BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kita tahu bahwa anak usia SD kurang
menyukai kegiatan yang bersifat formal, tetapi mereka suka dengan kegiatan yang
memungkinkan mereka dapat mengeksplorasi lingkungannya. Maka dari itu,
pendidikan bagi anak usia SD harus lebih diarahkan pada kegiatan belajar sambil
bermain.
Bermain merupakan salah satu
fenomena yang paling alamiah dan luas dalam kehidupan anak. Terdapat instink
bermain pada setiap anak serta kebutuhan melakukannya dalam suatu pola yang
khusus guna melibatkannya dalam suatu kegiatan yang membantu proses kematangan
anak. Dari beberapa penelitian terungkap bahwa bermain dapat dikembangkan
menjadi semacam alat untuk mengaktualisasikan potensi-potensi kritis pada diri
anak, mempersiapkan fungsi intelektual, dan aspek emosi dan sosial.
Bermain dan permainan dapat
dimanfaatkan untuk belajar bahasa. Melalui bermain, anak-anak belajar bagaimana
menggunakan bahasa secara nyata dan kontekstual. Bagaimana menggunakan bahasa
di waktu marah, di waktu bersedih, atau yang lainnya.
Dengan demikian, belajar bahasa
melalui bermain sebenarnya lebih efektif, karena mereka menggunakan bahasa
bukan hanya sekadar teoritis, namun praktis pragmatis dalam kehidupan dan dunia
mereka sendiri. Ciri utama permainan yang membedakan dari bermain adalah adanya
peraturan. Peraturan tersebut harus diketahui, dipahami, ditaati, dan disetujui
oleh seluruh pemain. Dengan demikian, peraturan harus benar-benar dipahami anak
dan harus tegas dan jelas. Guru sebagai pengatur jalannya permainan hendaknya
menjelaskan peraturan tersebut sebelum permainan dimulai. Jangan sampai ada
peraturan, yang baru diberitahukan setelah kejadian atau kekacauan muncul.
B.
Rumusan
Masalah
1. Seperti
apakah bermain sambil belajar itu?
2. Apakah
pengertian bermain?
3. Bagaimana
karakteristik kegiatan bermain?
4. Apa
fungsi bermain dalam pendidikan?
5. Seperti
apakah permainan bahasa dan apa saja macam permainan bahasa?
C.
Tujuan
Penelitian
1. Untuk
mengetahui kegiatan bermain sambil belajar
2. Untuk
mengetahui pengertian bermain
3. Untuk
mengetahui karakteristik kegiatan bermain
4. Untuk
mengetahui fungsi bermain dalam pendidikan
5. Untuk
mengetahui permainan bahasa dan macam-macam kegiatan permaiana bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Bermain
dan belajar
Bermain
bagi anak tak ubahnya seperti bekerja pada orang dewasa. Bermain merupakan
kegiatan yang menimbulkan kenikmatan yang akan menjadi rangsangan bagi prilaku
lainnya. Fungsi bermain tidak saja meningkatkan perkembangan kognitif dan
sosial, tetapi juga mengembangkan bahasa, emosi, displin, kreativitas, dan perkembangan
fisik anak.
Para
ahli pendidikan moderen berpendapat bahwa permainan merupakan alat pendididkan.
Pendidikan yang baik akan menggunakan permainan sebagai alat pendidikan. hal
ini di lakukan oleh Pestalozzi ahli pendidikan terkenal di swiss, ia sangat
menekankan pentingnya permaianan dalam pendidikan, ia percaya bahwa bermain
mempunyai nilai-nilai untuk mengembangkan harmoni antara jiwa dan raga.
Dengan
bermain guru mendapatkan gambaran yang lengkap tentang keseluruhan diri siswa.
Misalnya seorang guru menyatakan bahwa prilaku siswa pada waktu bermain dapat
mengungkapkan sifat-sifat siswa tersebut yang berlangsung dirumahnya, apakah
mereka takut akan sesuatu atau mereka manja dirumahnya.
Belajar
pada dasarnya tidak mungkin dilakukan dengan paksaan. Cara belajar yang baik,
salah satunya adalah dalam suasana tanpa tekanan dan paksaan. Tentunya cara
belajar yang baik adalah dengan menggunakan permainan. Naluri anak yang harus
memperoleh kesempatan untuk bermain, tetap tersalurkan. Pembelajaran yang mestinya
sampai kepada anak juga dapat tersampaikan. Permainan biasanya dapat dilakukan
dengan menirukan atau memperagakan keadaan yang sebenarnya.
B.
Pengertian
Bermain
Bermain
(play) mengacu pada beberapa teori bermain yang dikemukakan oleh para ahli
diantaranya:
a. Teori
surplus energi
Dalam
pandangan ini bermain merupakan penyaluran energi berlebihan. Anak-anak yang
memperoleh cukup gizi dan waktu beristirahat umumnya memiliki kelebihan energi
sehingga untuk membuang energi berlebih itu dilakukan kegiatan bermain.
b. Teori
relaksasi
Pandangan ini
menyatakan bahwa bermain merupakan cara seseorang untuk menjadi lebih santai
dan segar setelah tersalurnya energi. Frekuensi bermain anak menunjukan adanya
kebutuhan untuk lebih santai setelah bersusah payah mempelajari sesuatu.
c. Teori
preparsi atau insting
Disini bermain
dijelaskan sebagai suatu prilaku instingtif. Kegiatan manusia yang instingtif
cenderung berdasarkan atas perkembangan anak dalam kehidupannya. Oleh karena
itu bermain adalah kejadian alamiah yang merupakan bagian dari persiapan
perkembangan dan pertumbuhannya.
d. Teori
rekapitulasi
Pandangan ini mencoba
menemukan hubungan antara kegiatan bermain dengan evolusi kebudayaan. Disini di
tekankan bahwa setiap anak kembali melakukan berbagai prilaku manusia dewasa yang
tampil selama masa transisi antara zaman berburu hingga zaman moderen saat ini.
e. Teori
pertumbuhan dan perkembangan
Pandangan ini
menyatakan bahwa, bermain merupakan salah satu cara mengembangkan kemampuan
anak. Dengan bermain anak melatih berbagai keterampilan baru dan
menyempurnakannya. Pandangan ini menekankan pentingnya bermain bagi anak untuk
menuju kematangannya.
f. Teori
penyaluran emosi
Menurut pandangan ini
ada dua penjelasan yaitu:
Pertama, bermain
merupakan ekspresi simbolik dari suatu harapan.
Kedua, merupakan upaya
pengendalian pengalaman-pengalaman yang menegangkan. Kedua pandangan ini
melihat bermain sebagai sarana menyalurkan emosi.
g. Teori
kognitif
Pendapat ini menyatakan
bahwa bermain adalah suatu upaya asimilasi. Sebagaimana diketahui piaget
mengemukakan adanya dua aspek yang ada dalam kemampuan adaptasi seseorang yaitu
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses organisme menerapkan struktur yang
sudah ada tanpa modifikasi terhadap aspek-aspek baru dari lingkungan yang
dihadapinya. Sedangkan akomodasi adalah proses organisme memodifikasi struktur
yang sudah ada menjadi struktur baru untuk menyesuaikan diri terhadap bantuan
lingkungan.
C. Karakteristik
kegiatan bermain
Beberapa karakteristik
kegiatan bermain yaitu:
1. Bermain
dilakukan karena kesukarelaan, bukan paksaan
2. Bermain
merupakan kegiatan untuk dinikmati. Itu sebabnya bermain selalu menyenangkan,
mengasyikan, dan menggairahkan.
3. Tanpa
iming-iming apapun, kegiatan bermain itu sendiri sudah menyenangkan.
4. Dalam
bermain, aktivitas lebih penting daripada tujuan. Tujuan bermain adalah
aktivitas tersendiri.
5. Bermain
menuntut partisipasi aktif, secara fisik maupun mental.
6. Bermain
itu bebas, bahkan tidak harus selaras dengan kenyataan. Individu bebas membuat
aturan sendiri dan mengoprasikan fantasi.
7. Dalam
bermain individu bertingkah laku secara spontan, sesuai dengan yang diinginkan
saat itu.
8. Makna
dan kesenangan bermain sepenuhnya ditentukan si pelaku.
D.
Fungsi
bermain dalam pendidikan
a. Pengembangan kognitif
Penelitian membenarkan
adanya hubungan kuat antara bermain dan perkembangan kognitif, salah satunya
yaitu bermain simbolik. Bermain simbolik merupakan gambaran pengembangan
pikiran. Bermain adalah tempat alami untuk mengekspresikan kreativitas anak
seperti menggambar, membangun, merancang, bermain drama, memahat tanah liat,
dan mengkonstruksib dengan balok.
b. Pengembangan
sosial
Bermain adalah model
yang baik untuk mengembangkan sosial anak, karena akan mendorong anak-anak
berinteraksi sosial. Dengan bermain anak-anak dibantu untuk mencurahkan
perasaan dan sikapnya terhadap teman-temannya. Bermain merupakan kesempatan
emas anak-anak untuk menjalin persahabatan yang memperlihatkan seseorang itu
berharga/berarti bagi mereka. Dengan bermain anak-anak belajar membangun
hubungan sosial dengan anak-anak lain yang belum di kenalnya.
c. Pengembangan
emosional
Bermain adalah media
untuk mengekspresikan pikiran perasaan. Anak dapat mengekspresikan perasaan
gembira, sedih, marah, atau khawatir seperti benar-benar pada kehidupan nyata.
Perasaan ini dapat di curahkan dengan bebas karena bukan dunia nyata.
Menurut elkind
berpendapat bahwa bermain dapat membebaskan anak dalam tekanan sters. Juga
secara psikologis bermain mengurangi kegelisahan.
d. Pengembangan
fisik merupakan cara utama untuk mengembangkan fisik, bermain dapat memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengembangkan gerakan-gerakan halus dan kasar.
Anak-anak dapat bermain aktif, mereka dapat mengetes sistem keseimbangan
mereka, gerakan melompat, meloncat, melempar, kekuatan fleksibilitas,
keseimbangan, koordinasi baik yang bersifat lokomotor, nonlokomotor, maupun
manipulatif.
Bermain dapat
mengembangkan koordinasi tangan dan mata. Dengan bermain anak-anak dapat
mencoba badan mereka untuk melihat betapa bergunanya mereka. Pada permainan
pisik dengan aba-aba, anak-anak akan merasa percaya diri dengan pisiknya, kokoh
dan yakin terhadap dirinya sendiri.
e. Pengembangan
bahasa
Selama anak bermain
mereka mengungkapkan berbagai kata bebagai ragam bahasa. Selama bermain, mereka
memperoleh kesempatan untuk bercakap-cakap, berargumentasi, menjelaskan,
meyakinkan. Bahkan waktu bermain imajinasipun, ia bercakap-bercakap. Bermain
memungkinkan anak bereksperimen dengan kat-kata baru, sehingga memperkaya
perbendaharaan kata serta keterampilan pemahamannya. Dalam proses ini anak-anak
bisa menemukan hal menggembirakan yang membawa kesenangan tersendiri.
Melalui bermain
anak-anak belajar bagaimana menggunakan bahasanya secara nyata dan kontekstual.
Bagaimana menggunakan bahasa waktu di rumah, diwaktu bersedih, atau yang
lainnya. Dengan demikian, belajar bahasa melalui bermain sebenarnya lebih
efektif, karena mereka menggunakan bahasa bukan hanya sekedar teoritis, namun
praktis, pragmatis dalam kehidupan dan dunia mereka sendiri.
E.
Permainan
bahasa
Permainan
bahasa mempunyai tujuan ganda, yaitu untuk memperoleh kegembiraan sebagai
fungsi bermain, dan untuk melatih keterampilan berbahasa tertentu sebagai
materi pelajaran.
Permainan
bahasa tidak dimaksudkan untuk mengukur atau mengevaluasi hasil belajar siswa.
Bila ada permainan yang menggembirakan tetapi tidak melatih keterampilan
berbahasa, tidak dapat disebut permainan bahasa. Demikian juga sebaliknya, bila
permainan itu tidak menggembirakan, meskipun melatih keterampilan berbahasa
tertentu, tidak dapat dikatakan permainan bahasa. Untuk dapat disebut permainan
bahasa, harus memenuhi kedua syarat, yaitu menggembirakan dan melatih
keterampilan berbahasa.
F.
Macam-macam
permainan bahasa
Contoh permainan bahasa:
1. Bisik
berantai
Permainan ini dilakukan
dengan cara, setiap siswa harus membisikan suatu kata (kelas rendah) atau
kalimat atau cerita (untuk kelas tingi) kepada pemain berikutnya. Terus berurut
sampai pemain terakhir. Pemain yang terakhir harus mengatakan isi kata atau
kalimat atau cerita yang di bisikkan. Permainan ini melatih keterampilan
menyimak/mendengarkan.
2. Simak-kerjakan
Dalam permainan ini
pemain dibagi menjadi dua kelompok. Setiap pemain dalam kelompok masing-masing
harus mengikuti perintah yang diberikan oleh guru dengan syarat-syarat
tertentu. Misalnya suatu perintah “pegang telinga kiri dengan tangan kanan
lewat belakang kepala”. Siswa yang melakukan kesalahan di catat di papan tulis.
3. Kim
lihat (lihat katakan)
Sediakan beberapa benda
atau sayuran atau buah-buahan dalam suatu kotak tertutup. Siswa berkelompok,
seorang siswa anggota kelompok harus melihat satu benda yang ada dalam kotak.
Setelah dilihat dengan jelas siswa tersebut haru menjelaskan baik ciri-cirinya,
rasanya, warnanya, atau apa saja yang dapat dilihatnta. Anggota kelompok yang
lain harus mengambil benda yang dijelaskan oleh siswa yang melihat tadi.
Kelompok yang paling cepat dan paling banyak mengambil benda dalam kotak,
itulah pemenang. Permainan ini melatih keterampilan berbicara dan menyimak.
4. Aku
seorang detektif
Permainan ini dilakukan
berpasangan. Seorang siswa menjadi detektif, seorang lagi menjadi informan.
Informan harus menentukan / memilih salah seorang dari temannya yang ada di
kelas sebagai penjahat yang akan dicari oleh detektif. Ia harus memberi
keterangan secara tertulis yang sejelas-jelasnya tentang penjahat yang akan
dicari ditektif. Ditektif membaca informasi tertulis dari informan dan menerka
siapa yang menjadi target pencarian di kelas itu. Setelah selesai posisi di
ubah, yang tadinya informan menjadi ditektif, dan yang tadinya menjadi ditektif
menjadi informan. Permainan dapat divariasikan dengan sasaran yang dicari dari
foto atau gambar dari koran. Permainan ini untuk melatih keterampilan membaca
dan menulis.
5. Bertanya
dan menerka
Para siswa dibagi dua
kelompok, kelompok satu sebagai penjawab dan kelompok kedua sbagai penanya.
Kelompok penjawab harus menyembunyikan satu benda yang akan diterka oleh
kelompok penanya dengan cara memberi pertanyaaan yang mengarah kepada benda
yang harus diterka. Setiap anggota kelompok penanya diberi kesempatan untuk
memberikan satu pertanyaan kepada kelompok penjawab. Kelompok penjawab hanya
boleh menjawab “ya” atau “tidak”. Setelah seluruh anggota kelompok bertanya,
maka kelompok harus berunding dari hasil jawaban penjawab, benda apa yang di
sembunyikan itu. Bila dapat diterka, maka kelompok penanya mendapat nilai.
Permainan ini untuk melatih berbicara dan berfikir analitis.
6. Baca
lakukan
Permainan ini untuk kelas
rendah yang sudah dapat membaca, dilkukan berpasangan. Seorang anak harus
membaca suruhan tertulis yang dibuat guru, pasangannya harus melkukan apa yang
diperintahkan dalam bacaan. Permainan ini untuk melatih membaca dan menyimak.
7. Bermain
telepon
Permaianan ini untuk
kelas rendah, siswa secara berpasangan harus mempersiapkan alat untuk
menelepon, baik telepon biasa maupun telepon genggam. Siswa harus menelepon
temannya menanyakan pekerjaan rumah atau buku pelajaran yang harus dibawa besok
hari. Biarkan siswa mengembangkan percakapannya sendiri, kecuali kalo terhenti,
guru memberi pancingan berupa pertanyaan kepaada sisiwa. Guru memeperhatikan
cara siswa mengungkapkan gagasan dan kalo perlu cara pelafalan yang benar.
Permaianan ini melatih berbicara.
8. Perjalanan
denagn denah
Mengamati denah kota
atau daerah tempat tinggal. Siswa menyalin atau menggambarkan denah bagian
tertentu dari kota (kerumitan tergantung pada tingkatan kelas) paada kertas
manila. Menuliskan nama-nam tempat dan jalan, serta arah arus lalu lintas dalam
denah dalam potongan kertas manila. Permainan ini untuk melatih menulis,
membaca denah, dan menyimak.
9. Berburu
kata
Permainan ini dapat
dilaksanakan secara lisan maupun tertulis. Cara ini pemain di suruh menyambung
suku kata terakhir suatu kata sehingga menjadi kata baru. Pemain dibagi dua
kelompok, pemain pertama dari setiap kelompok harus membuat suatu kata di papan
tulis. Kawan lainnya di setiap kelompok harus membuat kata baru dari suku kata
terakhir yang dituliskan temannya tadi. Kemudian guru melakukan penilaian.
10. Berburu
kalimat
Permainan ini sama
dengan berburu kata, hanya saja yang diburunya bukan kata-kata melainkan
kalimat. Kalau berburu kata menyambungkan suku kata dari kata yang dituliskan
temannya, kalau berburu kalimat menyambungkan kata dari kalimat yang diucapkan
temanya menjadi kalimat baru. Regu yang tidak dapat menyambungkan kata
dinyatakan atau dapat menyambungkan tetapi kalimatnya tidak benar.
Contoh:
Amin pergi ke sekolah
Sekolah saya dekat
pasar
Pasar di desaku ramai diwaktu
pagi
Pagi hari ayah
mengantar adik
Adik saya laki-laki.
Dari
permainan-permainan yang dibahas di atas masih banyak lagi permainan lain yang
bisa guru ajarkan kepada siswa-siswa.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Bermain
dan belajar adalah kebutuhan hakiki anak. Keduanya tidak bisa di abaikan,
bermain merupakan bekerjanya anak, sehingga hampir memerlukan waktu 90 persen
dari waktunya anak-anak. Dengan demikian orangtua tidak perlu khawatir karena
bermain juga bagi anak adalah belajar.
Bermain
bersama teman membuat anak peka akan kebutuhan dan nilai yang dimiliki orang
lain, mengatasi penolakan dan dominasi, mengelola emosi, berbagi kekuatan, ruang,
dan ide dengan orang lain, serta mengembangkan motivasi. Anak-anak yang bermain
bersama teman akan belajar menyesuaikan perilaku dengan orang lain dan belajar
menghargai perbedaan.
2.
Saran
Guru
sebagai pengajar hendaklah mampu menciptakan situasi belajar yang dapat
menstimulus anak untuk belajar dengan giat. Salah satu cara yang di lakukan
oleh guru bisa menggunakan permainan khususnya dalam pembelajaran bahasa dan
sastra bisa menggunakan metode permainan agar anak dapat termotivasi untuk belajar dan tidak merasa
jenuh pada saat pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar