Jumat, 29 Mei 2015

Keterampilan Mengelola Kelompok Kecil Mikrotheacing

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
      Peserta didik selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Sebagai individu peserta didik dapat belajar secara mandiri. Namun karena peserta didik SD masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan serta masih dalam taraf berpikir konkrit (operasional konkrit) menurut Jean Peaget, maka perlu bantuan atau bimbingan guru. Demikian pula guru dalam memberikan bimbingan belajar mengupayakan adanya media atau alat peraga agar mudah dipahami siswa baik dalam mengajar perorangan maupun kelompok kecil. Sebagai makhluk sosial, peserta didik akan bertumbuh dan berkembang dengan baik dalam belajarnya jika berada dalam suatu kelompok. Kelompok belajar yang efektif dan efisien adalah kelompok belajar dalam jumlah kecil. Kelompok kecil memungkinkan semua anggotanya terlibat secara aktif dalam belajar, dibawah bimbingan guru. Demikian guru juga dengan mudah dapat mengarahkan atau memberikan pelayanan dengan baik terhadap kelompok. Untuk itu seorang guru dituntut memiliki keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan?
2.      Apa peran guru dalam pembelajaran kelompok kecil dan perorangan?
3.      Apa ciri-ciri pembelajaran kelompok kecil dan perorangan?
4.      Apa syarat  pembelajaran kelompok kecil dan perorangan agar efektif?
5.      Bagaimana cara pelaksanaan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan?
6.      Apa komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan?



C.    Tujuan
1.      Untuk memahami keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
2.      Untuk memahami peran guru dalam pembelajaran kelompok kecil dan perorangan.
3.      Untuk memahami ciri-ciri pembelajaran kelompok kecil dan perorangan.
4.      Untuk memahami syarat  pembelajaran kelompok kecil dan perorangan agar efektif.
5.      Untuk memahami cara pelaksanaan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan.
6.      Untuk memahami komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.




















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
      Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah kemampuan guru membimbing murid dalam belajar secara kelompok dengan jumlah berkisar antara 3 hingga 5 orang atau paling banyak 8 orang untuk setiap kelompoknya. Sedangkan keterampilan dalam mengajar perorangan  adalah kemampuan guru dalam membimbing murid dalam belajar secara individual terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar atau bermasalah.
      Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik.
      Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dapat dilakukan dengan:
1.      Mengembangkan keterampilan dalam pengorganisasian dengan memberikan motivasi dan membuat variasi dalam pemberian tugas.
2.      Membimbing dan memudahkan belajar, yang mencakup penguatan, proses awal dan interaksi pembelajaran.
3.      Perencanaan penggunaan ruangan
4.      Pemberian tugas yang jelas dan menarik.

Hakikat pembelajaran kelompok kecil dan perorangan ditandai dengan:
1.      Terjadinya hubungan (interaksi) yang akrab dan sehat antar personal (antara guru dengan siswa,siswa dengan guru,dan siswa dengan siswa).
2.      Siswa belajar sesuai dengan kecepatan, cara kemampuan dan minatnya sendiri
3.      Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya.
4.      Siswa dilibatkan dalam penentuan cara-cara belajar yang akan ditempuh dan alat yang akan digunakan.
      `Adapun alasan-alasan perlu dikuasai guru keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan sebagai berikut :
1.      Pada dasarnya murid mempunyai kemampuan dan cara belajar yang berbeda. Guru memperlakukan murid dengan cara yang sama, sehingga perbedaan kemampuan dan cara belajar murid hampir tak pernah mendapat perhatian.
2.      Mengajar kelompok kecil dan perorangan memungkinkan terjadinya hubungan antar pribadi yang lebih akrab dan sehat antar guru dengan murid dan murid dengan murid. Guru dapat memberikan perhatian lebih banyak pada murid yang memerlukannya dan bahkan dapat membuat murid lebih percaya diri.
3.      Murid dapat lebih mudah belajar dengan cara mengajar temannya atau dengan cara belajar bersama teman seperti mengerjakan tugas bersama dan bertukar pendapat.
4.      Kegiatan kelompok kecil memungkinkan murid terlibat lebih aktif dalam belajar, sehingga tanggung jawab murid dalam belajar juga menjadi lebih besar. Bekerja di dalam kelompok memungkinkan murid untuk membangun kebiasaan bekerja sama, tenggang rasa dan saling menghargai. Selain itu, sifat kepemimpinan dapat berkembang karena bekerja dalam kelompok memerlukan seorang pemimpin kelompok.
5.      Sejalan dengan kegiatan kelompok kecil, kegiatan individual atau perorangan juga mempunyai berbagai kekuatan. Dengan belajar sendiri, murid akan mempunyai tanggung jawab belajar yang lebih besar, di samping dapat belajar sesuai dengan kebutuhannya sendiri. Misalnya, jika murid sudah mampu memecahkan soal-soal berhitung yang diberikan guru, ia dapat langsung mengerjakan tugas lain seperti membantu temannya, memecahkan soal yang lebih sukar, atau belajar di perpustakaan.



B.     Peran guru dalam pembelajaran kelompok kecil dan perorangan
1.      Sebagai motivator artinya guru memposisikan diri sebagai  penggerak, yang menumbuhkan semangat dan kekuatan  belajar bagi siswa
2.      Sebagai fasilitator yaitu guru menciptakan lingkungan belajar untuk kelancaran proses pembelajaran dan memberi kemudahan bagi siswa sebagai pelajar.
3.      Organisator pembelajaran yaitu guru mengelola kegiatan pembelajaran sehingga dapat berjalan secara efektif dan efesien.
4.      Pola interaksi pembelajaran artinya adanya interaksi antara guru dan siswa, siswa dan siswa, serta siswa dengan lingkungan.
5.      Pemanfaatan sumber pembelajarn secara luas dan bervariasi yaitu guru merangsang siswa untuk menggunakan atau memanfaatkan berbagai sumber belajar, agar siswa dapat mengembangkan bakat, dan keinginannya demi mencapai hasil belajar yang lebih baik lagi.
6.      Mendiagnosa kesulitan belajar siswa yaitu mencermati permasalahan yang dihadapi siswa, dan dengan keterampilan kelompok kecil ini siswa akan mudah dan bebas menyampaikan permasalahan atau kesulitannya, sehingga guru dapat menyimpulkan kesulitan yang dihadapi siswa dan cara mengatasinya.

C.    Ciri-ciri pembelajaran kelompok kecil dan perorangan
1.      Mempunyai keanggotaan yang jelas
2.      Ada kesadaran kelompok
3.      Mempunyai tujuan yang sama
4.      Saling bergantung dalam memenuhi kebutuhan
5.      Ada interaksi dan komunikasi antara anggota
6.      Ada tindakan bersama.




D.    Syarat  pembelajaran kelompok kecil dan perorangan agar efektif
      Pembelajaran akan efektif dan produktif mencapai tujuannya,apabila pembelajaran tersebut berkondisi:
1.      Mempunyai iklim yang hangat
2.      Sangat kohensif
3.      Ada rasa tanggung jawab
4.      Ada rasa keanggotaan yang kuat pada para anggotanya.

E.     Cara Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kecil dan Perorangan
1.      Pembentukan kelompok
Kelompok-kelompok dapat dibentuk berdasarkan minat, bakat, gaya belajar, latar belakang pengalaman, dan prestasi belajar.
2.      Perancangan tugas kelompok
Tugas yang diberikan pada setiap kelompok dapat berupa paralel ( sama semuanya) atau komplementer (tugas yang berbeda).
3.      Persiapan dan perancangan
Kegiatan ini berupa penyiapan dan pengaturan (setting) ruang belajar, alat dan sumber belajar sehingga pembelajaran akan efektif dan produktif.
4.      Pelaksanaan
Dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Pembelajaran diawali dengan pertemuan klasikal
b.      Setelah semua jelas siswa atau siswi belajar atau mengerjakan tugas
c.       Guru berkeliling memantau kerja siswa/i sambil mengamati manakala ada yang memerlukan bantuan guru
d.      Dalam waktu 15-10 menit, guru mengingatkan waktu akan segera habis
e.       Setelah waktu habis, masing-masing kelompok menyampaikan laporan hasil kerja, kelompok lain memberikan tanggapan dan guru memberikan pemantapan.
f.       Sebagai bahan evaluasi, selain dalam bentuk laporan lisan, guru dapat memanfaatkan laporan tertulis, karya tulis dan lain – lain.
F.     Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
      Komponen keterampilan  mengajar kelompok kecil dan perorangan terdiri dari beberapa komponen yaitu:
1.      Keterampilan Mengadakan Pendekatan Secara Pribadi
            Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi adalah terjadinya hubungan yang sehat dan akrab antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Keterampilan seperti ini hanya bisa dilakukan apabila guru memiliki keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan cara:
·         Menunjukan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku siswa
·         Mendengar dengan penuh rasa simpati gagasan yang dikemukakan siswa
·         Merespon secara positif pendapat siswa
·         Membangun hubungan rasa saling mempercayai
·         Menunjukan kesiapan untuk membantu siswa
·         Menunjukan kesediaan untuk menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian.
·         Berusaha mengendalikan situasi agar siswa merasa aman, terbantu, dan mampu menemukan pemecahan masalah yang dihadapi.

2.      Keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran, yang ditampilkan dengan cara :
·         Memberikan orientasi umum tentang tujuan,tugas atau cara mengerjakannya,
·         Memvariasikan kegiatan untuk mencegah timbulnya kebosanan siswa dalam belajar,
·         Membentuk kelompok yang tepat,
·         Mengkoordinasikan kegiatan,
·         Membagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa,
·         Mengakhiri kegiatan.

3.      Keterampilan membimbing dan memberi kemudahan belajar yang ditampilkan dengan cara:
·         Memberi penguatan secara tepat dan sesuai baik secara khualitas maupun kuantitas sehingga siswa merasa bahwa mereka diperhatikan.
·         Melaksanakan supervisi proses awal yang merupakan operasionalisasi dari sikap tanggap guru terhadap proses kerja siswa pada awal memulai kegiatan pembelajaran.
·         Melaksanakan supervisi proses lanjut yang menekankan pemberian bantuan secar selektif agar kegiatan dapat berrlangsung secara terarah sampai menjelang akhir kegiatan.
·         Melaksanakan supervisi pemaduan yang memsatkan perhatian pada kesiapan kelompok atau perorangan untuk melakukan kegiatan akhir.

4.      Keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan  pembelajaran.
            Pada kegiatan belajar ini guru harus mampu membuat perancanaan yang mantap, yang dapat dibuat dengan cara guru mendiagnosis kemampuan akademik siswa, kemampuan memahami, gaya belajar, kecendrungan minat, serta tingkat kedisiplinan siswaKeterampilan ini terdapat 4 sub komponen yaitu:
·         Membantu siswa menetapkan tujuan belajar
·         Merancang kegiatan belajar bersama siswa
·         Berperan sebagai penasehat siswa bila diperlukan
·         Membantu siswa menilai kemajuan belajarnya sendiri.






BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
      Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik. Adapun cara Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kecil dan Perorangan yaitu Pembentukan kelompokPerancangan tugas kelompokPersiapan dan perancanganPelaksanaan.

B.     Saran
      Dalam proses pembelajaran kelompok kecil atau perorangan hendaknya dapat terealisasikan materi dan tercapai tujuan pembelajaran. Sebagai guru hendaknya kita memanfaatkan situasi ini untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran.




DAFTAR PUSTAKA


Edi Soegito dan Yuliyani Nurani. 2002. Kemampuan Dasar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

E. Mulyasa. 2010. Cet IX. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangka.Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Hamid Darmadi. 2010. Kemampuan Dasar Mengajar: Landasan Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.

Wardani, dkk. 2001. Pembinaan Kompetensi Guru Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.



Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Guru merupakan sosok yang menjadi panutan bagi muridnya, begitulah falsafah yang sering kita dengar. Peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara murid-murid suatu kelas. Secara etimologi atau arti sempit guru adalah seseorang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau kelas. Sedangkan secara lebih luas guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak untuk mencapai kedewasaan masing-masing dalam berpikir dan bertindak. Guru dalam pengertian terakhir bukan sekedar orang yang berdiri di depan kelas saja untuk menyampaikan materi dan pengetahuan tertentu, akan tetapi guru juga merupakan anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya menuju sebuah cita-cita luhur mereka. Untuk mencapai hal tersebut, maka dibutuhkan keterampilan-keterampilan dasar seorang guru dalam mengajar. Sebagai penguasaan keterampilan dasar mengajar, microteaching menjadi salah satu persyaratan utama dalam proses pembelajaran. Menurut Suwarna, (2006:66-92) keterampilan dasar yang dipelajari dalam microteaching adalah  sebagai berikut:
1.    Keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
2.    Keterampilan menjelaskan,
3.    Keterampilan bertanya,
4.    Keterampilan memberikan penguatan,
5.    Keterampilan menggunakan media,
6.    Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil,
7.    Keterampilan mengelola kelas,
8.    Keterampilan mengadakan variasi, dan
9.    Keterampilan mengajar perorangan dan kelompok kecil.
Dalam makalah ini, kami membahas satu dari sembilan keterampilan mengajar, yaitu keterampilan membuka dan menutup pelajaran.

B.  Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut, maka muncullah rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Apakah pengertian keterampilan membuka dan menutup pelajaran?
2.    Apakah tujuan keterampilan membuka dan menutup pelajaran?
3.    Apakah manfaat keterampilan membuka dan menutup pelajaran?
4.    Apakah prinsip-prinsip keterampilan membuka dan menutup pelajaran?
5.    Apakah komponen-komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran?
6.    Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan guru dalam membuka  dan menutup pelajaran?

C.  Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Mengetahui pengertian keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
2.    Mengetahui tujuan keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
3.    Mengetahui manfaat keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
4.    Mengetahui prinsip-prinsip keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
5.    Mengetahui komponen-komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
6.    Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan guru dalam membuka  dan menutup pelajaran.


a.     
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Set Induction and Closure Skills adalah keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai dan dilatihkan kepada calon guru agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif, efisien dan menarik. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran pada dasarnya adalah salah satu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh seorang guru untuk memulai dan mengakhiri suatu pelajaran.
Menurut Soli Abimanyu, membuka pelajaran berarti kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana siap mental dan untuk menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada pelajaran. Menurut Ahmad Sabri membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar dan pada akhirnya akan memudahkan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Dengan demikian, maksud dari membuka pelajaran adalah aktivitas yang dilakukan guru untuk menciptakan kondisi siap mental, menumbuhkan perhatian serta meningkatkan motivasi siswa agar terpusat kepada kegiatan belajar yang akan dilakukan.
Membuka pelajaran memberi gambaran nyata tentang pelajaran yang akan dilaksanakan.  Kegiatan  ini  membantu  guru  mendapatkan  informasi langsung tentang kesiapan siswa di dalam mengikuti pelajaran. Sejauh mana siswa telah mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan hendak dicapai. Dengan demikian pembelajaran akan dimulai sesuai  dengan kondisi awal siswa di kelas tersebut. Apabila menurut pengamatan guru siswa masih belum siap untuk belajar karena aktivitas dan perhatian siswa belum tertuju pada pembelajaran, maka guru harus memberi dorongan untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk memulai pembelajaran. Dorongan tersebut bisa berupa pemberian perhatian khusus pada anak-anak yang terlihat belum siap untuk belajar, mendekati anak, mengajukan pertanyaan tentang diri anak dan bentuk-bentuk perhatian lainnya. Apabila anak sudah siap untuk mengikuti pembelajaran, hal pertama yang dilakukan guru pada saat membuka pelajaran adalah menyampaikan tujuan pembelajaran. Ini penting bagi anak agar mereka siap secara  psikologis. Dengan mengetahui tujuan pembelajaran siswa tahu apa yang didapatkan dari pembelajaran tersebut serta apa manfaatnya bagi mereka. Penyampaian strategi pembelajaran kepada siswa merupakan hal penting lainnya yang harus dilakukan guru di dalam membuka pelajaran. Bagi siswa, ini merupakan gambaran bagaimana cara mereka mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan. Kapan dan bagaimana bentuk keikutsertaan mereka di dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan pada awal pelajaran saja melainkan juga pada awal setiap penggal kegiatan, misalnya pada saat memulai kegiatan tanya jawab, mengenalkan konsep baru, memulai kegiatan diskusi, mengawali pengerjaan tugas, dan lain-lain.
Sedangkan menutup pelajaran merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengakhiri atau menyimpulkan sebuah kegiatan pembelajaran. Menutup pelajaran dapat dilakukan pada akhir setiap penggal kegiatan, misalnya mengakhiri kegiatan diskusi, tanya jawab, menindaklanjuti pekerjaan rumah yang telah dikerjakan siswa dan lain-lain. Kegiatan dalam menutup pelajaran bertujuan untuk memberikan deskripsi atau gambaran secara menyeluruh mengenai apa yang telah dipelajari oleh sis­wa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa serta tingkat keberhasilan guru dalam sebuah proses pembelajaran. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran ini harus dilakukan guru tidak saja pada akhir jam pelajaran tetapi juga pada akhir setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu.
Membuka dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan oleh seorang guru. Agar kegiatan tersebut memberikan manfaat yang berarti terhadap pencapaian tujuan pembelajaran maka perlu dilakukan secara profesional.
Namun demikian, dalam pembelajaran guru sering tidak melakukan usaha membuka dan menutup pelajaran tersebut. Setelah melakukan tugas rutin seperti menenangkan kelas, mengisi daftar hadir, menyuruh siswa menyiapkan alat-alat pelajaran, seringkali guru langsung saja masuk pada kegiatan inti pelajaran. Misalnya guru berkata: “Anak-anak hari ini bu guru akan mengenalkan tentang bentuk pangkat, akar, dan logaritma adalah ...” Setelah pelajaran usai guru tidak melakukan usaha menutup pelajaran. Ia langsung berkata: “Anak-anak waktunya sudah habis, pelajaran ini kita lanjutkan besok. Selamat siang anak-anak”. Selain itu, dalam inti pelajaran yang bermaksud mengajarkan macam-macam bangun ruang dengan sifat-sifatnya, guru menerangkan terus sampai selesai tanpa ada usaha merangkum ciri-ciri bangun ruang. Disamping itu, guru juga tidak melakukan kegiatan membuka pelajaran sebelum menerangkan pengertian bangun ruang. Prosedur mengajar demikian itu tidak memungkinkan mental siswa siap untuk menerima pelajaran dan perhatian siswa belum terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Sebagai akibatnya adalah siswa akan merasa bahwa pelajaran yang diterimanya membosankan, tidak bermakna baginya, susah dipahami, dan mereka akan tidak berusaha keras untuk memahaminya.
Ada berbagai alasan mengapa guru tidak melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran antara lain karena lupa, tidak ada waktu, atau memang belum mempunyai keterampilan untuk melaksanakannya. Karena pentingnya fungsi membuka dan menutup pelajaran ini, maka sangat perlu bagi setiap guru untuk memperoleh pengalaman serta latihan yang intensif dalam membuka dan menutup pelajaran.








B.  Tujuan Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran mempunyai beberapa tujuan, antaralain:
1.    Tujuan membuka pelajaran adalah untuk memusatkan perhatian siswa kepada pelajaran yang akan dipelajarinya dan dengan begitu ia akan konsentrasi selama proses pembelajaran berlangsung. Uzer Usman memaparkan tujuan membuka pelajaran adalah sebagai berikut:
a.    Menyiapkan mental siswa. Kegiatan membuka pelajaran bertujuan untuk menyatukan jiwa dan raga siswa dalam satu tempat dan waktu agar ia ikut merasa terlibat memasuki persoalan yang akan dibahas dan memicu minat serta pemusatan perhatian siswa pada materi pelajaran yang akan dibicarakan dalam kegiatan pembelajaran.
b.    Menumbuhkan semangat, motivasi, dan perhatian siswa agar siswa menyadari batas-batas tugasnya.
c.    Agar siswa memahami hubungan antara materi yang telah dikuasainya dengan materi yang akan dipelajarinya.
d.   Agar siswa menyadari tingkat keberhasilan yang telah dicapainya.
Sementara itu Wina Sanjaya menyebutkan tujuan khusus membuka pelajaran adalah sebagai berikut:
a.    Menarik perhatian siswa, yang bisa dilakukan melalui: meyakinkan siswa bahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan berguna untuk dirinya, melakukan hal-hal yang dianggap aneh bagi siswa, dan melakukan interaksi yang menyenangkan.
b.    Menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang dapat dilakukan dengan: membangun suasana yang akrab sehingga siswa merasa dekat, misalnya menyapa atau berkomunikasi secara kekeluargaan, menimbulkan rasa ingin tahu, misalnya mengajak membahas peristiwa atau topik yang sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat, mengemukakan ide yang bertentangan, misalnya mengemukakan pendapat yang berbeda dengan pendapat masyarakat umum, mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan dengan kebutuhan siswa, mengambil topik yang menarik dan guru meyakinkan siswa bahwa topik tersebut berguna bagi dirinya,
c.    Memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan, yang dapat dilakukan dengan cara: mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta tugas-tugas yang harus dilakukan dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan, menjelaskan langkah-langkah atau tahapan pembelajaran sehingga siswa memahami apa yang harus dilakukan, menjelaskan target atau kemampuan yang harus dimiliki setelah pembelajaran berlangsung, membuat kaitan atau hubungan antara pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa dengan materi atau pengalaman pelajaran yang akan diberikan kepada siswa,
d.   Membuka pelajaran juga dapat digunakan untuk mengetahui entering behavior atau tingkat kesiapan dan penguasaan siswa terhadap materi yang akan diajarkan.
2.    Tujuan menutup pelajaran menurut Santridarus adalah sebagai berikut:
a.    Untuk memberikan pemahaman siswa terhadap materi pokok yang telah dilakukan.
b.    Memantapkan pemahaman siswa terhadap materi pokok atau kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
c.    Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil pembelajaran yang telah diperoleh siswa sekaligus berfungsi sebagai umpan balik bagi guru.
d.   Untuk memberikan tindak lanjut yang diperlukan sesuai dengan proses dan hasil pembelajaran.

C.  Manfaat Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Manfaat keterampilan membuka dan menutup pelajaran dalam pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap proses dan hasil belajar, antaralain:
1.    Timbulnya perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugas yang akan dikerjakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang berarti antara tujuan pembelajaran yang diberitahukan kepada siswa dengan yang tidak. Oleh karena itu, dalam membuka pelajaran hendaknya guru memberitahukan tujuan yang akan dicapai dengan pelajaran yang akan disajikan.
2.    Siswa memiliki kejelasan mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan tugas, dan batas waktu pengumpulan tugas.
3.    Siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian dari suatu mata pelajaran.
4.    Siswa mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang masih asing baginya.
5.    Siswa dapat menggabungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan atau konsep-konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa.
6.    Siswa mengetahui tingkat keberhasilan atau tingkat pencapaian tujuan terhadap bahan yang dipelajari. Sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan atau keefektifan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

D.  Prinsip-prinsip Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Sebagaimana keterampilan mengajar lainnya, terdapat prinsip-prinsip yang mendasari keterampilan membuka dan menutup pelajaran yang harus dipertimbangkan oleh guru. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Bermakna. Setiap kegiatan membuka dan menutup pembelajaran dalam penerapannya harus memenuhi unsur kebermaknaan. Artinya, setiap unsur yang digunakan sesuai dengan upaya pencapaian tujuan, sifat materi, memperhatikan karakteristik siswa maupun situasi dan kondisi pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dalam usaha menarik perhatian atau memotivasi siswa, guru hendaknya memilih cara yang relevan dengan isi dan tujuan pelajaran. Cara atau usaha yang sifatnya dicari-cari sebaiknya dihindari. Cerita singkat atau lawakan yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran mungkin sementara bisa memikat siswa tetapi akan gagal dalam mewujudkan kelangsungan penguasaan pelajaran.
2.    Berurutan dan berkesinambungan. Aktivitas yang ditempuh oleh guru dalam memperkenalkan dan merangkum kembali pokok-pokok penting pelajaran sebaiknya merupakan bagian dari kesatuan yang utuh. Dalam mewujudkan prinsip berurutan dan berkesinambungan ini perlu diusahakan suatu susunan yang tepat, berhubungan dengan minat siswa, ada kaitan yang jelas antara satu bagian dengan bagian lainnya, atau ada kaitannya dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Penerapan setiap unsur kegiatan membuka dan menutup pelajaran harus direncanakan dengan matang. Dengan perencanaan yang matang maka pelaksanaan membuka dan menutup pelajaran tidak terkesan dibuat-buat tetapi penerapannya akan berjalan logis dan sistematis sehingga akan mampu memperoleh hasil pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3.    Fleksibel (penggunaan secara luwes). Fleksibel dalam kaitan ini berarti penggunaan yang tidak kaku, dalam arti tidak terputus-putus atau lancar. Kelancaran dalam susunan gagasan, ide, atau cerita dapat memudahkan peserta didik dalam mengonsepsi keutuhan konsep pembuka dan dapat pula dengan mudah mengantisipasi pokok bahasan yang akan dipelajari. Faktor penting yang dapat menjamin kelancaran dalam mengungkapkan gagasan pembuka adalah penguasaan dalam pembuka. Karena itu pengetahuan yang luas yang dimiliki oleh guru dapat membantu penguasaan penggunaan keterampilan pembuka pelajaran. Dalam konteks fleksibilitas membuka pelajaran ini, tidak selalu harus dengan mengungkapkan gagasan, namun bisa dengan bertanya, membawa benda atau model, menunjuk siswa untuk menjadi model, memberikan teka-teki, dan sejenisnya yang relevan dengan pokok bahasan.
4.    Antusiasme dan kehangatan dalam mengkomunikasikan gagasan. Antusiasme menunjukkan kadar motivasi yang tinggi dari guru dan hasil ini akan berpengaruh pada motivasi yang tinggi pula pada siswa. Antusiasme dan kehangatan dapat ditunjukkan misalnya dengan menanyakan kabar siswa, menanyakan mengapa teman mereka tidak bisa masuk, atau bercerita sedikit tentang sesuatu yang dapat menyentuh perasaan, atau kegiatan lain yang menunjukkan rasa simpati dan empati dalam rangka menciptakan antusiasme dan kehangatan.
Selain itu terdapat pula prinsip-prinsip teknis dalam penggunaan keterampilan membuka dan menutup pelajaran, yaitu:
1.    Singkat, padat dan jelas,
2.    Keterampilan tidak diulang-ulang atau berbelit-belit,
3.    Menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak,
4.    Disertai contoh atau ilustrasi seperlunya, dan
5.    Mengikat perhatian anak.

E.  Komponen-komponen Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
1.    Komponen Membuka Pelajaran
Pada awal suatu jam pelajaran atau awal setiap penggal kegiatan guru harus melakukan kegiatan membuka pelajaran. Komponen-komponen dan aspek-aspek membuka pembelajaran meliputi:
a.    Apersepsi
Apersepsi adalah usaha guru untuk mengingatkan kembali pelajaran yang lalu dengan tujuan agar siswa semakin menguasai materi pelajaran itu dan agar ada kaitan antara pelajaran yang lalu dengan pelajaran yang akan diajarkannya. Usaha guru tersebut umumnya berupa pertanyaan tentang isi materi pelajaran yang telah di ajarkan sebelumnya.
b.    Menarik perhatian siswa
Perhatian dalam proses pembelajaran adalah kesanggupan untuk memusatkan seluruh aktivitas siswa agar tertuju pada kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengkondisikan siswa agar perhatian siswa tertuju pada materi ajar antara lain:
1)   Gaya mengajar guru. Perhatian siswa dapat timbul dari apresiasi gaya mengajar guru seperti posisi atau kegiatan yang berbeda dari biasanya.
2)   Penggunaan alat-alat bantu mengajar. Guru dapat menggunakan alat-alat bantu mengajar seperti gambar, model, skema dan sebagainya untuk menarik perhatian siswa. Dengan digunakannya alat-alat bantu mengajar itu di samping dapat menarik perhatian siswa, dapat pula menimbulkan motivasi dan memungkinkan terjadi kaitan antara hal-hal yang telah diketahui dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.
3)   Pola interaksi yang bervariasi. Pola interaksi harus dikembangkan secara interaktif sehingga menarik perhatian siswa. Variasi pola interaksi guru-siswa yang biasa, seperti guru menerangkan siswa mendengarkan atau guru bertanya siswa menjawab, hanya dapat menimbulkan rangsangan permulaan saja. Siswa belum sepenuhnya dapat memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang akan dipelajari. Oleh karena itu agar siswa dapat tertarik perhatiannya guru hendaknya mengadakan pola interaksi yang bervariasi dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Pola interaksi harus diupayakan kesemua arah tidak hanya satu arah saja, seperti guru-siswa, siswa-siswa, siswa-guru.
4)   Tempat belajar. Selain kelas, guru dapat merancang tempat belajar di luar kelas seperti perpustakaan, taman sekolah, dan laboratorium.
c.    Menumbuhkan motivasi siswa
Motivasi adalah suatu kekuatan atau energi yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas. Motivasi sangat penting untuk dimiliki, dipelihara dan ditingkatkan pada setiap siswa. Alternatif yang dapat digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam pembelajaran antara lain:
1)   Kehangatan dan semangat. Guru hendaknya memiliki sikap yang ramah, penuh semangat dan hangat dalam berinteraksi dengan peserta didik. Sikap demikian akan membangkitkan motivasi belajar, rasa senang dan semangat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
2)   Membangkitkan rasa ingin tahu. Untuk membangkitkan rasa ingin tahu dalam diri siswa, guru dapat melakukan berbagai kegiatan, antara lain bercerita yang menimbulkan rasa penasaran dan pertanyaan kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan berbagai pertanyaan berkaitan dengan apa yang telah diceritakan atau didemonstrasikan. Kegiatan semacam ini akan efektif untuk membangkitkan motivasi belajar siswa.
3)   Mengemukakan ide yang bertentangan. Ide yang bertentangan dapat dikemukakan guru sekolah dasar pada semua tingkat kelas. Ide dan pertanyaan yang dikemukakan perlu disesuaikan dengan tingkat kelasnya.
4)   Memperhatikan minat belajar siswa. Agar proses pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar, maka apa yang disajikan harus sesuai dengan minat siswa. Karena setiap siswa memiliki perbedaan individual, sulit bagi guru untuk memperhatikan minat siswanya, karena setiap siswa akan memiliki minat yang berbeda dengan siswa lainnya. Namun demikian ada minat-minat umum yang dapat diperhatikan guru sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti usia, jenis kelamin, lingkungan, adat, budaya, status sosial ekonomi masyarakat pada umumnya, dan sebagainya. Agar guru dapat mengajar dengan memperhatikan minat belajar siswa, maka perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut.
d.   Memberi acuan
Untuk memberikan acuan dapat dilakukan dengan cara:
1)   Mengemukan tujuan dan batas-batas tugas. Untuk memulai pelajaran guru hendaknya mengemukan tujuan pelajaran dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan siswa agar mereka memperoleh gambaran mengenai ruang lingkup materi yang akan dipelajari dan tugas-tugas yang harus dikerjakan.
2)   Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan. Pada awal pembelajaran atau pada saat-saat tertentu selama pembelajaran, jika guru senantiasa memberikan saran-saran mengenai langkah-langkah kegiatan yang perlu dilakukan maka siswa akan terarah cara belajarnya atau dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan contoh terlebih dahulu atau dengan melakukan suatu demonstrasi.
3)   Meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas. Misalnya guru meminta siswa untuk menemukan hal-hal yang positif dan sifat-sifat mengenai suatu konsep, manusia, benda, gambar-gambar, dan lain-lain.
4)   Mengajukan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan sebelum menjelaskan materi pembelajaran akan mengarahkan peserta didik terhadap pelajaran yang akan dipelajari misalnya, sebelum dijelaskan bahwa hujan berasal dari uap, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk membantu peserta didik memahami terjadinya penguapan.
5)   Membuat kaitan. Untuk membuat kaitan dalam membuka pelajaran, guru dapat melakukannya dengan menghubungkan antara meteri yang akan disampaikan dengan materi yang telah dikuasai peserta didik. Disamping itu perlu dikaitkan dengan pengalaman, minat dan kebutuhan peserta didik. Cara yang dapat dilakukan guru antara lain:
a)    Mengajukan pertanyaan apersepsi,
b)   Mengulas sepintas garis besar isi pelajaran yang telah lalu,
c)    Mengaitkan materi yang diajarkan dengan lingkungan peserta didik, dan
d)   Menghubungkan bahan pelajaran yang sejenis dan berurutan.
2.    Komponen Menutup Pelajaran
Menjelang akhir suatu jam pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan, guru harus melakukan kegiatan menutup pelajaran agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi pelajaran yang dipelajari. mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses interaksi edukasi. Cara-cara yang dapat dilakukan guru dalam menutup pelajaran ini adalah sebagai berikut:
a.    Review (melihat/meninjau kembali)
Menjelang akhir suatu jam pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan, guru harus meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan itu telah dikuasai siswa. Ada dua cara meninjau kembali penguasaan inti pelajaran itu, yaitu merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.
1)  Merangkum inti pelajaran. Meninjau kembali pelajaran yang telah diberikan dapat dilaksanakan dengan merangkum inti pokok pelajaran. Guru dapat meminta siswa membuat rangkuman baik secara lisan ataupun tulisan. Rangkuman ini dapat dilakukan secara individu atau kelompok, dapat dilakukan oleh guru, guru bersama siswa, atau guru menyuruh siswa (disempurnakan oleh guru).
2)  Membuat ringkasan. Dengan membuat rinkasan, siswa dapat memantapkan penguasaan inti dari pokok-pokok materi pelajaran yang telah dipelajari. Disamping itu, dengan ringkasan, siswa yang tidak memiliki buku sumber telah memiliki bahan untuk dipelajari kembali. Ringkasan dapat dibuat oleh guru, guru bersama siswa secara kelompok, atau siswa sendiri secara individual. Pokok-pokok pelajaran sebaiknya ditulis dipapan tulis secara skematis atau dengan kata-kata kunci supaya ada dukungan visual. Jika ternyata rangkuman yang dibuat itu salah atau kurang lengkap, guru dapat melengkapi atau membetulkan.
b.  Mengevaluasi
Untuk mengetahui apakah siswa memperoleh wawasan yang utuh tentang sesuatu yang sudah diajarkan, guru sebaiknya melakukan penilaian atau evaluasi. Bentuk-bentuk evaluasi itu adalah sebagai berikut:
1)   Mendemonstrasikan keterampilan. Pada akhir satu penggal kegiatan, siswa dapat diminta untuk mendemonstrasikan keterampilannya misalnya, setelah siswa mengarang prosa atau puisi, guru dapat meminta mereka  untuk membacakan dan menjelaskan maksud yang terkandung didalamnya atau setelah guru selesai menerangkan konsep matematika guru bisa meminta siswa untuk mengerjakan soal dipapan tulis.
2)   Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain. Misalnya setelah guru menerangkan persamaan kuadrat, lalu siswa disuruh menyelesaikan soal-soal persamaan.   
3)   Mengekspresikan pendapat siswa sendiri. Guru dapat meminta siswa untuk memberi komentar tentang keefektifan suatu demonstrasi yang dilakukan guru atau    siswa-siswa lain. Misalnya, setelah bermain peran (role-playing) selesai, lalu siswa diminta untuk mengemukakan pendapat  dan perasaan mereka tentang peran yang dimainkannya.
4)   Soal-soal tertulis atau lisan. Guru dapat memberikan soal-soal tertulis untuk dikerjakan siswa. Soal-soal tertulis itu dapat berbentuk uraian, tes objektif, atau melengkapi lembaran kerja.
c.  Menyimpulkan
Kesimpulan adalah rumusan pokok-pokok pikiran atau kristalisasi terhadap sesuatu yang dibahas. Dengan mengajukan kesimpulan, maka guru melakukan kegiatan penutupan pembelajaran karena dengan kesimpulan merupakan akhir dari suatu proses penyelesaian masalah sebelum adanya masalah baru.
d.  Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan yang harus dilakukan siswa setelah pembelajaran dilakukan. Kegiatan tindak lanjut perlu diberikan oleh guru agar terjadi pemantapan pada diri siswa terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. dengan pemberian tugas (PR) atau pengajaran ulang (remedial teaching) untuk lebih memantapkan penguasaan siswa.
e.    Memberi dorongan psikologi atau sosial
Unsur manusiawi dalam interaksi guru-siswa adalah saling menghargai dengan memberikan dorongan psikologis atau sosial yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan guru dalam setiap akhir pelajaran dengan kata-kata pujian. Memberikan dorongan psikologis atau sosial dapat dilakukan dengan cara antara lain:
1)   Memuji hasil yang dicapai oleh siswa dengan memberikan pujian maupun hadiah.
2)   Mendorong untuk lebih semangat belajar mencapai kompetensi yang lebih tinggi dengan menunjukkan pentingnya materi yang dipelajari.
3)   Memberikan harapan-harapan positif terhadap kegiatan belajar yang baru saja dilaksanakan.
4)   Meyakinkan akan potensi dan kemampuan siswa.

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Guru dalam Membuka dan Menutup Pelajaran
1.    Kondisi Siswa
Siswa merupakan komponen pokok pembelajaran selain guru. Keberadaan siswa akan menentukan kemampuan guru di dalam melaksanakan keterampilan mengajar. Siswa yang antusias di dalam kelas akan mempermudah guru dalam melaksanakan keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
2.    Latar Belakang Guru
Guru dengan latar belakang pendidikan akan dengan mudah menerapkan keterampilan mengajar yang ada. Sebaliknya guru yang tidak berpengalaman akan sangat susah melaksanakan keterampilan dalam mengajar.
3.    Tujuan Pembelajaran
Kunci pokok dari sebuah pembelajaran merupakan adanya tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, kemampuan guru di dalam kelas ditentukan juga oleh tujuan pembelajaran yang akan dicapai di dalamnya.
4.    Kondisi Kelas
Kondisi kelas meliputi semua hal selain guru dan siswa yang di dalam kelas termasuk ketersediaan bahan ajar, fasilitas, sarana, dan media pembelajaran.






BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah di jelaskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan salah satu hal yang penting bagi seorang guru dalam melakukan proses pembelajaran. Membuka pelajaran merupakan awal dilaksanakannya proses pembelajaran, jika hal ini dilakukan dengan baik dan benar akan membawa dampak yang positif terhadap keberhasilan proses kegiatan berikutnya. Untuk mengetahui apakah proses tersebut dilakukan dengan baik dan benar, maka ada salah satu keterampilan yang harus dilakukan oleh guru, yaitu keterampilan menutup pelajaran. Kegiatan dalam menutup pelajaran bertujuan untuk memberikan deskripsi atau gambaran secara menyeluruh mengenai apa yang telah dipelajari oleh sis­wa, hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa serta tingkat keberhasilan guru dalam sebuah proses pembelajaran.

B.  Saran
Seorang guru yang baik adalah guru yang mampu menguasai 9 keterampilan dasar mengajar dan salah satunya adalahketerampilan membuka dan menutup pelajaran. Seringkali guru menghiraukan keterampilan ini, padahal keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah salah satu hal penting yang dapat membantu keberhasilan proses belajar mengajar di dalama kelas.
Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat membantu kita untuk lebih memahami keterampialan membuka dan menutup pelajajaran, sehingga nanti ketika kita menjadi seorang guru, kita bias mengaplikasikannya dengan baik. Tetapi tentu saja dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik beserta saran yang membangun sangat kami harapkan.