Jumat, 29 Mei 2015

Bahasa Indonesia Bermain sambil Belajar

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kita tahu bahwa anak usia SD kurang menyukai kegiatan yang bersifat formal, tetapi mereka suka dengan kegiatan yang memungkinkan mereka dapat mengeksplorasi lingkungannya. Maka dari itu, pendidikan bagi anak usia SD harus lebih diarahkan pada kegiatan belajar sambil bermain.
Bermain merupakan salah satu fenomena yang paling alamiah dan luas dalam kehidupan anak. Terdapat instink bermain pada setiap anak serta kebutuhan melakukannya dalam suatu pola yang khusus guna melibatkannya dalam suatu kegiatan yang membantu proses kematangan anak. Dari beberapa penelitian terungkap bahwa bermain dapat dikembangkan menjadi semacam alat untuk mengaktualisasikan potensi-potensi kritis pada diri anak, mempersiapkan fungsi intelektual, dan aspek emosi dan sosial.
Bermain dan permainan dapat dimanfaatkan untuk belajar bahasa. Melalui bermain, anak-anak belajar bagaimana menggunakan bahasa secara nyata dan kontekstual. Bagaimana menggunakan bahasa di waktu marah, di waktu bersedih, atau yang lainnya.
Dengan demikian, belajar bahasa melalui bermain sebenarnya lebih efektif, karena mereka menggunakan bahasa bukan hanya sekadar teoritis, namun praktis pragmatis dalam kehidupan dan dunia mereka sendiri. Ciri utama permainan yang membedakan dari bermain adalah adanya peraturan. Peraturan tersebut harus diketahui, dipahami, ditaati, dan disetujui oleh seluruh pemain. Dengan demikian, peraturan harus benar-benar dipahami anak dan harus tegas dan jelas. Guru sebagai pengatur jalannya permainan hendaknya menjelaskan peraturan tersebut sebelum permainan dimulai. Jangan sampai ada peraturan, yang baru diberitahukan setelah kejadian atau kekacauan muncul.

B.     Rumusan Masalah
1.      Seperti apakah bermain sambil belajar itu?
2.      Apakah pengertian bermain?
3.      Bagaimana karakteristik kegiatan bermain?
4.      Apa fungsi bermain dalam pendidikan?
5.      Seperti apakah permainan bahasa dan apa saja macam permainan bahasa?

C.    Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui kegiatan bermain sambil belajar
2.      Untuk mengetahui pengertian bermain
3.      Untuk mengetahui karakteristik kegiatan bermain
4.      Untuk mengetahui fungsi bermain dalam pendidikan
5.      Untuk mengetahui permainan bahasa dan macam-macam kegiatan permaiana bahasa.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Bermain dan belajar
Bermain bagi anak tak ubahnya seperti bekerja pada orang dewasa. Bermain merupakan kegiatan yang menimbulkan kenikmatan yang akan menjadi rangsangan bagi prilaku lainnya. Fungsi bermain tidak saja meningkatkan perkembangan kognitif dan sosial, tetapi juga mengembangkan bahasa, emosi, displin, kreativitas, dan perkembangan fisik anak.
Para ahli pendidikan moderen berpendapat bahwa permainan merupakan alat pendididkan. Pendidikan yang baik akan menggunakan permainan sebagai alat pendidikan. hal ini di lakukan oleh Pestalozzi ahli pendidikan terkenal di swiss, ia sangat menekankan pentingnya permaianan dalam pendidikan, ia percaya bahwa bermain mempunyai nilai-nilai untuk mengembangkan harmoni antara jiwa dan raga.
Dengan bermain guru mendapatkan gambaran yang lengkap tentang keseluruhan diri siswa. Misalnya seorang guru menyatakan bahwa prilaku siswa pada waktu bermain dapat mengungkapkan sifat-sifat siswa tersebut yang berlangsung dirumahnya, apakah mereka takut akan sesuatu atau mereka manja dirumahnya.
Belajar pada dasarnya tidak mungkin dilakukan dengan paksaan. Cara belajar yang baik, salah satunya adalah dalam suasana tanpa tekanan dan paksaan. Tentunya cara belajar yang baik adalah dengan menggunakan permainan. Naluri anak yang harus memperoleh kesempatan untuk bermain, tetap tersalurkan. Pembelajaran yang mestinya sampai kepada anak juga dapat tersampaikan. Permainan biasanya dapat dilakukan dengan menirukan atau memperagakan keadaan yang sebenarnya.
B.     Pengertian Bermain
Bermain (play) mengacu pada beberapa teori bermain yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya:
a.       Teori surplus energi
Dalam pandangan ini bermain merupakan penyaluran energi berlebihan. Anak-anak yang memperoleh cukup gizi dan waktu beristirahat umumnya memiliki kelebihan energi sehingga untuk membuang energi berlebih itu dilakukan kegiatan bermain.

b.      Teori relaksasi
Pandangan ini menyatakan bahwa bermain merupakan cara seseorang untuk menjadi lebih santai dan segar setelah tersalurnya energi. Frekuensi bermain anak menunjukan adanya kebutuhan untuk lebih santai setelah bersusah payah mempelajari sesuatu.
c.       Teori preparsi atau insting
Disini bermain dijelaskan sebagai suatu prilaku instingtif. Kegiatan manusia yang instingtif cenderung berdasarkan atas perkembangan anak dalam kehidupannya. Oleh karena itu bermain adalah kejadian alamiah yang merupakan bagian dari persiapan perkembangan dan pertumbuhannya.
d.      Teori rekapitulasi
Pandangan ini mencoba menemukan hubungan antara kegiatan bermain dengan evolusi kebudayaan. Disini di tekankan bahwa setiap anak kembali melakukan berbagai prilaku manusia dewasa yang tampil selama masa transisi antara zaman berburu hingga zaman moderen saat ini.
e.       Teori pertumbuhan dan perkembangan
Pandangan ini menyatakan bahwa, bermain merupakan salah satu cara mengembangkan kemampuan anak. Dengan bermain anak melatih berbagai keterampilan baru dan menyempurnakannya. Pandangan ini menekankan pentingnya bermain bagi anak untuk menuju kematangannya.
f.       Teori penyaluran emosi
Menurut pandangan ini ada dua penjelasan yaitu:
Pertama, bermain merupakan ekspresi simbolik dari suatu harapan.
Kedua, merupakan upaya pengendalian pengalaman-pengalaman yang menegangkan. Kedua pandangan ini melihat bermain sebagai sarana menyalurkan emosi.
g.      Teori kognitif
Pendapat ini menyatakan bahwa bermain adalah suatu upaya asimilasi. Sebagaimana diketahui piaget mengemukakan adanya dua aspek yang ada dalam kemampuan adaptasi seseorang yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses organisme menerapkan struktur yang sudah ada tanpa modifikasi terhadap aspek-aspek baru dari lingkungan yang dihadapinya. Sedangkan akomodasi adalah proses organisme memodifikasi struktur yang sudah ada menjadi struktur baru untuk menyesuaikan diri terhadap bantuan lingkungan.
C.     Karakteristik kegiatan bermain
Beberapa karakteristik kegiatan bermain yaitu:
1.      Bermain dilakukan karena kesukarelaan, bukan paksaan
2.      Bermain merupakan kegiatan untuk dinikmati. Itu sebabnya bermain selalu menyenangkan, mengasyikan, dan menggairahkan.
3.      Tanpa iming-iming apapun, kegiatan bermain itu sendiri sudah menyenangkan.
4.      Dalam bermain, aktivitas lebih penting daripada tujuan. Tujuan bermain adalah aktivitas tersendiri.
5.      Bermain menuntut partisipasi aktif, secara fisik maupun mental.
6.      Bermain itu bebas, bahkan tidak harus selaras dengan kenyataan. Individu bebas membuat aturan sendiri dan mengoprasikan fantasi.
7.      Dalam bermain individu bertingkah laku secara spontan, sesuai dengan yang diinginkan saat itu.
8.      Makna dan kesenangan bermain sepenuhnya ditentukan si pelaku.
D.    Fungsi bermain dalam pendidikan
a.       Pengembangan  kognitif
Penelitian membenarkan adanya hubungan kuat antara bermain dan perkembangan kognitif, salah satunya yaitu bermain simbolik. Bermain simbolik merupakan gambaran pengembangan pikiran. Bermain adalah tempat alami untuk mengekspresikan kreativitas anak seperti menggambar, membangun, merancang, bermain drama, memahat tanah liat, dan mengkonstruksib dengan balok.
b.      Pengembangan sosial
Bermain adalah model yang baik untuk mengembangkan sosial anak, karena akan mendorong anak-anak berinteraksi sosial. Dengan bermain anak-anak dibantu untuk mencurahkan perasaan dan sikapnya terhadap teman-temannya. Bermain merupakan kesempatan emas anak-anak untuk menjalin persahabatan yang memperlihatkan seseorang itu berharga/berarti bagi mereka. Dengan bermain anak-anak belajar membangun hubungan sosial dengan anak-anak lain yang belum di kenalnya.
c.       Pengembangan emosional
Bermain adalah media untuk mengekspresikan pikiran perasaan. Anak dapat mengekspresikan perasaan gembira, sedih, marah, atau khawatir seperti benar-benar pada kehidupan nyata. Perasaan ini dapat di curahkan dengan bebas karena bukan dunia nyata.
Menurut elkind berpendapat bahwa bermain dapat membebaskan anak dalam tekanan sters. Juga secara psikologis bermain mengurangi kegelisahan.
d.      Pengembangan fisik merupakan cara utama untuk mengembangkan fisik, bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan gerakan-gerakan halus dan kasar. Anak-anak dapat bermain aktif, mereka dapat mengetes sistem keseimbangan mereka, gerakan melompat, meloncat, melempar, kekuatan fleksibilitas, keseimbangan, koordinasi baik yang bersifat lokomotor, nonlokomotor, maupun manipulatif.
Bermain dapat mengembangkan koordinasi tangan dan mata. Dengan bermain anak-anak dapat mencoba badan mereka untuk melihat betapa bergunanya mereka. Pada permainan pisik dengan aba-aba, anak-anak akan merasa percaya diri dengan pisiknya, kokoh dan yakin terhadap dirinya sendiri.
e.       Pengembangan bahasa
Selama anak bermain mereka mengungkapkan berbagai kata bebagai ragam bahasa. Selama bermain, mereka memperoleh kesempatan untuk bercakap-cakap, berargumentasi, menjelaskan, meyakinkan. Bahkan waktu bermain imajinasipun, ia bercakap-bercakap. Bermain memungkinkan anak bereksperimen dengan kat-kata baru, sehingga memperkaya perbendaharaan kata serta keterampilan pemahamannya. Dalam proses ini anak-anak bisa menemukan hal menggembirakan yang membawa kesenangan tersendiri.
Melalui bermain anak-anak belajar bagaimana menggunakan bahasanya secara nyata dan kontekstual. Bagaimana menggunakan bahasa waktu di rumah, diwaktu bersedih, atau yang lainnya. Dengan demikian, belajar bahasa melalui bermain sebenarnya lebih efektif, karena mereka menggunakan bahasa bukan hanya sekedar teoritis, namun praktis, pragmatis dalam kehidupan dan dunia mereka sendiri.
E.     Permainan bahasa
Permainan bahasa mempunyai tujuan ganda, yaitu untuk memperoleh kegembiraan sebagai fungsi bermain, dan untuk melatih keterampilan berbahasa tertentu sebagai materi pelajaran.
Permainan bahasa tidak dimaksudkan untuk mengukur atau mengevaluasi hasil belajar siswa. Bila ada permainan yang menggembirakan tetapi tidak melatih keterampilan berbahasa, tidak dapat disebut permainan bahasa. Demikian juga sebaliknya, bila permainan itu tidak menggembirakan, meskipun melatih keterampilan berbahasa tertentu, tidak dapat dikatakan permainan bahasa. Untuk dapat disebut permainan bahasa, harus memenuhi kedua syarat, yaitu menggembirakan dan melatih keterampilan berbahasa.
F.     Macam-macam permainan bahasa
Contoh permainan bahasa:
1.      Bisik berantai
Permainan ini dilakukan dengan cara, setiap siswa harus membisikan suatu kata (kelas rendah) atau kalimat atau cerita (untuk kelas tingi) kepada pemain berikutnya. Terus berurut sampai pemain terakhir. Pemain yang terakhir harus mengatakan isi kata atau kalimat atau cerita yang di bisikkan. Permainan ini melatih keterampilan menyimak/mendengarkan.
2.      Simak-kerjakan
Dalam permainan ini pemain dibagi menjadi dua kelompok. Setiap pemain dalam kelompok masing-masing harus mengikuti perintah yang diberikan oleh guru dengan syarat-syarat tertentu. Misalnya suatu perintah “pegang telinga kiri dengan tangan kanan lewat belakang kepala”. Siswa yang melakukan kesalahan di catat di papan tulis.
3.      Kim lihat (lihat katakan)
Sediakan beberapa benda atau sayuran atau buah-buahan dalam suatu kotak tertutup. Siswa berkelompok, seorang siswa anggota kelompok harus melihat satu benda yang ada dalam kotak. Setelah dilihat dengan jelas siswa tersebut haru menjelaskan baik ciri-cirinya, rasanya, warnanya, atau apa saja yang dapat dilihatnta. Anggota kelompok yang lain harus mengambil benda yang dijelaskan oleh siswa yang melihat tadi. Kelompok yang paling cepat dan paling banyak mengambil benda dalam kotak, itulah pemenang. Permainan ini melatih keterampilan berbicara dan menyimak.
4.      Aku seorang detektif
Permainan ini dilakukan berpasangan. Seorang siswa menjadi detektif, seorang lagi menjadi informan. Informan harus menentukan / memilih salah seorang dari temannya yang ada di kelas sebagai penjahat yang akan dicari oleh detektif. Ia harus memberi keterangan secara tertulis yang sejelas-jelasnya tentang penjahat yang akan dicari ditektif. Ditektif membaca informasi tertulis dari informan dan menerka siapa yang menjadi target pencarian di kelas itu. Setelah selesai posisi di ubah, yang tadinya informan menjadi ditektif, dan yang tadinya menjadi ditektif menjadi informan. Permainan dapat divariasikan dengan sasaran yang dicari dari foto atau gambar dari koran. Permainan ini untuk melatih keterampilan membaca dan menulis.
5.      Bertanya dan menerka
Para siswa dibagi dua kelompok, kelompok satu sebagai penjawab dan kelompok kedua sbagai penanya. Kelompok penjawab harus menyembunyikan satu benda yang akan diterka oleh kelompok penanya dengan cara memberi pertanyaaan yang mengarah kepada benda yang harus diterka. Setiap anggota kelompok penanya diberi kesempatan untuk memberikan satu pertanyaan kepada kelompok penjawab. Kelompok penjawab hanya boleh menjawab “ya” atau “tidak”. Setelah seluruh anggota kelompok bertanya, maka kelompok harus berunding dari hasil jawaban penjawab, benda apa yang di sembunyikan itu. Bila dapat diterka, maka kelompok penanya mendapat nilai. Permainan ini untuk melatih berbicara dan berfikir analitis.
6.      Baca lakukan
Permainan ini untuk kelas rendah yang sudah dapat membaca, dilkukan berpasangan. Seorang anak harus membaca suruhan tertulis yang dibuat guru, pasangannya harus melkukan apa yang diperintahkan dalam bacaan. Permainan ini untuk melatih membaca dan menyimak.
7.      Bermain telepon
Permaianan ini untuk kelas rendah, siswa secara berpasangan harus mempersiapkan alat untuk menelepon, baik telepon biasa maupun telepon genggam. Siswa harus menelepon temannya menanyakan pekerjaan rumah atau buku pelajaran yang harus dibawa besok hari. Biarkan siswa mengembangkan percakapannya sendiri, kecuali kalo terhenti, guru memberi pancingan berupa pertanyaan kepaada sisiwa. Guru memeperhatikan cara siswa mengungkapkan gagasan dan kalo perlu cara pelafalan yang benar. Permaianan ini melatih berbicara.
8.      Perjalanan denagn denah
Mengamati denah kota atau daerah tempat tinggal. Siswa menyalin atau menggambarkan denah bagian tertentu dari kota (kerumitan tergantung pada tingkatan kelas) paada kertas manila. Menuliskan nama-nam tempat dan jalan, serta arah arus lalu lintas dalam denah dalam potongan kertas manila. Permainan ini untuk melatih menulis, membaca denah, dan menyimak.
9.      Berburu kata
Permainan ini dapat dilaksanakan secara lisan maupun tertulis. Cara ini pemain di suruh menyambung suku kata terakhir suatu kata sehingga menjadi kata baru. Pemain dibagi dua kelompok, pemain pertama dari setiap kelompok harus membuat suatu kata di papan tulis. Kawan lainnya di setiap kelompok harus membuat kata baru dari suku kata terakhir yang dituliskan temannya tadi. Kemudian guru melakukan penilaian.
10.  Berburu kalimat
Permainan ini sama dengan berburu kata, hanya saja yang diburunya bukan kata-kata melainkan kalimat. Kalau berburu kata menyambungkan suku kata dari kata yang dituliskan temannya, kalau berburu kalimat menyambungkan kata dari kalimat yang diucapkan temanya menjadi kalimat baru. Regu yang tidak dapat menyambungkan kata dinyatakan atau dapat menyambungkan tetapi kalimatnya tidak benar.
Contoh:
Amin pergi ke sekolah
Sekolah saya dekat pasar
Pasar di desaku ramai diwaktu pagi
Pagi hari ayah mengantar adik
Adik saya laki-laki.
Dari permainan-permainan yang dibahas di atas masih banyak lagi permainan lain yang bisa guru ajarkan kepada siswa-siswa.






BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Bermain dan belajar adalah kebutuhan hakiki anak. Keduanya tidak bisa di abaikan, bermain merupakan bekerjanya anak, sehingga hampir memerlukan waktu 90 persen dari waktunya anak-anak. Dengan demikian orangtua tidak perlu khawatir karena bermain juga bagi anak adalah belajar.
Bermain bersama teman membuat anak peka akan kebutuhan dan nilai yang dimiliki orang lain, mengatasi penolakan dan dominasi, mengelola emosi, berbagi kekuatan, ruang, dan ide dengan orang lain, serta mengembangkan motivasi. Anak-anak yang bermain bersama teman akan belajar menyesuaikan perilaku dengan orang lain dan belajar menghargai perbedaan.
2.      Saran

Guru sebagai pengajar hendaklah mampu menciptakan situasi belajar yang dapat menstimulus anak untuk belajar dengan giat. Salah satu cara yang di lakukan oleh guru bisa menggunakan permainan khususnya dalam pembelajaran bahasa dan sastra bisa menggunakan metode permainan agar anak dapat  termotivasi untuk belajar dan tidak merasa jenuh pada saat pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar