Kamis, 28 Mei 2015

Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan fokus Menulis

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar mengarahkan siswa untuk memiliki kemampuan berbahasa yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan menulis di SD, siswa diharapkan agar dapat menulis secara efektif dan efesien berbagai jenis karangan dalam berbagai konteks (Depdiknas, 2006).
Menulis sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) yang diajarkan di sekolah dasar, merupakan sarana yang penting dikuasai siswa agar dapat mengungkapkan gagasan pendapat, pengalaman, dan perasaan dengan baik.
Penguasaan keterampilan menulis mutlak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, namun pada kenyataannya pembelajaran menulis karangan kurang perhatian yang serius. Pembelajaran menulis di SD sering kurang ditangani dengan baik. Kalaupun ada pelaksanaannya kurang sistematis. Guru hanya memberikan sebuah judul karangan yang harus dibuat oleh siswa dengan banyak lembar atau paragrap tertentu.
Menulis dapat dianggap sebagai proses ataupun suatu hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang utnuk menghasilkan sebuah tulisan. Menghasilkan karya tulis, yang kemudian dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran atau diserahkan kepada seorang sebagai bukti karya ilmiah yang kemudian akan dinilai, menuntut seorang penulis memahami betul arti kata menulis. Seorang penulis yang memahami dengan baik makna kata menulis akan betul-betul peduli terhadap kejelasan apa yang ditulis, kekuatan tulisan itu dalam mempengaruhi orang lain, keaslian pikiran yang hendak dituangkan dalam tulisan, kepiawaian penulisan dalam memilih dan mengolah kata-kata. Seorang penulis yang paham betul akan konsekuensi sebuah tulisan pasti akan mempertimbangkan respon yang akan diperolehnya jika tulisannya dibaca orang lain.
                                                               
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pengertian pembelajaran bahasa Indonesia dengan focus menulis?
2.      Bagaimana mengembangkan strategi pembelajaran menulis dengan model proses menulis?
3.      Bagaimanakah Pelaksanaan Pembelajaran Menulis?
                                                       
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian pembelajaran bahasa Indonesia dengan focus menulis.
2.      Untuk mengetahui pengembangan strategi pembelajaran menulis dengan model proses menulis.
3.      Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran menulis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian pembelajaran bahasa Indonesia dengan focus menulis
Kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang di peroleh secara otomatis. Kemampuan itu bukan dibawa sejak lahir. Melainkan diperoleh melalui tindak pembelajaran. Seseorang yang telah mendapatkan pembelajaran menulis pun belum tentu memiliki kompetensi menulis yang andal tanpa banyak latihan menulis.
B.     Strategi Pembelajaran menulis dengan model proses menulis
Menulis adaalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar  menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan  dan menuangakn pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
Sebagai suatu proses, menulis merupakan keterampilan mekanis yang dapat dipahami dan dipelajari. Menulis sebagai suatu proses mengandung makna bahwa menulis terdiri dari tahapan-tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah pramenulis (prewriting), penyusunan dan pemaparan konsep ( drafting), perbaikan (revsing), penyuntingan (editing), dan penerbitan (publisihing) (Tompkins, 1997:10).
1.      Pramenulis (prewriting)
Pada tahap pramenulis siswa berusaha mengemukakan apa yang akan mereka tulis. Dalam hal ini guru dapat menggunakan berbagai strategi untuk membantu siswa memilih tema dan menentukan topik tulisan. Topik tulisan sangat menentukan lancarnya proses menulis. Tema harus sesuai dengan minat dan skemata siswa.
Untuk mengatasi hal itu guru dapat melakukan kolaborasi melalui curah pendapat sehingga dapat melahirkan tema dan topik tulisan yang sesuai dengan minat dan keinginan mereka. Selain dengan curah pendapat juga dapat dilakukan dengan membaca atau menelaah bentuk tulisan.
2.       Menulis Konsep (drafting)
Tahap ini siswa mengroganisasikan dan mengembangkan ide yang telah dikumpulkannya lewat kegiatan curah pendapat dalam bentuk draft kasar. Untuk membantu siswa mengembangkan ide dan menyusun konsep tulisannya, dapat dilakukan dengan pemberian chart struktur cerita sebagai media untuk menuangkan semua ide yang dimilikinya. Hal ini bertujuan agar siswa tidak ragu-ragu, karena pada tahap berikutnya akan diperbaiki, diubah, dan disusun ulang.
3.       Merevisi (revising)
Pada tahap perbaikan siswa melihat kembali tulisannya untuk selanjutnya menambah, mengganti, atau menghilangkan sebagian ide berkaitan dengan penggarapan struktur cerita yang telah ditulisnya.
4.      Mengedit (editing)
Penyuntingan merupakan tahap penyempurnaan tulisan yang dilakukan sebelum dipublikasikan. Pada tahap ini siswa menulis kembali daftar cerita yang telah dibuatnya melalui pengerjaan chart sehingga menjadi sebuah karangan yang utuh. Pada tahap ini siswa memperbaiki kesalahan yang bersifat mekanis berkaitan dengan ejaan dan tanda baca.  
5. Publikasi (publisihing)
Setelah semua tahap terlewati, maka sebagai tahap akhir adalah tahap publikasi. Siswa mempublikasikan hasil tulisannya melalui kegiatan berbagai hasil tulisan cerita (sharing). Kegiatan ini dapat dilakukan melalui kegiatan penugasan untuk membacakan hasil karangan atau ditempel pada majalah dinding sekolah atau di depan kelas.

C.    Pelaksanaan Pembelajaran Menulis
Dilihat dari prosesnya, pembelajaran menulis menuntut kerja keras guru untuk membuat pembelajarannya di kelas menjadi kegiatan yang menyenangkan, sehingga siswa tidak merasa “dipaksa” untuk dapat membuat sebuah karangan, tetapi sebaliknya, siswa merasa senang karena diajak guru untuk mengarang atau menulis. Berikut ini Anda dapat mempelajari beberapa kiat yang dapat digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis sebagai suatu proses, yaitu :
1. Langsung menulis, teori belakangan
Menulis itu lebih baik dipahami sebagai keterampilan, bukan sebagai ilmu. Sebagai keterampilan, menulis membutuhkan latihan, latihan, dan latihan. Sebagai ilmu komposisi, menulis mengajarkan ada sekian jenis paragraf dengan contoh - contohnya, ada sekian macam deskripsi, sekian macam narasi, sekian macam eksposisi dan masing - masing disertai dengan contoh - contohnya. Ada kalimat inti dan sebagainya, yang kesemuanya itu tidak membuat siswa dapat menulis. Terlalu banyak aturan akan membuat siswa gamang untuk menulis. Menulis dapat dimulai tanpa harus tahu tentang teori - teori menulis. Seseorang yang ingin belajar menulis langsung saja terjun ke dalam kegiatn menulis yang sebenarnya. Ia dapat saja menulis hal – hal yang sederhana tanpa harus mempedulikan apakah tulisannya memenuhi persyaratan komposisi atau tidak. Tulisan yang dibuatnya harus selesai semua. Ia boleh menulis bagian mana saja yang disenanginya dan melanjutkannya kapan saja dan di mana saja. Artinya, penyelesaian karangan itu tidak terbatas pada jam sekolah.
2. Mulai dari manapun boleh       
Tidak ada satu titik awal yang pasti dari mana pelajaran menulis harus dimulai. Guru memulai pelajaran ilmu bumi dengan membawa sebuah kompas ke kelas, menunjukkan arah mata angina, menggambarkan kelas itu sambil menghadap ke utara, menentukan tempat duduk para siswa di kelas yang digambarkan itu. Jadi, dalam pembelajaran sebuah ilmu ada titik mulai yang paling logis. Tidak demikian dengan mengajarkan menulis, kita dapat memulainya dari bagian mana pun yang kita sukai. Kita dapat memulainya dengan mengajak siswa menulis cerita, laporan, deskripsi, puisi atau apa saja. Perlu diingat, kata kunci dalam pembelajaran menulis adalah mengajak siswa menulis, bukan mengajarkan menulis. Dengan menggunakan kata kunci seperti itu, siswa dapat kita bawa ke dalam situasi yang menyenangkan, yang dapat membuat siswa mulai menulis. Kesan yang tertanam dalam diri siswa dari kiat yang telah digunakan guru dalam pembelajaran mengarang seperti itu bahwa mengarang itu mudah.
3. Belajar sambil bercanda
Ketika seseorang menulis, apa pun tulisannya, ia mengerahkan seluruh pengetahuan dan kelaziman kebahasaan yang dimilikinya, termasuk kosakata, tata bahasa, dan sebagainya, di samping juga hal - hal lain yang berkaitan dengan materi tulisannya, bahkan kadang – kadang juga dengan suasana hatinya pada saat penulisan serta banyak faktor lainnya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ketika seseorang menulis, ia mencurahkan seluruh kepribadiannya ke dalam tulisannya. Dengan demikian, guru harus bertindak sangat hati - hati ketika memulai pembelajaran menulis agar kepribadian siswa tidak tersinggung dan agar siswa tidak benci kepada guru dan pelajaran menulis. Untuk itu, guru harus mempunyai banyak teknik yang dapat membuat kelas menjadi cair, tidak tegang. Kelas harus dipenuhi dengan seloroh dan canda yang muncul dari guru ataupun dari siswa. Seloroh dan canda sangat membantu bagi munculnya ide yang segar dalam setiap pelajaran menulis.
4. Pembelajaran menulis nonlinear
Tidak semua ilmu menulis perlu diajarkan Yang penting bagi Anda bukan mengajarkan sebanyak-banyaknya bahan, tetapi menanamkan kebiasaan dan kecintaan menulis. Adanya kebebasan dalam menulis, berarti sebagai guru tidak perlu menetapkan bahwa siswa sekelas harus menulis karangan yang sama dengan julul yang sama pula. Anda boleh memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan karangannya sendiri tanpa harus diikat dengan kalimat topik yang sama. Pelajaran menulis itu merupakan proses nonlinear, artinya, tidak harus ada urutan-urutan tertentu dari a sampai ke z. Proses pembelajaran menulis tidak mengenal urutan seperti itu sebab kegiatan menulis merupakan proses yang berputar - putar dan berulang - ulang. Dalam proses seperti itu tidaklah menjadi soal jika materi yang sama diberikan dua atau tiga kali sebab dalam setiap pengulangan akan selalu ada perubahan, di samping dengan sendirinya akan berlangsung pula proses - proses internalisasi, konsolidasi, dan verifikasi yang akan menghasilkan kebiasaan dan keterampilan yang semakin lama semakin menuju ke tingkat yang lebih sempurna pada diri siswa.
5. Berbicara meniru mendengarkan, menulis meniru membaca
Setiap guru bahasa selalu ingat bahwa ada empat keterampilan pokok dalam berbahasa, yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Sebaiknya juga diingat bagaimana kita pada umumnya mempelajari keempat keterampilan itu, terutama mendengar dan berbicara dalam bahasa ibu kita sendiri.
Alam telah mengaruniai mereka kemampuan menulis. Memang, sampai pada taraf tertentu mereka belajar menulis dengan meniru dari bacaan sebab mereka gemar membaca. Membaca, itulah kunci keberhasilan mereka. Sambil membaca berkembanglah bakat mereka menulis. Sedemikian kuatnya kaitan antara membaca dengan menulis sehingga ada pendapat yang menyatakan bahwa seseorang yang tidak gemar membaca tidak akan menjadi penulis.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Keterampilan menulis bukan merupakan kemampuan yang otomatis yang di bawa sejak lahir. Kompetisi menulis yang handal hanya dapat di capai dengan jalan banyak menulis.Desain pembelajaran menulis dengan model proses menulis dapat dikembangkan secara prosedural dengan cara pada waktu pramenulis siswa membaca cerita fiksi dilanjutkan curah pendapat isi cerita antarsiswa, pada tahap menulis konsep, siswa menuliskan gagasannya tanpa intervensi guru dan siswa tidak harus takut salah.
Dalam proses pembelajaran peran guru sangat besar. Guru harus mampu menciptakan situasi belajar yang memungkinkan siswa aktif berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis. Jadi, yang di maksud dengan pembelajaran bahasa Indonesia dengan focus menulis adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang di pusatkan atau bertumpu pada kegiatan latihan menulis.

B.     Saran
Dengan kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar harus di sikapi oleh semua kalangan pendidikan agar berusaha untuk memperbaikinya. Bagi semua kalangan pendidikan, meningkatkan kemampuan adalah tuntutan yang tidak bisa di hindari untuk menghadapi persaingan dan perubahan dunia yang sangat cepat. Menampilkan pembelajaran yang menggairahkan, menerapkan metode-metode, dan model pembelajaran, dapat memotivasi mereka dalam mencapai prestasi yang lebih baik.
Kepala sekolah Sebaiknya memberikan peluang dan dorongan kepada guru-guru untuk melakukan kegiatan kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran di Sekolah.  Sekolah harus mau melengkapi buku-buku sebagai sumber bacaan bagi siswa terutama buku-buku cerita fiksi.
                                                                                             









Tidak ada komentar:

Posting Komentar