janin yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif misalnya keracunan pada akhir
kehamilan (ditandai dengan tingginya tekanan darah, pembengkakan kaki dan
ekskresi protein melalui urin), cedera pada otak akibat komplikasi persalinan.
2.
Cedera
Cedera yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif
adalah cedera pada otak sesudah lahir. Hal ini disebabkan oleh benturan
kuat pada kepala anak.
3.
Tingkat Keracunan Timbal
Keracunan timbal yang parah dapat mengakibatkan
kerusakan otak. Hal ini ditandai dengan kesulitan konsentrasi, belajar dan
perilaku hiperaktif. Polusi timbal berasal dari industri peleburan baterai,
mobil bekas, asap kendaraan atau cat rumah yang tua. Obat untuk mengeluarkan
timbal dari dalam tubuh hanya diberikan di bawah pengawasan dokter bagi anak
kadar timbalnya sudah sangat tinggi, karena obat tersebut mempunyai efek
samping.
4.
Lemah Pendengaran
Lemah pendengaran disebabkan oleh infeksi
telinga sehingga anak tidak dapat mereproduksi bunyi yang didengarnya.
Akibatnya, tingkah laku menjadi tidak terkendali dan perkembangan bahasanya
yang lamban. Segeralah hubungi dokter THT jika anak menunjukkan ciri berikut:
perkembangan bahasa yang lambat, lebih banyak memperhatikan mimik lawan bicara,
dan lebih banyak berreaksi terhadap perubahan mimik dan isyarat.
5.
Faktor Psikis
Faktor psikis lebih banyak dipengaruhi oleh
hubungan anak dengan dunia luar. Meskipun jarang, hubungan dengan anggota
keluarga dapat pula menjadi penyebab hiperaktivitas. Contoh kasusnya seperti:
orang tua yang bersikap sangat tegas menyuruh anak berdiri 15 menit di pojok
ruangan untuk mengatasi ketidakdisiplinannya. Tapi setelah 15 menit berlalu,
maka anak malah mempunyai energi berlebih yang siap meledak dengan akibat lebih
negatif dibanding kesalahan sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar