Jumat, 29 Mei 2015

Kumpulan Materi Media Pembelajaran

MANFAAT DAN KRITERIA
PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Mata Kuliah Media Pembelajaran SD
Dosen : Muhammad Noor, S.Pd.



                                    Disusun Oleh  : Kelompok 1
1.      Adi Apriana    (126223003)
2.      Siti Nur Aisyah   (126223095)
                                    Semester / Kelas          :  6 / IPA 2
Prodi                           :  PGSD

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH – KUNINGAN
TAHUN AJARAN 2014/2015
BAB I
MANFAAT DAN KRITERIA PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN

A.    Manfaat Pemilihan Media Pembelajaran
            Seiring dengan perkembangan teknologi, maka berbagai model pembelajaran yang diterapkan di dalam kelas juga mengalami perkembangan. Seorang guru memang masih tetap merupakan salah satu sumber belajar tetapi tidak lagi satu-satunya sumber belajar bagi para peserta didiknya. Guru menggunakan sumber belajar lain yang disebut sebagai media untuk pembelajarn peserta didiknya. Oleh karena itu sebelum guru menggunakan media dalam proses belajar mengajar, maka guru dituntut untuk mengetahui bagaimana teknik pemilihan media pembelajaran agar media yang digunakan dapat berfungsi sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran
            Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran.  Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa.  Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
            Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. 
            Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.  Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu :
1.      Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.
2.      Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
3.      Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
4.      Efisiensi dalam waktu dan tenaga.
5.      Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa .
6.      Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
7.      Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.
8.      Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
            Sedangkan kegunaan media sendiri meliputi :
1.      Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalis.
2.      Mengatasi ketrbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera,
3.      Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar,
4.      Memungkinkan anal belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual,auditori dan kinestetik,
5.      Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
            Adapun manfaat praktis media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :
6.      Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
7.      Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya
8.      Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.
9.      Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karya wisata.  Kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.
            Dalam kaitannya dengan fungsi media pembelajaran, dapat ditekankan beberapa hal berikut ini :
1.      Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif
2.      Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran.
3.      Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai dan isi pembelajaran itu sendiri.
4.      Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan, dengan demikian tidak diperkenankan menggunakannnya hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa semata.
5.      Media pembelajaran bisa berfungsi untuk mempercepat proses belajar.
6.      Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
7.      Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, oleh karena itu dapat mengurangi penyakit verbalis.
            Selain fungsi-fungsi diatas, media pembelajaran juga memiliki nilai dan manfaat sebagai berikut :
1.      Membuat konkret konsep-konsep yang abstrak.
2.      Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar.
3.      Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil.
4.      Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.

B.     Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran
            Pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan  standar kompetensi dan indikator yang ditetapkan pada dasarnya merupakan suatu perluasan keterampilan berkomunikasi yang membutuhkan suatu proses yang rinci, sistematis dan khusus. Memilih media pembelajarn yang terbaik untuk standar kompetensi dan indikator suatu pembelajaran bukan suatu pekerjaan yang mudah. Karena pemilihan media tersebut didasarkan pada berbagai prinsip dan faktor yang saling mempengaruhi.
            Ada beberapa prinsip dalam memilih media pembelajaran yang harus diperhatikan oleh guru, yang terpenting dalam pemilihan media pembelajaraan dimaksud adalah adanya patokan yang digunakan pada proses pemilihan media itu. Pemilihan dan penggunaan suatu media pembelajaran harus melibatkan tenagan yang mampu, terampil, dan profesional untuk memanfaatkannya disetiap lembaga pendidikan. Biaya yang dibutuhkan juga harus tersedia dan terjangkau oleh suatu lembaga pendidikan yang bersangkutan.
            Secara garis besar beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu:
1.      Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media pembelajaran. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong. Lebih khusus lagi, apakah untuk pembelajaran kelompok atau individu, apakah sasarannya siswa TK, SD, SMA, atau siswa Sekolah Dasar Luar Biasa, masyarakat pedesaan ataukah masyarakat perkotaan.
2.      Karakteristik Media Pembelajaran.
Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, baik dilihat dari keunggulannya, cara pembuatan maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik media  pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki dalam kaitannya dengan pemilihan media pembelajaran. Disamping itu, hal ini memberikan kemungkinan bagi kita untuk menggunakan berbagai media pembelajaran secara bervariasi.
3.      Alternatif Pilihan
Yaitu adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan atau dikompetisikan. Dengan demikian kita bisa menentukan pilihan media pembelajaran mana yang akan dipilih.
            Selanjutnya perlu diingat bahwa tidak ada satu media pun yang sifatnya bisa menjelaskan semua permasalahn atau materi pembelajaran secar tuntas.

C.    Kriteria Pemilihan Media
            Kriteria pemilihan media haruslah dikembangkan  sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat khasnya (karakteristik) media yang bersangkutan.
            Prof. Ely mengatakan bahwa pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari konteknya bahwa media merupakan komponen dari sistem intruksional secara keseluruhan, karena itu meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti karakteristik siswa, strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber, serta prosedur penilainnya juga perlu dipertimbangkan.
            Memilih media hendaknya tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan didasarkan atas kriteria tertentu. Kesalahan pada saat pemilihan, baik pemilihan jenis media maupun topik yang dimediakan, akan membawa akibat panjang yang tidak kita inginkan dikemudian hari.
            Ada beberapa kriteria umum yang perlu diperhatikan dalam memilih media yaitu:
1.      Kesesuaian dengan Tujuan (intructional goals)
Perlu dikaji tujuan pembelajaran apa yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kemudian bisa dianalisis media apa saja yang cocok guna mencapai tujuan tersebut.
2.      Kesesuaian dengan Materi Pembelajaran (intructional content)
Yaitu bahan atau kajian apa yang diajarkan pada program pembelajaran tersebut. Pertimbangan lainnya dari bahan atau pokok bahasan tersebut sampai sejauhmana keadaan yang harus dicapai, dengan demikian kita bisa mempertimbangankan media apa yang sesuai dengan menyampaikan bahan tersebut.
3.      Kesesuaian dengan Karakteristik Pembelajaran atau Siswa
            Dalam hal ini media haruslah familiar dengan karakteristik siswa atau guru. Yaitu mengkaji sifat-sifat dan ciri-ciri media yang akan digunakan. Hal lainnya karakteristik siswa, baik secara kuantitatif (jumlah) ataupun kualitatif (kualitas, ciri dan kebiasaan lain) dari siswa terhadap media yang akan digunakan.
4.      Kesesuaian dengan Teori
Pemilihan media ini harus didasarkan atas kesesuaian dengan teori. Media yang dipilih bukan karena fanatisme guru terhadap suatau media yang dianggap paling bagu, namun didasrkan atas teori yang diangkat dari penelitian dan riset sehingga telah teruji validitasnya. Pemilihan media harus merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran yang fungsinya untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas pembelajaran.
5.      Kesesuaian dengan Gaya Belajar Siswa
Kriteria ini didasarkan atas kondisi psikologis siswa, bahwa siswa belajar dipengaruhi pula oleh gaya belajar siswa.
6.      Kesesuaian dengan Kondisi Lingkungan, Fasilitas Pendukung, dan Waktu yang Tersedia
Bagaimanapun bagusnya sebuah media apabila tidak didukung oleh fasilitas waktu yang tersedia maka kurang efektif. Media juga terkait dengan user atau penggunaanya dalam hal ini guru, jika guru tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan media tersebut dengan baik maka akan sisa-sia, begitu juga fasilitas lainnya.
            Adapun kriteria khusus dalam memilih media pembelajaran yang dapat dirumuskan dalam satu kata ACTION, yaitu akronim dari kata ; access( akses), cost (biaya), technology, interactivity ( komunikasi ), organization, dan novelty ( kebaruan ).  
D.    Pemilihan Media Pembelajaran
            Setiap media pembelajaran memiliki keunggulan masing-masing, maka dari itulah kita diharapkan dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan atau tujuan pembelajaran. Dengan harapan bahwa penggunaan media akan mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran.
            Adapun dalam memilih media, perlu diperhatikan hal-hal  sebagai berikut:
1.      Memahami karakteristik setiap media
2.      Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
3.      Sesuai dengan metode pelajaran yang digunakan
4.      Sesuai dengan materi yang dikomuniasikan
5.      Sesuai dengan keadaan siswa
6.      Sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan, kemudahan memperoleh media
7.      Sesuai dengan keterampilan guru menggunakannya
8.      Ketersediaan waktu menggunaknnya
9.      Sesuai dengan taraf berfikir siswa.

E.     Tips dalam Memilih Media Pembelajaran
            Sebelum memutuskan untuk memanfaatkan media dalam kegiatan pembelajaran di dalm kelas, hendaknya guru melakukan seleksi terhadap media pembelajaran mana yang akn digunakan untuk mendampingi dirinya dalam membelajarkan peserta didiknya. Berikut ini beberapa tips atau pertimbangan-pertimbangan yang dapat digunakan guru dalam melakukan seleksi terhadap media pembaelajaran yang akan digunakan.
1.      Menyesuaikan Jenis Media dengan Materi Kurikulum
Sewaktu akan memilih jenis media yang akn dikembangkan atau diadakan maka perlu yang diperhatikan adalah jenis materi pelajaran yang mana yang terdapat di dalam kurikulum yang dinilai perlu ditunjang oleh media pembelajaran. Kemudian, dilakukan telaah tentang jenis media apa yang dinilai tepat untuk menyajikan materi pelajaran yang dikehendaki tersebut.
2.      Keterjangkauan dalam Pembiayaan
Dalam pengembangan atau pengadaan media pembelajaran hendaknya juga mempertimbngakan ketersediaan anggaran yang ada. Kalau seandainya guru harus membuat sendiri media pembelajaran, maka hendaknya dipikirkan apakah ada diantara sesama guru yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan media pembelajaran yang dibutuhkan. Kalau tidak ada, maka perlu dijajaki berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan mediannya.
3.      Ketersediaan Perangkat Keras untuk Pemanfaatan Media Pembelajaran
Tidak ada gunannya merancang dan mengembangkan media secanggih apapun kalau tidak didukung oleh ketersediaan peralatan pemanfaatannya di kelas. Apa artinya tersedia media pembelajaran online apabila, disekolah tidak tersedia perangkat komputer dan fasilitas koneksi ke internet yang juga di dukung oleh Lokal Area Network (LAN). Sebaliknya, pemilihan media pembelajaran sederhana (seperti misalnya media kaset audio) untuk dirancang dan dikembangkan akan sangat bermanfaat karena peralatan/fasilitas pemanfaatannya tersedia di sekolah atau mudah diperoleh di masyarakat, selain itu sumber energi yang diperlukan untuk mengoperasikan peralatan pemanfaatan media sederhana juga cukup mudah yaitu hanya dengan menggunakan baterai kering.  Dari segi ekspertis atau keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengembangkan media sederhana seperti media kaset audio atau transparasi misalnya tidaklah terlalu sulit untuk mendapatkannya. Tidaklah juga terlalu sulit untuk mempelajari cara-cara perancangan dan pengembangan media sederhana.
4.      Ketersediaan Media Pembelajaran di Pasaran
Karena promosi dan peragaan yang sangat mengagumkan/ mempesona atau menjanjikan misalnya, sekolah langsung tertarik untuk membeli media pembelajarn yang ditawarkan. Namun sebelum membeli media pembelajarannya (program), sekolah harus terlebih dahulu  membeli perangkat keras untuk pemanfaatannya. Setelah peralatan pemanfaatan media pembelajarannya dibeli ternyata di antara guru ada atau belum tanu bagaimana cara-cara mengoperasikan peralatan, pemanfaatan media pembelajaran media pembelajaran yang akan diadakan tersebut. Di samping itu media pembelajarannya (program) sendiri ternyata sulit didapatkan di pasaran sebab harus dipesan terlebih dahulu untuk jangka waktu tertentu.
Kemudian, dapat saja terjadi bahwa media pembelajaran yang telah dipesan dan dipelajari, kandungan materi pelajarannya sedikit sekali relevan dengan kebutuhan peserta didik (sangat dangkal). Sebaliknya, dapat juga terjdi bahwa materi yang dikemas di dalam media pembelajaran sangat cocok dari membantu mempermudah siswa memahami materi pelajaran. Namun, yang menjadi masalah adalah bahwa media pembelajaran tersebut sulit didapatkan di pasaran.
5.      Kemudahan Memanfaatkan Media Pembelajaran
Aspek lain yang juga tidak kalah pentinnya untuk dipertimbangkan dalam pengembangan atau pengadaan media pembelajaran adalah kemudahan guru atau peserta didik memanfaatkannya. Tidak akan terlalu bermanfaat apabila media pembelajaran dikembangkan sendiri atau yang dikontrakkan pembuatannya ternyata tidak mudah dimanfaatkan, baik oleh guru maupun oleh peserta didik. Media yang dikembangkan atau dibeli tersebut hanya akan berfungsi sebagai pajangan di sekolah.




KESIMPULAN

            Memilih media hendaknya tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan didasarkan atas kriteria tertentu. Kesalahan pada saat pemilihan, baik pemilihan jenis media maupun topik yang dimediakan, akan membawa akibat panjang yang tidak kita inginkan dikemudian hari.
            Ada beberapa prinsip dalam memilih media pembelajaran yang harus diperhatikan oleh guru, yang terpenting dalam pemilihan media pembelajaraan dimaksud adalah adanya patokan yang digunakan pada proses pemilihan media itu. Pemilihan dan penggunaan suatu media pembelajaran harus melibatkan tenagan yang mampu, terampil, dan profesional untuk memanfaatkannya disetiap lembaga pendidikan. Biaya yang dibutuhkan juga harus tersedia dan terjangkau oleh suatu lembaga pendidikan yang bersangkutan.
            Setiap media pembelajaran memiliki keunggulan masing-masing, maka dari itulah kita diharapkan dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan atau tujuan pembelajaran. Dengan harapan bahwa penggunaan media akan mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran.














DAFTAR PUSTAKA

Susilana,Rudi, dkk.2008.Media Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pengajaran.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.






















KLASIFIKASI DAN KARAKTERISTIK
MEDIA PEMBELAJARAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Mata Kuliah Media Pembelajaran SD
Dosen : Muhammad Noor, S.Pd.




                                    Disusun Oleh  :  Kelompok 2
3.      Sumayyah       (126223100)
4.      Novi Indriani   (126223068)
                                    Semester / Kelas  :  6 / IPA 2
Prodi                    :  PGSD






SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH – KUNINGAN
TAHUN AJARAN 2014/2015
BAB II
KLASIFIKASI DAN KARAKTERISTIK
MEDIA PEMBELAJARAN



A. Pengertian Media Pembelajaran
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan (isi atau materi ajar) dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan (siswa atau pebelajar atau mungkin juga guru). Penyampaian pesan ini bisa dilakukan melalui simbol-simbol komunikasi berupa simbol-simbol verbal dan non-verbal atau visual yang selanjutnya ditafsirkan oleh penerima pesan, atau bisa juga disebut sebagai proses komunikasi. Dalam proses komunikasi tersebut, guru bertindak sebagai komunikator yang bertugas menyampaikan pesan pelajaran kepada penerima pesan yaitu siswa. Agar pesan-pesan pembelajaran yang disampaikan guru dapat diterima baik oleh siswa, maka dalam proses komunikasi pembelajaran tersebut diperlukan wahana penyalur pesan yang disebut dengan media. Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Selain itu terdapat banyak pengertian media yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya sebagai berikut:
1.    Media merupakan saluran komunikasi (Heinich, Molenda dan Russel).
2.    Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Schramm).
3.    Sarana fisik untuk menyampaikan pesan atau materi pembelajaran seperti buku, film, video, slide, dan sebagainya (Briggs).
4.    Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA).
Apabila kita cermati beberapa pengertian di atas, ternyata yang dimaksud dengan media itu terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hard ware) dan unsur pesan yang dibawanya (soft ware atau message). Unsur pesan adalah informasi atau bahan ajar dalam tema atau topik tertentu yang akan disampaikan atau dipelajari siswa, sedangkan unsur perangkat keras adalah sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan pesan tersebut. Dengan demikian, sesuatu baru bisa dikatakan media pembelajaran jika sudah memenuhi dua unsur tadi.
Sebagai contoh, pesawat televisi belum berfungsi sebagai media pembelajaran jika tidak mengandung pesan-pesan yang akan dipelajari anak, jadi pesawat televisi merupakan alat atau hardware saja. Agar dapat disebut sebagai media pembelajaran maka pesawat televisi harus mengandung program atau acara yang mengandung informasi, pesan atau bahan ajar yang akan dipelajari anak. Tetapi apabila kita menggunakan pesawat televisi sebagai alat peraga untuk memperkenalkan kepada anak tentang komponen-komponen yang ada dalam pesawat televisi dan cara kerjanya maka pesawat televisi itu dapat berfungsi sebagai media pembelajaran.
Dari contoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pesan tidak harus berasal dari media tetapi dapat berasal dari guru atau siapa saja yang menggunakan media tersebut untuk penyampaian pesan.

B.  Klasifikasi Media Pembelajaran
Klasifikasi mempunyai arti pengelompokkan, sedangkan media merupakan alat atau bahan. Jadi dapat disimpulkan klasifikasi media pembelajaran merupakan pengelompokkan alat atau bahan ajar sesuai dengan jenisnya untuk membantu proses berjalannya pembelajaran yang efektif. Dalam suatu proses belajar mengajar, kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang akan disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media.
Setiap jenis media memiliki karakteristik masing-masing dan menampilkan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses belajar peserta didik. Agar peran sumber dan media belajar menunjukkan pada suatu jenis media tertentu, maka pada media-media belajar itu perlu diklasifikasikan menurut suatu metode tertentu sesuai dengan sifat dan fungsinya terhadap pembelajaran. Pengelompokkan itu penting untuk memudahkan para pendidik dalam memahami sifat media dan dalam menentukan media yang cocok untuk pembelajaran atau topik pembelajaran tertentu. Dari sinilah timbul usaha-usaha penataannya, yaitu pengelompokkan atau klasifikasi menurut kesamaan ciri atau karakteristiknya. Para ahli berbeda dalam setiap pengelompokkannya, diantaranya:
1.   Klasifikasi menurut Rudy Bretz
Bretz mengidentifikasi ciri utama dari media menjadi tiga unsur pokok, yaitu suara, visual dan gerak. Visual sendiri dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis (line graphic) dan simbol yang merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Di samping itu Bretz juga membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekaman (recording) sehingga terdapat 8 klasifikasi media: a) media audio visual gerak, b) media audio visual diam, c) media audio semi-gerak,          d) media visual gerak, e) media visual diam, f) media semi-gerak, g) media audio dan h) media cetak.
2.   Klasifikasi menurut Duncan
Duncan mengklasifikasikan media menurut pemanfaatannya. Menurut Duncan, semakin mahal biaya investasinya, semakin susah pengadaannya, namun semakin panjang juga umur penggunaannya dan semakin luas lingkup sasarannya. Sebaliknya, semakin sederhana perangkat media yang digunakan, biayanya akan semakin murah, pengadaannya akan lebih mudah, sifat penggunaannya lebih khusus dan lingkup sasarannya lebih terbatas.
3.   Klasifikasi menurut Briggs
Briggs mengklasifikasikan media menurut stimulus atau rangsangan yang dapat ditimbulkannya. Maksudnya adalah kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik siswa, tugas pembelajaran dan bahannya. Briggs mengidentifikasi 13 macam media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yakni sebagai berikut: objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi, dan gambar.
4.   Klasifikasi menurut Gagne
Tanpa menyebutkan jenis dari masing-masing medianya, Gagne membuat 7 macam pengelompokkan media, yaitu: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Ke tujuh kelompok media ini kemudian dikaitkan dengan kemampuan memenuhi fungsi menurut tingkatan hierarki belajar yang di kembangkannya, yaitu pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berpikir, memasukkan alih-ilmu, menilai prestasi, dan pemberi umpan balik.
5.   Klasifikasi menurut Edling
Dalam mengklasifikasikan media, Edling beranggapan bahwa siswa, rangsangan belajar, dan tanggapan merupakan variabel kegiatan belajar dengan media. Menurut Edling, media merupakan bagian dari enam unsur rangsangan belajar, yaitu dua untuk pengalaman audio meliputi kodifikasi subjektif  visual dan kodifikasi objektif audio, dua untuk pengalaman visual meliputi kodifikasi subjektif audio dan kodifikasi objektif visual, dan dua pengalaman belajar 3 dimensi meliputi pengalaman langsung dengan orang dan pengalaman langsung dengan benda-benda.
6.   Klasifikasi menurut Schramm
Dari segi kerumitan media dan besarnya biaya, Schramm membedakan media dari media rumit dan mahal (big media) dan media sederhana dan murah (little media).Schramm juga mengelompokkan media menurut daya liputnya, yaitu media massal, media kelompok, dan media individual. Selain itu, Schramm juga membuat pengelompokkan lain menurut kontrol pemakaiannya dalam pengertian portabilitas, kesesuaiannya untuk di rumah, kesiapan setiap saat diperlukan, dapat tidaknya laju penyampaiannya dikontrol, kesesuaiannya untuk belajar mandiri, dan kemampuannya untuk memberikan umpan-balik.
7.   Klasifikasi menurut Allen
Menurut Allen, terdapat sembilan kelompok media, yaitu visual diam, film, televisi, obyek tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi, buku teks cetak, dan sajian lisan. Di samping mengklasifikasikan, Allen juga mengaitkan antara  jenis media pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Allen melihat  bahwa media tertentu memiliki kelebihan untuk tujuan belajar tertentu tetapi lemah untuk tujuan belajar yang lain. Allen mengungkapkan enam tujuan belajar, antara lain: info faktual, pengenalan visual, prinsip dan konsep, prosedur, keterampilan, dan sikap. Setiap jenis media tersebut memiliki perbedaan kemampuan untuk mencapai tujuan belajar ada tinggi, sedang, dan rendah.
8.   Klasifikasi media menurut R. Murry Thomas
Menurut R. Murry Thomas, media diklasifikasikan berdasarkan jenjang pengalaman, yaitu: pengalaman dari benda asli (reliefe experience) misalnya bola, pengalaman dari benda tiruan (sudstitude of reliefe experience) misalnya gambar dan foto, pengalaman dari kata-kata (word only) misalnya buku dan program radio.
9.   Klasifikasi media menurut Soeparno
Soeparno membagi media menjadi 3, yaitu:
a.    Klasifikasi media berdasarkan karakteristiknya, dibedakan menjadi:       1) media yang memiliki karakteristik tunggal misalnya radio. 2) media yang memiliki karakteristik  ganda misalnya film dan TV.
b.    Klasifikasi media berdasarkan dimensi presentasi, dibedakan menjadi:   1) lama presentasi yaitu presentasi sekilas misalnya TV dan presentasi tak sekilas misalnya OHP. 2) sifat presentasi yaitu presentasi kontinyu misalnya TV dan presentasi tak kontinyu misalnya OHP.
c.    Klasifikasi media berdasarkan pemakainya, dapat dibedakan menjadi:    1) berdasarkan jumlah pemakai yaitu media untuk kelas besar, kelas kecil, dan belajar individual. 2) berdasarkan usia dan tingkat pendidikan pemakai yaitu media untuk TK, SD, SMP, SMU, dan PT.
Dari beberapa pengelompokkan media yang dikemukakan di atas dapat dilihat bahwa hingga saat ini belum terdapat suatu kesepakatan tentang klasifikasi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya. Khususnya untuk suatu sistem instruksional. Bagaimanapun, suatu pengelompokkan, apapun bentuk dan tujuannya dapat memperjelas perbedaan dalam fungsi dan kemampuannya. Hal ini sangat diperlukan dalam menentukan pilihan atas media.

C. Karakteristik Media Pembelajaran
Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu yang dikaitkan atau dilihat dari berbagai segi. Misalnya, Schramm melihat karakteristik media dari segi ekonomisnya, lingkup sasaran yang dapat diliput, dan kemudahan kontrolnya oleh pemakai. Karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuannya membangkitkan rangsangan seluruh alat indera. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai karakteristik media pembelajaran sangat penting artinya untuk pengelompokkan dan pemilihan media. Kemp (1975) juga mengemukakan bahwa karakteristik media merupakan dasar pemilihan media yang disesuaikan dengan situasi belajar tertentu. Jadi klasifikasi media, karakteristik media, dan pemilihan media merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi pembelajaran. Banyak ahli, seperti Bretz, Duncan, Briggs, Gagne, Edling, Schramm, dan Kemp, telah melakukan pengelompokkan atau membuat taksonomi mengenai media pembelajaran. Dari sekian pengelompokkan tersebut, secara garis besar media pembelajaran dapat diklasifikasikan atas: media grafis, media audio, media proyeksi diam (hanya menonjolkan visual saja dan disertai rekaman audio), dan media permainan-simulasi. Arsyad (2002) mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi empat kelompok berdasarkan teknologi, yaitu: media hasil teknologi cetak, media hasil teknologi audio-visual, media hasil teknologi berdasarkan komputer, dan media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Masing-masing kelompok media tersebut memiliki karakteristik yang khas dan berbeda satu dengan yang lainnya. Untuk tujuan-tujuan praktis, di bawah ini akan dibahas karakteristik beberapa jenis media yang biasa di pakai dalam kegiatan belajar mengajar khususnya di Indonesia.
1.   Media Grafis
Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan simbol atau gambar. Grafis biasanya digunakan untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta-fakta sehingga menarik dan diingat orang. Sebagaimana halnya media yang lain, media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain sederhana dan mudah pembuatannya, media grafis termasuk media yang relatif murah ditinjau dari segi biayanya. Yang termasuk media grafis diantaranya adalah:
a.    Gambar/foto, adalah media yang paling umum dipakai. Pepatah Cina mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata. Kelebihannya adalah sifatnya konkrit, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita, dapat memperjelas suatu masalah sehingga dapat membetulkan kesalahpahaman, dan harganya murah serta mudah didapat tanpa perlu memerlukan peralatan khusus. Sedangkan kekurangannya adalah hanya menekankan persepsi indera mata, benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran, dan ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
b.   Sketsa, yaitu gambar yang sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok dari suatu bentuk gambar. Sketsa, selain dapat menarik perhatian murid, menghindari verebalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan, harganya pun tidak perlu dipersoalkan karena media ini dibuat langsung oleh guru.
c.    Diagram, yaitu gambar sederhana yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan timbal balik yang biasanya disajikan melalui garis-garis simbol. Diagram pada umumnya berisi petunjuk-petunjuk. Diagram menyederhanakan hal yang kompleks sehingga dapat memperjelas penyajian pesan.
d.   Bagan, yaitu perpaduan sajian kata-kata, garis, dan simbol yang merupakan ringkasan suatu proses, perkembangan, atau hubungan-hubungan penting. Fungsinya adalah untuk menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual.
e.    Grafik, yaitu penyajian data berangka melalui perpaduan antara angka, garis, dan simbol. Fungsi grafik adalah untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan sesuatu objek atau peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas. Berbeda dengan bagan, grafik disusun berdasarkan prinsip-prinsip matematik dan menggunakan data-data komparatif.
f.    Kartun, yaitu suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan sesuatu pesan secara cepat dan ringkas atau sesuatu sikap terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu.
g.   Poster, yaitu sajian kombinasi visual yang jelas, menyolok, dan menarik dengan maksud untuk menarik perhatian orang yang lewat.
h.   Peta dan globe, berfungsi untuk menyajikan data-data lokasi.
i.     Papan flannel, yaitu papan yang berlapis kain flannel untuk menyajikan gambar atau kata-kata yang mudah ditempel dan mudah pula dilepas.
j.     Papan buletin, yaitu papan biasa tanpa dilapisi kain flanel. Gambar-gambar atau tulisan-tulisan biasanya langsung ditempelkan dengan menggunakan lem atau alat penempel lainnya.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa media grafis memiliki kelebihan dan kelemahan, diantaranya yaitu:
Kelebihan media grafis:
a.    Dapat mempermudah dan mempercepat pemahaman siswa terhadap pesan yang disajikan.
b.   Dapat dilengkapi dengan warna-warna sehingga lebih menarik perhatian siswa.
c.    Pembuatannya mudah karena hanya berupa unsur visual.
Kelemahan media grafis:
a.    Membutuhkan keterampilan khusus dalam pembuatannya, terutama untuk grafis yang lebih kompleks.
b.   Penyajian pesan hanya berupa unsur visual.

2.   Media Bahan Cetak
Media bahan cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan/printing atau offset. Media bahan cetak ini menyajikan pesannya melalui huruf dan gambar-gambar yang diilustrasikan untuk lebih memperjelas pesan atau informasi yang disajikan. Jenis-jenis media bahan cetak antara lain:
a.    Buku teks, yaitu buku tentang suatu bidang studi atau ilmu tertentu yang disusun untuk memudahkan para guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Penyusunan buku teks ini disesuaikan dengan urutan dan ruang lingkup GBPP tiap bidang studi tertentu.
b.   Modul, yaitu suatu paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa. Satu paket modul biasanya memiliki komponen petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembaran kerja siswa, kunci lembaran kerja, lembaran tes, dan kunci lembaran tes.
c.    Bahan pengajaran terprogram, yaitu paket program pengajaran individual yang hampir sama dengan modul. Perbedaannya dengan modul, bahan pengajaran terprogram ini disusun dalam topik-topik kecil untuk setiap bingkai/halamannya. Satu bingkai biasanya berisi informasi yang merupakan bahan ajar, pertanyaan, dan balikan/respons dari pertanyaan bingkai lain.
Kelebihan media bahan cetak:
a.    Dapat menyajikan pesan atau informasi dalam jumlah yang banyak.
b.    Pesan atau informasi dapat dipelajari oleh siswa sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kecepatan masing-masing.
c.    Dapat dipelajari kapan dan dimana saja karena mudah dibawa.
d.   Akan lebih menarik apabila dilengkapi dengan gambar dan warna.
e.    Perbaikan/revisi mudah dilakukan.
Kelemahan media cetak:
a.    Proses pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama.
b.    Bahan cetak yang tebal mungkin dapat membosankan dan mematikan minat siswa untuk membacanya.
c.    Apabila jilid dan kertasnya jelek, bahan cetak akan mudah rusak dan sobek.

3.   Media Proyeksi Diam
Media proyeksi diam adalah media visual yang diproyeksikan atau media yang memproyeksikan pesan dimana hasil proyeksinya tidak bergerak atau memiliki sedikit unsur gerakan. Jenis-jenis media ini antara lain:
a.    OHT dan OHP. OHT (Overhead Transparency) adalah media visual yang diproyeksikan melalui alat proyeksi yang disebut OHP (Overhead Projector). OHT terbuat dari bahan transparan yang biasanya berukuran 8,5 x 11 inci. OHP adalah salah satu jenis alat (pesawat) projektor yang digunakan untuk memproyeksikan (memantulkan) objek yang tembus cahaya (transparan) ke permukaan layar. Alat ini dipakai guru sebagai pengganti papan tulis.
b.   Proyektor tak tembus pandang atau opaque projector adalah media yang digunakan untuk memproyeksikan bahan dan benda-benda yang tidak tembus pandang, seperti model-model baik yang dua dimensi maupun yang tiga dimensi. Berbeda dengan OHP, opaque projector ini tidak memerlukan transparansi, tapi memerlukan penggelapan ruangan. Opaque projector biasanya dapat pula digunakan untuk memproyeksikan film bingkai atau slide akan tetapi tidak dilengkapi dengan tape recorder.
c.    Slide atau film bingkai adalah media visual yang diproyeksikan melalui alat yang disebut dengan proyektor slide. Slide atau film bingkai tersebut dari film positif yang kemudian diberi bingkai yang terbuat dari karton atau plastik.

d.   Filmstrip atau film rangkai atau film gelang adalah media visual proyeksi diam, yang pada dasarnya hampir sama dengan media slide. Hanya filmstrip ini terdiri atas beberapa film yang merupakan satu kesatuan (merupakan gelang, dimana antara ujung yang satu dengan ujung yang lainnya bersatu).
e.    Microfis adalah lembaran film transparan yang terdiri dari lambang-lambang visual baik grafis maupun verbal yang diperkecil sedemikian rupa sehingga tidak dapat dibaca dengan mata telanjang. Keuntungan terbesar dari alat ini adalah dapat menghemat ruangan.
f.     Film, atau disebut juga sebagai gambar hidup (motion pictures), yaitu serangkaian gambar diam (still pictures) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Film merupakan media yang menyajikan pesan audio-visual dan gerak. Sehingga, memberikan kesan yang impresif bagi pemirsanya. Jenis-jenis film ini antara lain film bisu, film bersuara, dan film gelang.
Kelebihan media film:
1)   Memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa.
2)   Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses.
3)   Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
4)   Lebih realistis, dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan.
5)   Memberikan kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi sikap siswa.
Kekurangan media film:
1)   Harga produksinya cukup mahal.
2)   Pembuatannya memerlukan banyak waktu dan tenaga.
3)   Memerlukan operator khusus untuk mengoperasikannya.
4)   Memerlukan penggelapan ruangan.
g.   Televisi adalah media yang dapat menampilkan pesan secara audio-visual dan gerak (sama dengan film). Jenis media televisi ini antara lain:
1)   Media televisi terbuka, adalah media audio-visual gerak yang penyampaian pesannya melalui pancaran gelombang elektromagnetik dari satu stasiun, kemudian pesan tadi diterima oleh pemirsa melalui pesawat televisi.
Kelebihan media televisi terbuka:
a)   Informasi/pesan yang disajikannya lebih aktual.
b)   Jangkauan penyebarannya sangat luas.
c)   Memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa.
d)  Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses.
e)   Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
f)    Memberikan kesan yang mendalam yang dapat mempengaruhi sikap siswa.
Kelemahan media televisi terbuka:
a)   Programnya tidak dapat diulang-ulang sesuai kebutuhan.
b)   Sifat komunikasinya hanya satu arah.
c)   Gambarnya relatif kecil.
d)  Kadangkala terjadi distorsi gambar dan warna akibat kerusakan atau gangguan magnetik.
2)   Media televisi siaran terbatas (TVST atau CCTV) adalah media audio-visual gerak yang penyampaian pesannya didistribusikan melalui kabel (bukan TV kabel). Dengan perkataan lain, kamera televisi mengambil suatu objek di studio, misalnya guru yang sedang mengajar kemudian hasil pengambilan tadi didistribusikan melalui kabel-kabel ke pesawat televisi yang ada di ruangan-ruangan kelas. Kelebihan televisi siaran terbatas ini dibandingkan dengan televisi terbuka diantaranya adalah komunikasi dapat dilakukan secara dua arah (hubungan antara studio dan kelas dilakukan melalui intercom), kebutuhan siswa dapat lebih diperhatikan dan terkontrol. Sedangkan kelemahannya adalah  terbatas.
3)   Media video cassatte recorder (VCR). Berbeda dengan media film, media VCR perekamannya dilakukan dengan menggunakan kaset video dan penayangannya melalui pesawat televisi, sedangkan media film perekaman gambarnya menggunakan film selluloid yang positif dan gambarnya diproyeksikan melalui proyeksi ke layar. Secara umum, kelebihan media VCR sama dengan kelebihan yang dimiliki oleh media televisi terbuka. Selain itu, media VCR ini memiliki kelebihan lainnya yaitu programnya dapat diulang-ulang. Akan tetapi kelemahannya adalah jangkauannya terbatas.
h.   Media permainan dan simulasi. Ada beberapa istilah lain untuk kelompok media pembelajaran ini, misalnya simulasi dan permainan peran atau permainan simulasi. Meskipun berbeda-beda, semuanya dapat dikelompokkan ke dalam satu istilah yaitu permainan. Ciri atau karakteristik dari media ini adalah melibatkan pebelajar secara aktif dalam proses belajar, peran pengajar tidak begitu terlihat tetapi yang menonjol adalah aktivitas interaksi antar pebelajar, dapat memberikan umpan balik langsung, memungkinkan penerapan konsep-konsep atau peran-peran ke dalam situasi nyata di masyarakat, memiliki sifat luwes karena dapat dipakai untuk berbagai tujuan pembelajaran dengan mengubah alat dan persoalannya sedikit saja, mampu meningkatkan kemampuan komunikatif pebelajar, mampu mengatasi keterbatasan pebelajar yang sulit belajar dengan metode tradisional, dan dalam penyajiannya mudah dibuat serta diperbanyak.

4.   Media Audio
Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya dapat diterima oleh indera pendengaran. Pesan atau informasi yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif yang berupa kata-kata, musik, dan sound effect. Jenis media audio ini diantaranya:
a.    Radio, adalah media audio yang penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang elektromagnetik dari suatu pemancar. Pemberi pesan (penyiar) secara langsung dapat mengkomunikasikan pesan atau informasi melalui suatu alat (microfon) yang kemudian diolah dan dipancarkan ke segenap penjuru melalui gelombang elektromagnetik dan penerima pesan (pendengar) menerima pesan atau informasi tersebut dari pesawat radio di rumah-rumah atau para siswa mendengarkannya di kelas-kelas.
Kelebihan media radio:
1)   Memiliki variasi program yang cukup banyak.
2)   Sifatnya mobile, karena mudah dipindah-pindah tempat dan gelombangnya.
3)   Baik untuk mengembangkan imajinasi siswa.
4)   Dapat lebih memusatkan perhatian siswa terhadap kata, kalimat atau musik, sehingga sangat cocok digunakan untuk pengajaran bahasa.
5)   Jangkauannya sangat luas, sehingga dapat didengar oleh massa yang banyak.
6)   Harganya relatif murah.
Kelemahan media radio:
1)   Sifat komunikasinya hanya satu arah (one way communication).
2)   Jika siarannya monoton akan lebih cepat membosankan siswa untuk mendengarkannya.
3)   Program siarannya sekilas, sehingga tidak bisa diulang-ulang dan disesuaikan dengan kemampuan belajar siswa secara individual.
b.    Media alat perekam pita magnetik. Alat perekam pita magnetik atau kaset tape recorder adalah media yang menyajikan pesannya melalui proses perekam kaset audio. Tidak seperti radio yang menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai alat pemancarannya.
Kelebihan media alat perekam pita magnetik:
1)   Pita rekaman dapat diputar berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan siswa.
2)   Rekaman dapat dihapus dan digunakan kembali.
3)   Mengembangkan daya imajinasi siswa.
4)   Sangat efektif untuk pembelajaran bahasa.
5)   Penggandaan programnya sangat mudah.
Kelemahan media alat perekam pita magnetik :
1)   Daya jangkauannya terbatas.
2)   Biaya penggandaan alatnya relatif lebih mahal dibanding radio.
c.    Labolatorium bahasa, adalah tempat untuk melatih siswa mendengar dan berbicara dalam bahasa asing dengan cara menyajikan materi pelajaran yang disiapkan sebelumnya. Media yang dipakai adalah alat perekam.

5.   Multi Media
Pengertian multi media sering dikacaukan dengan pengertian multi image. Multi media merupakan suatu sistem penyampaian dengan menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang terdiri atas bahan cetak, bahan audio, dan bahan audiovisual. Sedangkan multi image merupakan gabungan dari beberapa jenis proyeksi visual yang digabungkan lagi dengan komponen audio yang kuat, sehingga dapat diselenggarakan pertunjukan besar yang cocok untuk penyajian di suatu auditorium yang luas.
Kelebihan multi media:
a.    Siswa memiliki pengalaman yang beragam dari segala media.
b.    Dapat menghilangkan kebosanan siswa karena media yang digunakan lebih bervariasi.
c.    Sangat baik untuk kegiatan belajar mandiri.
Kelemahan multi media:
a.    Biayanya cukup mahal.
b.   Memerlukan perencanaan yang matang dan tenaga profesional.
Jenis multi media diantaranya:
a.    Media Objek. Media objek merupakan media tiga dimensi yang menyampaikan informasi tidak dalam bentuk penyajian, melainkan melalui ciri fisiknya sendiri, seperti ukurannya, bentuknya, beratnya, susunannya, warnanya, fungsinya, dan sebagainya. Media objek ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu media objek sebenarnya dan media objek pengganti. Media objek sebenarnya dibagi dua jenis, yaitu media alami dan media objek buatan. Media objek alami dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu objek alami yang hidup dan objek alami yang tidak hidup. Sebagai contoh objek alami yang hidup adalah ikan, burung elang, singa, dan sebagainya. Sedangkan objek buatan, yaitu buatan manusia, contohnya gedung, mainan, jaringan transportasi dan sebagainya. Media kelompok ke dua terdiri atas benda-benda tiruan yang dibuat untuk mengganti benda-benda yang sebenarnya. Objek-objek pengganti dikenal dengan sebutan replika, model, dan benda tiruan. Replika dapat didefinisikan sebagai reproduksi statis dari suatu objek dengan ukuran yang sama dengan benda yang sebenarnya. Model merupakan sebuah reproduksi yang kelihatannya sama, tapi biasanya diperkecil atau diperbesar dalam skala tertentu. Benda tiruan ada dua macam, yaitu pertama merupakan bangunan yang dibuat kurang lebih menyerupai suatu benda yang besar, misalnya bagian dari sebuah kapal terbang (sayap). Bentuk benda tiruan yang kedua ialah bentuk yang menggambarkan mekanisme kerja suatu benda, misalnya sistem pembakaran automobile.
b.    Media Interaktif. Karakteristik terpenting kelompok media ini adalah bahwa siswa tidak hanya memperhatikan media atau objek saja, melainkan juga dituntut untuk berinteraksi selama mengikuti pembelajaran. Sedikitnya ada tiga macam interaksi, interaksi yang pertama ialah yang menunjukkan siswa berinteraksi dengan sebuah program, misalnya siswa diminta mengisi blanko pada bahan belajar terprogram. Bentuk interaksi yang kedua ialah siswa berinteraksi dengan mesin, misalnya mesin pembelajarannya, simulator, laboratorium bahasa, komputer, atau kombinasi diantaranya yang berbentuk video interaktif. Bentuk interaksi ketiga ialah mengatur interaksi antara siswa secara teratur tapi tidak terprogram, sebagai contoh dapat dilihat pada berbagai permainan pendidikan atau simulasi yang melibatkan siswa dalam kegiatan atau masalah, yang mengharuskan mereka untuk membalas serangan lawan atau kerjasama dengan teman seregu dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini siswa harus dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang timbul karena tidak ada batasan yang kaku mengenai jawaban yang benar. Jadi permainan pendidikan dan simulasi yang berorientasikan pada masalah memiliki potensi untuk memberikan pengalaman belajar yang merangsang minat dan realistis. Oleh karena itu, guru menganggapnya sebagai sumber terbaik dalam urusan media komunikasi.
6.   Media Berbasis Alam
Media berbasis alam dibagi menjadi:
a.    Lingkungan sebagai media belajar. Penggunaan media grafis, tiga dimensi, dan proyeksi pada dasarnya memvisualkan fakta, gagasan, kejadian, dan peristiwa dalam bentuk tiruan dari keadaan sebenarnya untuk dibahas di dalam kelas dalam membantu proses pengajaran. Di lain pihak guru dan siswa bisa mempelajari keadaan sebenarnya di luar kelas dengan menghadapkan para siswa kepada lingkungan yang aktual untuk dipelajari dan diamati dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar. Pada prinsipnya belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Ada beberapa cara bagaimana mempelajari lingkungan sebagai media dan sumber belajar, diantaranya:
1)   Dengan survey, yakni siswa mengunjungi lingkungan seperti masyarakat setempat untuk mempelajari proses sosial, budaya, ekonomi, kependudukan, dan lain-lain.
2)   Dengan kemah atau kemping. Kemah cocok untuk mempelajari ilmu pengetahuan alam, ekologi, biologi, dan lain-lain. Siswa dituntut merekam apa yang ia alami, rasakan, lihat dan kerjakan selama kemah berlangsung.
3)   Dengan karyawisata, yaitu kunjungan siswa keluar kelas untuk mempelajari objek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikuler di sekolah.
4)   Dengan praktek lapangan, yaitu praktek yang dilakukan seorang siswa untuk memperoleh keterampilan dan kecakapan khusus.
b.   Masyarakat sebagai media belajar. Pelaksanaan pendidikan selama ini lebih banyak hanya mengutamakan aspek kognitifnya saja, sedangkan aspek afektif dan psikomotorik sering dilupakan. Kita bisa mengetahui banyak sekolah di sekitar kita yang hanya mentransfer ilmu di dalam kelas yang hanya merupakan pendidikan materi, sedangkan praktek lapangan tidak diperhatikan. Padahal anak didik yang hanya dibekali ilmu saja tanpa skill dan pengalaman yang matang, ia mungkin tidak bisa terjun dalam realitas masyarakat. Karena masyarakat akan melihat kemampuan anak tersebut, bukan hanya pengetahuannya saja. Berpijak dari permasalahan tersebut, maka masyarakat sebagai sumber pendidikan haruslah dapat dijadikan sebagai kajian yang menyeluruh. Karena kita tahu bahwa dalam kehidupan masyarakat adalah bahan-bahan yang hidup dan nyata untuk dikaji secara mendalam. Karenanya pendidikan di sekolah bukan saja harus menyesuaikan diri dengan masyarakat, akan tetapi masyarakat dijadikan sumber yang luas bagi pengalaman belajar, artinya bahwa sekolah dapat dibawa ke dalam masyarakat dan sebaliknya masyarakat dapat dibawa ke dalam sekolah.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar.  Para guru dituntut agar mampu memahami dan menggunakan alat-alat yang  tersedia atau media pembelajaran  dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.
Kemajuan dibidang teknologi pendidikan maupun teknologi pembelajaran menuntut digunakannya berbagai media pembelajaran serta peralatan-peralatan yang semakin canggih. Boleh dikatakan bahwa dunia pendidikan dewasa ini hidup dalam dunia media, dimana kegiatan pembelajaran telah bergerak menuju dikuranginya sistem penyampaian bahan pembelajaran secara konvensional yang lebih mengedepankan metode ceramah, dan diganti dengan sistem penyampaian bahan pembelajaran modern yang lebih mengedepankan peran siswa dan pemanfaatan multi media. Lebih-lebih pada kegiatan pembelajaran yang menekankan pada kompetensi-kompetensi yang terkait dengan keterampilan proses, peran media pembelajaran menjadi semakin penting. Pembelajaran yang dirancang secara baik dan kreatif dengan memanfaatkan teknologi multi media, dalam batas-batas tertentu akan dapat memperbesar kemungkinan siswa untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya lebih baik, dan meningkatkan kualitas pembelajaran.




DAFTAR PUSTAKA

Susilana, Rudi, dkk. 2008. Media Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima.
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pengajaran Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sadiman, Arief S. Dr. M.Sc. 2008. Media Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Susanti. Jurnal Nasional : Analisis Penggunaan Media Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Ekonomi Materi Akuntansi Kelas IX IPS di SMA Negeri Gedangan Sidoarjo. Pendidikan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UNESA.





PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN YANG EDUKATIF UNTUK SD
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Media Pembelajaran
Dosen Pengampu:
Bapak Muhammad Noor

Oleh,
Kelompok 5
Ajril Fahri Septiansyah
Ita Rucita (126223047)
Rini Triani (126223084)
SEMESTER 6
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH KUNINGAN
2015
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Media Pembelajaran dan Game Edukasi
Media berasal dari kata medium (Latin) yang berarti perantara atau pengantar. Media pembelajaran adalah alat yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Menurut Gagne dalam Sadiman (1995: 6) media adalah berbagai jenis komponen dan lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Game edukasi adalah salah satu jenis game yang digunakan untuk memberikan pembelajaran kepada penggunanya melalui media permainan yang unik dan menarik.
Game Edukasi adalah sebuah software aplikasi yang dijalankan di PC (Personal Computer) yang berbentuk tulisan, gambar, suara, animasi dan sebagainya yang dapat dioperasikan seseorang untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Media pembelajaran merupakan salah faktor penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Hal tersebut disebabkan adanya perkembangan teknologi dalam bidang  pendidikan yang menuntut efisiensi dan efektivitas dalam pembelajaran. Untuk mencapai tingkat efisiensi dan efektivitas yang optimal, salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah mengurangi bahkan jika perlu menghilangkan dominasi sistem penyampaian pelajaran yang bersifat verbalistik dengan cara menggunakan media pembelajaran.
Sehubungan dengan penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran, para tenaga pengajar atau guru perlu cermat dalam pemilihan dan atau penetapan media yang akan digunakannya. Kecermatan dan ketepatan dalam pemilihan media akan menunjang efektivitas kegiatan pembelajaran yang dilakukannya. Disamping itu juga kegiatan pembelajaran menjadi menarik sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, dan perhatian siswa menjadi terpusat kepada topik yang dibahas dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukannya. Kecermatan dan ketepatan dalam memilih media pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor seperti luas sempitnya pengetahuan dan pemahaman tenaga pengajar tentag kriteria dan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan serta prosedur pemilihan media pembelajaran.

B.     Kriteria Pemilihan Media
Media pembelajaran yang  beraneka ragam jenisnya  tentunya  tidak akan digunakan seluruhnya secara serentak dalam kegiatan pembelajaran, namun hanya beberapa saja. Untuk itu perlu di lakukan pemilihan media tersebut. Agar pemilihan media pembelajaran tersebut tepat, maka perlu dipertimbangkan faktor/kriteria-kriteria dan langkah-langkah pemilihan media. Kriteria yang perlu dipertimbangkan guru atau tenaga pendidik dalam  memilih media pembelajaran menurut Nana Sudjana (1990: 4-5) yakni:
1) ketepatan media dengan tujuan pengajaran;
2) dukungan terhadap isi bahan pelajaran;
3) kemudahan memperoleh media;
4) keterrampilan guru dalam menggunakannya;
5) tersedia waktu untuk menggunakannya; dan
6) sesuai dengan taraf berfikir anak.
Sepadan dengan hal itu I Nyoman Sudana Degeng (1993; 26-27) menyatakan bahwa ada sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan guru/pendidik dalam memilih media pembelajaran, yaitu:
1) tujuan instruksional;
2) keefektifan;
3) siswa;
4) ketersediaan;
5) biaya pengadaan;
6) kualitas teknis.
Selanjutnya menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1992/1993: 67-68) kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media yaitu:
             1) tujuan;
 2) karakteristik siswa;
 3) alokasi waktu;
 4) ketersediaan;
 5) efektivitas;
 6) kompatibilitas; dan
 7) biaya.
Dari bebrapa pendapat di atas pada dasarnya jika kita lihat memiliki criteria yang sama dan saling melengkapi. Untuk itu criteria yang sebaiknya digunakan dalam pemilihan media adalah dukungan terhadap isi bacaan pelajaran dan kemudahan memperolehnya.apabila media yang sesuai belum tersedia maka guru berupaya untuk mengembangkannya sendiri.
C.    Pengembangan Media Sederhana
Telah kita ketahui beberapa macam media yang digunakan dalam pembelajaran khususnya di Sekolah Dasar meliputi Media berbasis Visual (chart, grafik, transparansi, slide), media berbasis audio-visual (video dan audio-tape), serta media berbasi computer.
1.      Media Berbasis Visual
Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk, seperti foto, gambar/ilustrasi, sketsa/gambar garis, grafik, bagan, chart dan gabungan dari dua bentuk atau lebih. Foto menghadirkan ilustrasi melalui gambar yang hamper menyamai kenyataan dari sesuatu objek atau situasi. Sementara itu grafik merupakan refresentasi simbolis dan artistic sesuatu objek atau situasi.
Keberhasilan penggunaan media berbasis visual ditentukan oleh kualitas dan efektivitas bahan-bahan visual dan grfik itu.
a.       Gambar
Gambar yang dimaksudkan disini termasuk foto, lukisan atau gambar, dan sketsa atau gambar garis. Tujuan utama penampilan berbagai jenis gambar ini adalah untuk memvisualisasikan konsep yang ingin disampaikan kepada siswa.  Gambar disini terdiri dari gambar jadi dan gambar grafik. Gamabar jadi merupakan materi pelajaran yang memerlukan visualisasi dalam bentuk ilustrasi yang dapat diperoleh dari sumber yang ada. Gambar-gambar dari majalh, booklet, brosur, selebaran dan lain-lain. Mungkin dapat memnuhi kebutuhan kita. Jika pada saat ini belum memiliki clipping gambar, sebaiknya kita mulai mengumpulkan gambar adri berbagai disiplin ilmu. Dari berbagai sumber tersebut diatas, diharapkan tersedia gambar yang  sesuai dengan isi pelajaran. Dengan gabungan dari dua gambar atau lebih, kebutuhan terhadap gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran akan dapat terpenuhi. Gambar yang dikumpulkan dan dipilih untuk digunakan dalam penyampaian materi pelajaran sebaiknya difotokopi.
Gambar garis atau sketsa,  kendatipun amat sederhana dapat menunjukan aksi atau sikap dengan dampak yang cukup baik. Dengan gambar gari kita dapat menyampiakan cerita atau pesan-pesan penting. Disamping gambar garis dapat dibuat langsung pada papan tulis ketika berada dikelas, gambar juga dapat dipersiapkan lebih dahulu pada lembaran karton atau kertas yang sesuai.
Dalam membuat gambar garis cirri utama objek, aksi, atau situasi yang ingin dilkusikan harus tetap ada. Wajah yang ceria dapat dibedakan dari wajah yang cemberut dengan garis-garis lengkung pada wajah (misalnya mulut dan alis).
b.      Chart dan Bagan
Chart sering terdapat dalam buku-buku pelajaran dan materi pelajaran lainnya. Chart harus mempunyai tujuan pelajaran yang ditentukan dengan jelas.bagi siswa yang berusia muda suatu chart harus berisikan hanya satu konsep atau gambaran konsep. Sebaiknya chart itu ditekan hingga hanya berisi informasi verbal dan visual yang minimum untuk dapat dipahami. Jika ingin mengungkapkan beberapa gagasan atau konsep, sebaiknya dibuat serangkaian chart sederhana. Informasi pembelajaran dan pesan-pesan isi pelajaran dikomunikasikan melalui saluran visual, dan materi verbal hanya diadakan untuk mendukung pesan visual. Berikut disajikan beberapa macam chart dan bagan.
a)      Bagan organisasi menunjukan hubungan atau rantai perintah atau komando dalam suatu organisasi seperti perusahaan, organisasi social, lembaga pemerintah. Biasanya bagan ini menggambarkan tata hubungan antara kariawan atau bagian-bagian organisasi itu.
b)      Chart klasifikasi mirip dengan bagan organisasi tetapi umumnya digunakan untuk menjelaskan atau mengeleompokan objek, peristiwa, atau sepsis. Salah satu jenis chart pengelompokan adalah chart yang menunjukan jenis-jenis chart yang mengelompokan binatang.
c)      Garis atau alur, waktu menggambarkan hubungan kronologis anatara peristiwa-peristiwa yang terjadi. Chart seperti ini sering digunakan untuk menunjukan kaiatan waktu peristiwa-peristiwa bersejarah atau hubungan orang-orang terkenal dengan peristiwa-peristiwa itu. Gambara atau lukisan biasa pula menyertai peristiwa penting itu. Garis waktu amat bermanfaat untuk meringkaskan urutan waktu dari serangkaian peristiwa.
d)     Bagan alir (flow chart) adalah bagan proses yang menunjukan suatu urutan, prosedur-prosedur, atau aliran proses. Bagan alir sering digambar secra horoizontal dan menampilakn bagaimana kegiatan yang berbeda-beda, adonan, atau prosedur muncul sebagai suatu kesatuan menyeluruh.
e)      Tabel berisikan informasi angka-angka atau data. Tabel merupakan media yang sangat baik untuk menunjukan informasi waktu yang ditampilkan dalam bentu kolom-kolom.
c.       Grafik
Grafik menampilkan sajian visual data angka-angka. Grafik juga dapat menggambarkan hubungan dan perbandingan anatara unit-unit data kecenderungan pada data itu. Pada umumnya data pada tabel dapat dipindahkan kedalam grafik. Selanjutnya, data yang disajikan dalam bentuk grafik dengan cepat dapat di interpretasi. Grafik juga secara visual lebih menarik.
a)      Grafik batang amat sederhana, mudah dibuat, dan mudah dibaca. Karena itu grafik batang dapat digunakan pada siswa sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama.
b)      Grafik garis merupakan grafik yang palingtepat dan paling sering digunakan untuk melukiskan kecenderungan-kecenderungan atau membandingkan dan menghubungkan dua kelompok data.
c)      Grafik lingkaran relaitf mudah di interfretasi. Lingkaran dibagi kedalam segmen-segmen yang masing-masing mewakili satu bagian persentase darai keseluruhan data.
d)     Grafik gamabar merupakan bentuk alternative dari grafik batang. Dimana serangkaian gambar sederhana digunakan untuk melukiskan nilai. Grafik gambar secara visual menarik bagi berbagai tipe siswa,terutama yang berusia muda.

d.      Transparansi
Trasparansi merupakan gambar atau film besar yang diproyeksikan oleh penyaji atau guru untuk memvisualisasikan konsep, proses, fakta, statistic, kerangka outline, atau ringkasan didepan kelompok kecil atau kelompok besar.
Teknik pembuatan transparansi dapat digolongkan kedalam teknik pembuatan langsung dan teknik tidak langsung. Pembuatan transparansi langsung secara manual merupakan cara paling murah dan sederhana, yaitu dengan langsung menggambar (membuat visual dalam format yang diinginkan) di atas lembaran transparansi dengan spidol khusus. Teknik tidak langsung adalah memindahkan gambar atau bentuk visual yang sudah ada atau yang telah dipersiapkan pada bahan lain dengan cara membuat kopinya terlebih dahulu.
2.      Media Berbasis Audio-Visual
Media audio dan audio visual merupakan bentuk media pembelajaran yang murah dan terjangkau. Sekali kita membeli tape dan peralatan seperti tape recorder hamper tidak diperlukan lagi biaya tambahan karena tape dapat dihapus setelah diguanakan dan pesan baru dapat direkam kembali. Disamping itu, tersedia pula materi audio yang dapat digunakan dan dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa.audio dapat menapilkan pesan yang memotivasi. Diantara media yang berbasi audio-visual diantaranya:
a.       Radio dan tape, dahulu digunakan untuk merekam suara hal ini dapat diguanakan guru untuk bercerita tauapun melakonkan cerita. Kelebihan dari media ini yaitu siswa dapat mengulang kembali apa yang telah di dengarnya  ketika disekolah.
b.      Kombinasi slide dan suara adalah jenis system multimedia yang paling mudah diproduksi. System multimedia ini serba guna, mudah digunakan dan cukup efektif untuk pembelajaran kelompok atau perorangan dan belajar mandiri. Jika di desain dengan baik, system multimedia gabungan slide dan tape dapat membawa dampak yang dramatis dan tentu saja dapat meningkatkan hasil belajar.
3.      Media Berbasis Komputer
Kemajuan media computer memberikan beberapa kelebihan untuk kegiatan produksi audio visual. Pada tahun-tahun belakangan computer mendapat perhatian besar karena kemampuannya yang dapat digunakan dalam bidang kegiatan pembelajaran. Ditambah dengan teknologi jaringan dan internet, computer seakan menjadi primadona dalam kegiatan pembelajaran. Diantara bentuk interkasi yang dapat diaplikasikan yaitu praktik dan latihan, tutorial, permaian, simulasi dll.
Tutorial merupakan program pembelajaran tutorial dengan bantuan computer meniru system tutor yang dilakukan oleh guru atau instruktur. Informasi atau pesan berupa suatu konsep disajikan di layar computer dengan teks, gambar, atau grafik. Pada saat yang tepat siswa diperkirakan telah membaca, menginterpretasi, dan menyerap konsep itu, suatu pertanyaan atau soal diajukan.
Drills and practice  (latihan) yaitu computer menyiapkan serangkaian soal atau pertanyaan yang serupa dengan yang biasa ditemukan dalam buku/ lembaran kerja.
Simulasi merupakan program dengan bantuan computer mencoba untuk menyamai proses dinamis yang terjadi di dunia nyata, misalnya siswa menggunakan computer untuk mensimulasikan menerbangkan pesawat terbang, menjalankan usahakecil. Program ini berusaha memberikan pengalaman masalah “dunia nyata” yang berhubungan dengan resiko seperti bangkrut ataupun yang lainnya.
D.    Pengembangan Permainan Edukatif untuk SD
Dari beberapa media yang telah dijelaskan ada beberapa media yang digunakan di Sekolah Dasar dan merupakan pengembangan dari beberapa media di atas. Media ini telah dimodifikasi sehingga menjadi suatu bentuk permainan yang dapat memicu kreatifitas siswa selain itu siswa dapat tertarik terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru, bisa disebut sebagai permaian edukatif.
Permainan edukatif adalah semua bentuk permainan yang dirancang untuk memberikan pengalaman pendidikan atau pengalaman belajar kepada para pemainnya, termasuk permainan tradisional dan “modern” yang diberi muatan pendidikan dan pengajaran (Adams, 1975).
Atas dasar pengertian itu, permainan yang dirancang untuk memberi informasi atau menanamkan sikap tertentu, misalnya untuk memupuk semangat kebersamaan dan kegotongroyongan, termasuk dalam kategori permainan edukatif karena permainan itu memberikan pengalaman belajar kognitif dan afektif. Dengan demikian, tidak menjadi soal apakah permainan itu merupakan permainan “asli” yang khusus dirancang (by design) untuk pendidikan ataukah permainan “lama” yang diberi nuansa atau dimanfaatkan (by utilization) untuk pendidikan.
Permainan edukatif merupakan suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan dapat merupakan cara atau alat pendidikan yang bersifat mendidik dan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, berpikir serta bergaul dengan lingkungan atau untuk menguatkan dan menterampilkan anggota badan si anak, mengembangkan kepribadian, mendekatkan hubungan antara pendidik dengan peserta didik, kemudian menyalurkan kegiatan anak didik dan sebagainya.
Permainan edukatif juga dapat berarti sebuah bentuk kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan dari cara atau media pendidikan yang digunakan dalam kegiatan bermain, yang disadari atau tidak, memiliki muatan pendidikan yang dapat bermanfaat dalam mengembangkan diri peserta didik.Artinya, permainan edukatif merupakan sebuah bentuk kegiatan mendidik yang dilakukan dengan menggunakan cara atau media permainan yang bersifat mendidik. Ringkasnya, permainan edukatif adalah permainan yang bersifat mendidik.
Pendidikan anak usia dini (0-8tahun) merupakan tempat belajar sekaligus bermain bagi anak-anak. Anak-anak diajarkan mengenal aturan, disiplin, tanggung jawab dan kemandirian dengan cara bermain. Anak juga diajarkan bagaimana mereka harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya, berempati dengan temannya, tentunya juga berlatih bekerja sama dengan anak yang lain.
Melalui kegiatan bermain yang mengandung edukasi, daya pikir anak terangsang untuk merangsang perkembangan emosi, perkembangan sosial dan perkembangan fisik. Setiap anak memiliki kemampuan dan ketertarikan bermain yang berbeda tergantung dari perkembangan anak. Dari permainan juga biasanya akan menimbulkan fantasi-fantasi besar oleh anak, dan tentu akan semakin menambah rasa ketertarikan anak pada mainan tersebut.
Dalam menentukan permainan edukatif, guru harus pintar dalam memilih, karena tidak semua yang harganya mahal dan modern itu bersifat mendidik, bisa jadi itu hanya menanamkan sifat konsumtif pada anak. Selayaknya guru sebagai pendidik di sekolah dapat memilih dan menyediakan media-media yang dapat mendukung perkembangan kepribadian anak, yang menyangkut fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional anak. Dalam memilih permainan edukatif, guru harus memperhatikan kelayakan dan kemanan mainan tersebut. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam memilih permainan edukatif diantaranya:
1.      Desain Mudah dan Sederhana
Sebaiknya desain permainan edukatif mempunyai desain yang sederhana. Hal paling penting adalah tepat dan mengena pada sasaran edukasi, sehingga anak tidak terbebani dengan kerumitannya.
2.      Multifungsi
Permainan edukasi sesuai untuk anak lelaki atau perempuan, sehingga dapat juga dibentuk sesuai kreativitas dan keinginan anak.
3.      Menarik
Permainan edukatif sebaiknya mampu memotivasi anak dan tidak memerlukan pengawasan yang intensif. Sehingga anak akan bebas mengekspresikan kekreatifannya.
4.      Berukuran besar
Permainan edukatif sebaiknya berukuran besar karena kan memudahkan anak untuk memegangnya dan menghindari kemungkinan membahayakan misalnya dimasukkan ke mulut, maka sebaiknya memilih peralatan yang besar.
5.      Awet dan sesuai kebutuhan
Hendaknya permainan edukasi tahan lama dan sesuai tujuan yang diinginkan, sesuai kebutuhan dan tidak menghabiskan ruangan.
6.      Mendorong Anak untuk bermain bersama
Sebaiknya memilih anak yang memberi kesempatan untuk bersosialisasi dengan temannya dengan segenap kreativitasnya.
7.      Mengembangkan Daya Fantasi
Permainan edukasi diharapkan mampu mengembangkan daya fantasi dan imajinasi anak.
Walaupun alat permainan edukatifnya sederhana harus tetap menarik baik warna maupun bentuknya. Bila bersuara, suaranya harus jelas. Alat permainan edukatif harus mudah diterima oleh semua kebudayaan karena bentuknya sangat umum dan harus tidak mudah rusak. Kalau ada bagian-bagian yang rusak harus mudah diganti. Selain itu pemeliharaannya mudah, terbuat dari bahan yang mudah didapat, dan harganya terjangkau oleh masyarakat luas.
Selain itu, media juga disesuaikan dengan karakteristik anak di usia awal sekolah dasar dan berdasarkan kepada kriteria permainan edukatif di atas, maka permainan edukatif yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran adalah:
1.      Ular Tangga
Permainan ular tangga merupakan permainan yang dapat dimainkan oleh beberapa kelompok dan kental dengan persaingan untuk memenangkannya. Dalam permainan ini diharapkan siswa dapat berlatih kesabaran, sportifitas, bersaing secara sehat, dan berlatih peluang.
Perlengkapan yang diperlukan dalam permainan ular tangga adalah papan ular tangga yang terbuat dari kertas karton tebal, dadu besar terbuat dari kain flanel berisi dakron, tanda masing-masing kelompok, tanda bintang, kertas soal, kertas aturan permainan, solatip, paku pines kecil, spidol, papan tulis. Contoh permaian ular tangga dalam pembelajaran IPA dengan tema Makhluk hidup. Langkah-langkah yang dilakukan guru adalah sebagai berikut.
1)  Guru menjelaskan ciri-ciri makhluk hidup dengan menggunakan media gambar.
2) Siswa diberi waktu 5 menit untuk membaca kembali materi ciri-ciri makhluk hidup.
3) Siswa dan guru bersama-sama membuat kesepakatan dalam bermain ular tangga.
4) Guru membagi siswa menjadi empat kelompok.
5) Guru membagi tanda kelompok.
6) Masing-masing perwakilan kelompok melempar dadu. Kelompok bermain sesuai urutan angka dadu yang diperoleh mulai yang terbesar.
7)  Siswa menjawab pertanyaan yang telah disediakan guru.
8) Kelompok yang dapat menduduki angka paling tinggi itulah pemenangnya. Langkah selanjutnya adalah mengadakan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan proses pembelajaran yang telah dilakukan dan pengamatan oleh beberapa guru kelas lain, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan permainan ular tangga sangat menarik minat siswa, mengaktifkan siswa, dan membuat siswa antusias untuk dapat menjawab dengan benar. Dengan begitu ada keinginan siswa untuk belajar lagi supaya dapat menjawab pertanyaan yang diajukan.
2.      Puzzle
Puzzle yang dipakai adalah puzzle yang sederhana, gambarnya belum terlalu rumit dan cocok untuk anak prasekolah sampai umur 8 tahun. Puzzle ini suatu bentuk permainan beregu yang menugasi pemain untuk menggabungkan atau merangkai kembali potongan-potongan kertas berbangun tak beraturan sehingga menjadi suatu bangun atau bentuk tertentu seperti bujur sangkar, empat persegi panjang, trapesium, jajaran genjang, lingkaran, dan segi tiga.
Tujuan dari permainan diharapkan mengandung aspek moral dan inteleknya. Pemainnya adalah siswa kelas 1-3. Alat pada permainan ini adalah kertas berbangun tertentu, misalnya bujur sangkar, yang diberi gambar sesuai pokok bahasan seperti lafadz Jalalah, asmaul husna, gambar Ka’bah, dan kemudian dipotong menjadi beberapa bagian dan beragam bentuknya.
3.      Teka Teki silang
Teka-teki silang merupakan sebuah permainan yang cara mainnya yaitu mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petujuk . Selain itu mengisi teka-teki silang atau biasa disebut dengan TTS memang sungguh sangat mengasikan, selain juga berguna untuk mengingat kosakata yang populer, selain itu juga berguna untuk pengetahuan kita yang bersifat umum dengan cara santai. Melihat karakteristik TTS yang santai dan lebih mengedepankan persamaan dan perbedaan kata, maka sangat sesuai kalau misalnya dipergunakan sebagai sarana peserta didik untuk latihan dikelas yang diberikan oleh guru yang tidak monoton hanya berupa pertanyaan-pertanyaan baku saja.
4.      Kartu 
Dengan memanipulasi kartu atau potongan kertas, baik baru maupun bekas, guru dapat menggunakannya sebagai media pembelajaran. Banyak permainan yang dihasilkan dari penggunaan kartu ini, yaitu bermain kwartet, menjodohkan, permainan domino (sambung kata), merangkai huruf, merangkai suku kata, merangkai hijaiyyah, mencari huruf yang hilang, menyambungkan ayat, dan sebagainya.
5.      Gambar
Dalam media grafis, gambar dapat melahirkan banyak metode pembelajaran. Tebak gambar, cerita bergambar, menjawab pertanyaan berdasarkan gambar, cerita bersambung, merupakan contoh dari metode pembelajaran yang menggunakan media gambar.
6.      Film dan video
Dengan berbasis teknologi, film dan video menjadi alternatif media yang umumnya disukai anak. Hal ini karena film dan video mengandalkan suguhan bagi auditori dan visualisasi. Kekuatan media audio visual ini dapat melahirkan metode bagi pembelajaran menyimak, tayangan senyap (silent viewing), tayangan bersilang (jigsaw viewing), pencarian harta karun, ramalan dan urutan peristiwa (sequencing).
7.      CD Interaktif
CD interaktif adalah sebuah program interaktif yang dibuat untuk menyampaikan sebuah informasi penting, yang dapat dijalankan dengan mudah oleh pengguna. Media ini lazim disebut CD karena media penyimpanannya mayoritas adalah sebuah kepingan CD. Di tilik dari sifatnya cd interaktif bersifat Plug and Play dan jalan secara autorun.



DAFTAR PUSTAKA

Rani Rahmawati, Sungkono. Kumpulan Jurnal Media Pembelajaran. http://www.slideshare.net/RaniRahmawati/jurnal-media. Diakses pada 3/2/2015, 10:08
Robi’ah Ummi Kulsum, penggunaan permainan edukatif sebagai media Belajar Efektif bagi Guru PAI SD  http://bdkjakarta.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=853. Diakses pada  3/2/2015, 10:03
Arin farikha. Pengembangan Media Pembelajaran Game Edukasi  Untuk Meningkatkan PrestasiBelajar Siswa Pelajaran Matematika Materi Bilangan Bulat di SMP N 3 Mranggen. https://www.academia.edu/5450001/Pengembangan_Media_Pembelajaran_Game_Edukasi_Untuk_Meningkatkan_Prestasi_Belajar_Siswa_Pelajaran_Matematika_Materi_Bilangan_Bulat_di_SMP_N_3_Mranggen . Diakses pada 3/2/2015, 10:03.
Mei Fita Asri Untari. MODEL PEMBELAJARAN AKTIF BERBASIS PERMAINAN EDUKATIF UNTUK MENGOPTIMALKAN KEMAMPUAN BERPIKIR DAN KEPRIBADIAN SISWA SD.
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Daryanto. 2013. Media Pembelajaran. Yogyakarta : Gava Media.



6
PERENCANAAN DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
UNTUK SEKOLAH DASAR
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
MEDIA PEMBELAJARAN PGSD
Dosen : Muhammad Noor,S.Pd

Disusun Oleh :
1.      Fani Fajariah
2.      May Lindayani
3.      Maman Sulaeman
PRODI PGSD 6 IPA B
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH KUNINGAN

Alamat : Jln. Raya Cigugur No.28 Telp/Fax. (0232)874085
Kuningan-Jawa Barat 45551

PEMBAHASAN
Terdapat berbagai jenis dan macam media baik yang berada di dalam maupun di luar kelas. Untuk mempermudah pemahaman kita terhadap keberagaman sumber belajar tersebut, maka dapat dibedakan sebagai berikut:
  1. Media By Design,  adalah media yang dirancang khusus sesuai dengan kebutuhan pembelajaran guna mencapai tujuan. Misalnya media yang dibuat berupa media grafis, audio, dan media audio visual.
  2. Media By Utilization, adalah media yang sudah ada dimanfaatkan oleh sekolah guna menunjang pelaksanaan proses pembelajaran. Misalnya media yang ada di lingkungan sekitar sekolah bahkan luar.
Pengembangan dan penggunaan media perlu dilakukan secara sistematik berdasarkan langkah-langkah yang saling terkait untuk menghasilkan pembelajaran yang bermanfaat.
Guru seringkali mengabaikan prosedur perencanaan yang sistematik ini karena berasumsi, jika sudah dibuat dengan baik sesuai dengan materi yang akan diajarkan, atau jika media sudah dijual di pasar, maka media tersebut dapat digunakan dengan efektif dalam proses pembelajaran. Kenyataannya, ada beberapa langkah yang harus dilakukan guru sebelum sampai pada kesimpulan bahwa media sudah dapat digunakan dengan baik, serta media yang digunakan memang baik.
Sebelum seorang guru menggunakan media dalam aktivitas belajar mengajar, hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya
  • perumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar/tujuan guruan pada kelas yang dihadapi,
  • topik mata pelajaran,
  • keberadaan media dan sumber yang tersedia,
  • pemilihan teknik dan strategi guruan.
Sedangkan menurut Diamond (234:1986) Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penggunaan media:
  • Jumlah para siswa
  • Homogenitas (menyangkut) kelas
  • Sasaran/tujuan pembelajaran
  • Sumber daya tersedia
  • Ruang yang tersedia
  • Waktu yang tersedia
A.      PENYUSUNAN RANCANGAN
Bila Seorang guru akan membuat program media pembelajaran, diharapkan dapat melakukannya dengan persiapan dan perencanaan yang teliti. Dalam membuat perencanaan itu ada beberapa pertanyaan yang perlu jawab.
  • Bagaimana menggunakan media tersebut?
  • Mengapa kita menggunakan media itu?
  • Apakah media yang digunakan efektif dalam rangka mencapai tujuan pembalajaran?
  • Bagaimanakah karakteristik siswa yang mengikuti aktifitas pembelajaran
  • Betulkah media itu mereka perlukan?
  • Sebalik­nya bila mereka tidak menggunakan media yang digunakan itu apakah mereka akan mengalami kerugian tertentu se­cara intelektual?
  • Bagaimana kita akan menge­tahui bahwa pada diri siswa anda telah terjadi perubahan tingkah-Iaku itu?
  • Apa ukuran yang dapat anda gunakan ?

Bila pertanyaan-pertanyaan di atas disusun secara le­bih sistematik maka urutan dalam perencanaan penggunaan media itu dapat diutarakan sebagai berikut:
  • Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa
  • Merumuskan tujuan
  • Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan
  • Mengembangkan alat pengukur keberhasilan
  • Menulis naskah media
  • Mengadakan tes dan revisi.


1.      Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa
Dalam proses belajar mengajar yang dimaksud de­ngan kebutuhan adalah kesenjangan antara kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang. Bila yang kita inginkan, misalnya, siswa da­pat menguasai 1000 kosa kata .bahasa Inggris, sedangkan saat ini mereka hanya menguasai 200 kata, maka ada ke­senjangan 800 kata. Dalam hat ini terdapat kebutuhan untuk mengajar 800 kata bahasa Inggris kepada siswa itu.
Bila yang kita inginkan ialah siswa dapat menjumlah­kan, mengurangi, mengalikan, dan membagi, sedangkan pada saat ini mereka baru dapat menjumlahkan saja, maka kebutuhan pembelajaran itu ialah kemampuan dan keteram­pilan dalam mengurangi, mengalikan dan membagi.Darikesenjangan itu dapat diketahui apa yang diperlukan atau dibutuhkan siswa.
Jika kita menggunakan media tentu saja kita ber­harap media yang kita buat itu bermanfaat bagi  siswa.  Seorang sekretaris dituntut untuk dapat mengetik dengan cepat dan berbahasa Inggris dengan lan­car. Karena itu kemampuan atau keterampilan mengetik dan berbahasa Inggris merupakan kemampuan dan kete­rampilan yang diinginkan untuk dimiliki oleh para calon sekretaris, maka untuk itu kita memerlukan mesin tik sebagai alat bantu. Apa yang diinginkan itu dapat juga dilihat dari tuntut­an kurikulum.
Siswa kelas enam SD pada akhir tahun ajar­an dituntut untuk memiliki sejumlah kemampuan, dan sikap yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Pada awal tahun ajaran tentu terdapat kesenjangan yang sangat besar antara apa yang dituntut oleh kurikulum itu dengan apa yang telah dimiliki siswa. Kesenjangan itulah yang merupa­kan kebutuhan siswa kelas enam itu yang merupakan acuan bagi guru dalam menyusun bahan ajaran yang perlu diberi­kan kepada siswa.
Di atas telah dibicarakan bahwa jika kita mnggunakan media, media itu perlu disesuaikan dengan kebu­tuhan siswa. Karena setiap kelompok siswa pada hakikat­nya mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda, maka kita perlu menentukan secara khas siapa sesungguhnya siswa yang akan kita layani dengan media itu.
Sebagai guru yang memanfaatkan media kita harus dapat mengetahui pengetahuan atau keterampilan awal siswa. Yang dimaksud dengan pengetahuan/keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelum ia mengikuti kegiatan pembelajaran.
Sesuatu media akan dianggap terlalu mudah bagi siswa bila siswa tersebut telah memiliki sebagian be­sar pengetahuan/keterampilan yang disajikan oleh  media itu. Sebaliknya media akan dipandang terlalu sulit bagi siswa bila siswa belum memiliki pengetahuan/keterampilan prasyarat yang diperlukan siswa sebelum menggunakan media itu.
Pengetahuan prasyarat ialah pengetahuan/keterampilan yang harus telah dimiliki siswa sebelum menggunakan media itu. Misalnya, seorang siswa yang ingin belajar ucapan dan percakapan dalam bahasa Inggris melalui kaset audio hanya akan dapat mengikutinya dengan baik bila ia telah mempunyai cukup banyak perbendaharaan kosa kata dan telah terampil mengguna­kan struktur kalimat sederhana. Bila syarat tersebut belum dimilikinya, program media akan terlalu sukar baginya. Siswa akan menemui kesulitan untuk mempelajari perka­lian 5 x 476, bila mereka belum memiliki keterampilan mengalikan 5 x 4; 5 x 7 dan 5 x 6. Perkalian 5 x 4 dan se­bagainya itu merupakan keterampilan prasyarat untuk mengalikan 5 x 476.
Media yang terlalu mudah akan membosankan bagi siswa dan sedikit sekali manfaatnya karena siswa tidak memperoleh tambahan kemampuan atau keterampilan. Pada diri siswa tidak akan terjadi perubahan perilaku. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai telah dikuasai se­belum siswa belajar dari program media itu.
Sebaliknya penggunaan media yang terlalu sulit akan menimbulkan frustasi bagi siswa. Pengetahuan dan keterampil. an yang harus dimiliki oleh siswa tidak dapat diserap dengan baik karena mereka belum memiliki bekal keterampilan intelektual yang cukup untuk menerima pengetahuan atau keterampilan baru itu. Pada diri siswa tidak terjadi perubahan perilaku sesuai dengan yang diharapkan.
Sebelum media dugunakan kita harus meneliti dengan baik pengetahuan awal maupun pengetahuan prasyarat yang. dimiliki siswa yang menjadi sasaran penggunaan media yang kita gunakan. Penelitian ini biasanya dilakukan dengan menggunakan tes. Bila tes ini tidak dapat dilakukan karena persoalan biaya, waktu, maupun alasan lainnya penggunaan media sedikitnya harus dapat membuat asumsi-asumsi mengenai pengetahuan dan keterampilan prasyarat yang harus dimi­liki siswa serta pengetahuan awal yang diduga telah dimiliki siswa.
2.      Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kita. Tujuan dapat memberi arah kepada tindak­an yang kita lakukan. Tujuan ini juga dapat dijadikan acuan dalam kita mengukur apakah tindakan kita betul atau sa­lah, ataukah tindakan kita berhasil atau gagal.
Dalam proses belajar mengajar tujuan pembelajaran juga merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan ini dapat memberi arah ke mana siswa akan pergi, bagaimana ia harus pergi ke sana, dan bagaimana tahu bahwa ia telah sampai ke tempat tujuan.
Tujuan ini merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku yang harus dapat dilakukan siswa setelah ia meng­ikuti proses pembelajaran tertentu. Contoh: Diberikan gambar berbagai jenis binatang, siswa dapat membedakan binatang bertulang belakang dari binatang yang tidak bertulang belakang, tanpa berbuat kesalahan.
Dengan tujuan seperti itu baik guru maupun siswa da­pat mengetahui dengan pasti perilaku apa yang harus dapat dilakukan siswa setelah proses pembelajaran selesai, yaitu dapat membedakan gambar binatang bertulang belakang dari yang tidak bertulang belakang. Dengan tujuan yang jelas seperti itu guru dapat menentukan materi pelajaran yang sesuai untuk dipelajari siswa supaya tujuan tercapai. Dengan tujuan itu pula guru dapat menentukan alat peng­ukur yang tepat untuk menilai apakah siswa telah berhasil mencapai tujuan atau belum.
Untuk dapat merumuskan tujuan pembalajaran dengan baik ada beberapa ketentuan yang perlu diingat:
  • Tujuan pembelajaran harus berorientasi kepada siswa bukan berorientasi kepada guru. Yang perlu dinyata­kan dalam tujuan itu haruslah perilaku yang dapat di­lakukan atau yang diharapkan dapat dilakukan siswa setelah proses pembelajaran selesai. Jadi tujuan ini harus berorientasi kepada hasil.
  • Tujuan tidak menyatakan apa yang harus dilakukan guru dalam kegiatan belajar mengajar, karena bukan perilaku guru yang dipentingkan, melainkan perilaku siswa. Jadi bukan proses mencapai tujuan itu yang pen­ting melainkan hasil akhirya.

Sebuah tujuan pembelajaran yang lengkap mempunyai empat unsur, yaitu:
A =            Audience, dalam sebuah tujuan pembelajaran harus jelas siapa sasaran didik kita.
B =            Behavior, sebuah tujuan harus menyatakan de­ngan jelas perilaku apa yang diharap­kan dapat dilakukan siswa pada akhir kegiatan pembelajaran,
C =            Condition, tujuan harus secara jelas menyebutkan dafam kondisi yang bagaimana siswa diharapkan dapat mendemonstrasikan kemampuannya atau keterampilannya
D =            Degree, tujuan harus secara jelas menyebutkan tingkat keberhasilan yang diharapkan dapat dicapai siswa.
3.      Pengembangan Materi Pembelajaran
Setelah tujuan pembelajaran jelas, setelah kita mengetahui kemam­puan dan keterampilan apa yang diharapkan dapat dilaku­kan siswa, kita harus memikirkan bagaimana caranya su­paya siswa memiliki kemampuan dan keterampilan tersebut. Bahan pelajaran apa yang harus dipelajari atau pengalaman belajar apa yang harus dilakukan siswa supaya tujuan pembelajaran itu tercapai?
Untuk dapat mengembangkan bahan pembelajaran yang mendukung tercapainya tujuan itu, tujuan yang telah dirumuskan tadi harus dianalisis lebih lanjut. Seperti halnya pada waktu kita merumuskan tujuan khusus kita bertanya kemampuan apa yang harus dimiliki siswa sebelum ia me­miliki kemampuan yang dituntut oleh tujuan umum itu, demikian pulalah yang harus kita lakukan dalam kita me­ngembangkan bahan yang harus dipelajari siswa. Setiap tujuan pembelajaran khusus harus kita analisis. Kepada se­tiap tujuan itu pertanyaan yang sama harus kita ajukan: kemampuan apa yang harus dimiliki siswa sebelum siswa memiliki kemampuan yang dituntut oleh tujuan khusus ini? Dengan cara ini kita akan mendapatkan sub kemampu­an dan sub keterampilan, serta sub-sub kemampuan dan sub-sub keterampilan. Bila semua sub kemampuan dan ke­terampilan serta sub-sub kemampuan dan keterampilan telah kita identifikasi kita akan memperoleh baban pembelajaran terperinci yang mendukung tercapainya tujuan itu. Daftar kemampuan itulah yang merupakan bahan pembelajaran yang harus disajikan kepada atau dipelajari oleh peserta latihan.
Dengan cara yang sama kita harus mengidentifikasi sub kemampuan dan sub-sub kemampuan yang diperlukan untuk meneapai semua tujuan pembelajaran khusus yang ada. Dengan cara ini kita akan memperoleh bahan pembe­lajaran yang lengkap untuk meneapai tujuan pembelajaran umum yang akan dicapai, dan menentukan media yang cocok.
Setelah daftar pokok-pokok bahan pembelajaran ter­sebut diperoleh tugas kita selanjutnya ialah mengorgani­sasikan urutan penyajian yang logis, artinya dari yang se­derhana ke yang rumit atau dari yang konkrit ke yang abs­trak. Dalam membuat urutan penyajian ini perlu diingat bahwa ada kemampuan atau keterampilan yang saling ber­gantung, artinya sesuatu kemampuan atau keterampilan mungkin baru dapat dipelajari setelah kemampuan lain tertentu dikuasai. Dalam hal ini kemampuan yang satu menjadi prasyarat untuk dapat dipelajarinya kemampuan yang lain.
4.      Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan.
Dalam setiap kegiatan pembelajaran kita perlu mengkaji apakah tujuan pembelajaran dapat dicapai atau tidak pada akhir kegiatan pembelajaran itu. Untuk keperluan tersebut kita peru mempunyai alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa, dalam menggunakan media.
Alat pengukur keberhasilan siswa ini perlu dirancang dengan seksama dan seyogyanya dikembangkan sebelum media digunakan atau sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Alat ini dapat berupa tes, penugas­an, ataupun daftar cek perilaku. Alat pengukur keberhasilan ini harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan pokok-pokok materi pembelajaran yang akan disajikan kepada siswa. Yang diukur atau dievaluasi ialah kemampuan, keterampil­an atau sikap siswa yang dinyatakan dalam tujuan yang di­harapkan dapat dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran itu. Sebaiknya setiap kemampuan dan keterampilan yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran khusus dijadi­kan bahan tes, atau daftar cek perilaku (performance check list).
Tujuan pembelajaran harus cukup, artinya semua as­pek yang ada dalam ruang lingkup tujuan pembelajaran umum harus mempunyai tujuan khusus. Materi pembelajaran harus cukup, artinya semua kemampuan dan kete­rampilan yang diperlukan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran khusus harus terjabarkan di dalam materi pembelajaran. Tes harus cukup, artinya semua kemampuan dan keterampilan yang terangkum dalam tujuan pembelajaran khusus dan dalam materi pembelajaran seyogyanya ada alat pengukurnya.
5.      Pemilihan Media dan Sumber Belajar
Pada tahap ini, kita sudah memiliki analisis pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan topik mata pelajaran beserta elaborasinya. Dengan bekal yang sudah dimiliki tersebut selanjutnya kita dapat memilih media dan sumber belajar. Media dari sumber belajar yang dipilih merupakan alat dan cara untuk memfasilitasi, mempermudah proses belajar siswa, serta membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan menarik bagi siswa.
Kita diharapkan tidak memilih media hanya karena media tersebut tersedia bagi kita, selaku guru, atau karena kita suka dengan media tersebut. Di samping itu, diharapkan juga tidak langsung terbujuk oleh ketersediaan beragam media canggih yang sudah semakin pesat berkembang saat ini, scperti komputer. Yang perlu diingat, media yang dipilih adalah untuk digunakan oleh siswa kita dalam proses belajar. Jadi, pilihlah media yang dibutuhkan untuk menyampaikan topik mata pelajaran, yang memudahkan siswa belajar, serta yang menarik dan disukai siswa. Kata kuncinya adalah: ”media yang dapat membelajarkan siswa”. Media itulah yang perlu Anda pertimbangkan untuk dipilih.
Menurut Bates (1995), beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain akses, biaya, pertimbangan pedagogis, interaktivitas dan kemudahan penggunaan, pertimbangan organisasi, kebaruan (novelty), dan kecepatan. Pertimbangan mengenai akses pada dasarnya mempertanyakan sejauh mana siswa memiliki akses terhadap media yang akan digunakan dalam mempelajari paket bahan ajarnya?
Pertimbangan biaya berlaku bagi sekolah maupun siswa, yaitu seberapa mahal/murah media yang dipilih untuk digunakan oleh sekolah dan siswa sebagai paket bahan ajar (biaya produksi atau pengadaan oleh sekolah, biaya akses dan daya beli untuk siswa).
·         Pertimbangan pedagogis merupakan pertimbangan yang berkenaan dengan tujuan pembelajaran serta karakteristik materi keilmuan yang akan disampaikan dan dipelajari siswa.
·         Pertimbangan interaktivitas dan kemudahan penggunaan pada dasarnya mempertanyakan sejauh mana media yang dipilih dapat memfasilitasi interaksi yang diperlukan dalam pembelajaran, dan sejauh mana media tersebut mempermudah siswa dalam belajar.
·         Pertimbangan mengenai organisasi merupakan pertimbangan manajerial meliputi pengelolaan media dalam proses pembelajaran, dan pasca proses pembelajaran (penyimpanan, dll.).
·         Pertimbangan novelty berkenaan dengan tingkat kebaruan suatu media sehingga seringkali menimbulkan antusiasme berlebihan dan atau kesukaran beradaptasi serta siklus hidup suatu media. Pertimbangan tentang kecepatan suatu media berkenaan dengan kemampuan suatu media menyampaikan informasi secara cepat dan tepat (timeliness) kepada siswa.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut tidak dapat berdiri sendiri-sendiri melainkan saling berinteraksi satu sama lain untuk mendapatkan media yang terbaik bagi suatu paket bahan ajar, sehingga dapat membantu proses belajar siswa secara optimal. Oleh karena itu, ragam media yang digunakan dalam suatu paket bahan ajar harus dipilih berdasarkan pertimbangan yang bijaksana. Ini berarti akan ada bahan ajar yang mungkin hanya menggunakan media cetak, tetapi juga akan ada bahan ajar yang multimedia, atau bahkan berbasiskan komputer/jaringan.
a.       Ragam media dan sumber belajar yang dapat dipilih meliputi sebagai berikut :
Media Cetak :
·         Buku-buku atau buku pelajaran yang sudah beredar di toko buku, atau buku pelajaran yang khusus ditulis dan kembangkan sendiri.
·         Panduan belajar bagi siswa-khusus di kembangkan untuk mendampingi buku pelajaran.
·         Kliping Koran/majalah/artikel/tulisan lepas tentang mata pelajaran yang di susun sendiri.
·         Poster, peta, label, gambar-gambar cetak, foto, grafik, formulir, brosur, pamflet, yang diperlukan untuk memperjelas konsep/teori/prinsip/prosedur yang disajikan dalam bahan ajar.
·         Lembar kegiatan siswa – khusus dikembangkan untuk memandu siswa melakukan latihan, tugas, praktek, praktekum, dan digunakan untuk melengkapi buku pelajaran.
Media audio/visual :
·         Kaset audio/CD audio
·         Siaran radio (radio broadcasts)
·         Slide (film bingkai)
·         Film
·         Kaset video/CD video
·         Tayangan TV (TV broadcasts)
·         Video interaktif
·         Pembelajaran berbantuan komputer    (simulasi, Computer Assisted Instruction)
     Pemanfaatan media audio/visual biasanya dilengkapi dengan lembar kegiatan siswa yang memandu siswa untuk memanfaatkan media audio/visual dalam proses belajarya.
Media Praktek/Demonstrasi :
·         Flora atau fauna asli yang ada di sekitar sekolah Model atau realia
·         Laboratorium dan peralatannya
·         Alat atau model yang dibuat guru bersama siswa dari material atau barang bekas yang tersedia di sekitar sekolah
·         Alat atau model yang tersedia di toko (alat-alat musik, dll.)
·         Laboratorium alam (hutan atau kebun buatan, kebun raya, sawah, kolam, kandang ternak, dll.)
·         Laboratorium yang ada di sentra industri pabrik, atau perusahaan Herbarium buatan siswa
·         Pasar
·         Museum
Media lainnya
·         Game atau perangkat permainan yang dijual di toko, seperti scrabbles untuk mengajarkan  vocabulary bahasa  Inggris,   kartu   tambah-kurang   kali-bagi, flashcard, permainan memori, monopoli, atau game dalam bentuk program komputer, dan lain-lain.
·         Game atau perangkat permainan yang dibuat sendiri oleh guru dan atau siswa.
·         Kit sains, kit seni, dan lain-lain.
Sumber belajar lain yang dapat  digunakan adalah tokoh masyarakat, atau tokoh penting yang sesuai dengan topik mata pelajaran. Jika ada seorang tokoh terkenal yang relevan dengan topik mata pelajaran, misalnya polisi untuk topik tata tertib lalu lintas, ataupun guru tamu yang menguasai topik mata pelajaran, kita dapat mengundangnya ke kelas, dan kita dapat memanfaatkannya berdampingan dengan bahan ajar yang telah kembangkan dalam proses belajar siswa.
6.      Pemilihan Strategi Pembelajaran
Untuk dapat memilih strategi pembelajaran, diharapkan telah memiliki analisis pembelajaran dan tujuan pembelajaran, serta telah mengidentifikasi topik mata pelajaran (materi), media, dan sumber belajar yang akan digunakan dalam proses belajar. Tahap pemilihan strategi pembelajaran merupakan tahap ketika  menyusun urutan pembelajaran dan merancang aktivitas belajar siswa. Kita merancang urutan penyajian informasi atau uraian topik, latihan dan tugas yang perlu dilakukan siswa, contoh yang perlu diberikan untuk memperjelas topik, serta evaluasi formatif maupun sumatif yang diperlukan siswa untuk mengukur keberhasilan belajarnya.
a.       Urutan penyajian
Urutan penyajian berhubungan dengan penentuan tema/isu atau konsep/teori/prinsip/prosedur utama (chief leaching points) yang harus disajikan dalam topik mata pelajaran. Tentunya tidak sukar bagi kita untuk menentukannya, jika telah memiliki peta konsep ketika kita menetapkan topik mata pelajaran (materi). Jika telah mengetahui tema/isu utama, maka bagaimana sebaiknya materi tersebut disajikan?
Berbagai urutan penyajian dapat dipilih, misalnya urutan kronologis (chronological/berdasarkan urutan kejadian, geografis (place-to-place) berdasarkan lokasi tempat/bagian, alur berputar (concentric circles) untuk mengulang kembali topik sebelumnya dan mengaitkan dengan informasi baru, sebab-akibat (causal sequence), logika terstruktur (structural logic/hierarchical) berdasarkan informasi awal yang diperlukan untuk memahami informasi berikutnya, pemecahan masalah (problem-centered) berdasarkan masalah dan kemungkinun solusinya, langkah mundur (backward chaining) berdasarkan isu yang paling akhir kemudian mundur sampai isu yang paling awal.
Sementara itu, urutan pembelajaran diharapkan dapat mengakomodasikan beragam urutan penyajian, dan mengkombinasikannya dengan latihan/tugas, dan contoh. Dalam pembelajaran, latihan/tugas dapat dilakukan oleh siswa terlebih dahulu, sebelum penyajian dan contoh; atau i contoh diberikan terlebih dahulu, sebelum penyajian dan latihan/tugas. Dengan demikian, urutan pembelajaran dapat menjadi PLC (penyajian, latihan, contoh), LPC (latihan, penyajian, contoh), atau CPL (contoh, penyajian, latihan).
b.      Aktivitas Pembelajaran
Pembelajaran yang berfokus pada siswa (students-learning centered) dicirikan dengan siswa belajar aktif. Dalam belajar aktif, siswa diharapkan melakukan sesuatu – mengerjakan latihan, tugas dan beragam aktivitas yang akan membentuk pengalaman belajar siswa. Dalam aktivitas pembelajaran, selain bentuk aktivitas, umpan balik yang diberikan pembelajar atau diperoleh siswa juga memegang peran penting. Bentuk aktivitas yang beragam dapat mempermudah siswa belajar, dan membuat pembelajaran menjadi menarik bagi siswa, tidak membosankan atau menjenuhkan. Sementara itu, umpan balik akan berfungsi untuk membantu siswa mengkonfirmasi atau mengukur pengetahuan dan keterampilan yang sudah dipelajarinya. Aktivitas dan umpan balik merupakan dua faktor yang amat berperan dalam proses belajar siswa.
Bentuk aktivitas pembelajaran terkait erat dengan tujuan pembelajaran dan topik mata pelajaran (materi) yang disampaikan. Wardani (2000) menyatakan bahwa jika materi yang disajikan adalah materi baru, adalah wajar jika aktivitas belajar dimulai dengan penyajian informasi. Sebagaimana telah dijelaskan dalam urutan penyajian dan urutan pembelajaran, penyajian informasi dapat dilakukan melalui beragam cara, bukan harus selalu berbentuk teks deskriptif yang harus dibaca siswa, tetapi dapat juga berbentuk permainan, peragaan model, pemutaran video, dan bentuk lain yang variatif. Sementara itu, jika materi yang diberikan kepada siswa adalah materi lanjutan yang sudah pernah dibahas sebelumnya, maka aktivitas pendalaman materi dalam bentuk diskusi kelompok menggunakan LKS (lembar kerja siswa) akan lebih tepat. Tujuan utama dari aktivitas lanjutan ini adalah untuk memantapkan kemampuan siswa dalam penguasaan materi.
Tabel berikut ini dapat membantu Anda untuk merancang aktivitas pembelajaran berdasarkan materi yang disajikan.
Kaitan Ragam Aktivitas dengan Hakikat Materi
No.
Hakikat Materi
Ragam Aktivitas
Penyajian Informasi
Aktivitas
1.
Informatif (data, fakta)
Naratif, deskriptif
Diskusi kelompok (LKS), tanya jawab (in text question), membaca tabel, diagram, peta, gambar, dll.
2.
Konseptual (teori, dalil, prinsip, dll).
Deduktif atau induktif
Diskusi kelompok (LKS), contoh-contoh tertulis, contoh gambar, contohvideo, simulasi.
3.
Prosedural
Deskriptif, eksplanatory
Latihan, peragaan, contohvideo, simulasi, praktek (LKS)
4.
Keterampilan
Deskriptif, eksplanatory (modelling)
Peragaan, latihan, contohvideo, simulasi, praktek (LKS)
5.
Nilai/sikap
Deskriptif, argumeniatif
Peragaan, contoh video, simulasi, praktek (LKS)
(Diadaptasi dari Wardani, 2000, Kaitan Hakikat Materi dan Kegiatan Penyajian)
c.       Ragam aktivitas lain, terutama yang disebut dengan “in text activities”, meliputi:
·      Refleksi oleh siswa tentang konsep atau topik yang baru saja dibaca dan dipelajari, atau yang pernah dialamj dalam kehidupannya;
·       Analisis terhadap suatu kasus, dalam bentuk tercetak atau audiovisual, untuk menerapkan konsep atau topik yang baru dipelajari;
·      Meminta siswa untuk bertanya/diskusi dengan siswa yang lain tentang suatu konsep atau topik;
·      Meminta siswa untuk melakukan kegiatan tertentu berdasarkan lembar kerja atau prosedur yang telah dijelaskan;
·      Meminta siswa untuk menulis Catatan harian atas konsep atau topik-topik yang dipelajarinya;
·      Meminta siswa untuk menulis catatan observasi dari suatu pengamatan yang harus dilakukan dalam beberapa waktu yang di tentukan;
·      Meminta siswa memberi komentar terhadap suatu gambaran dalam bahan ajar. Misalnya: akibat dari banjir.
          Selain itu, ada juga aktivitas yang relatif tidak terlalu berat mempelajari bahan ajar, atau membaca teks bahan ajar, yaitu:
·    memberi tanda check pada kotak tertentu berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan yang disampaikan dalam teks; memilih jawaban terhadap pertanyaan pilihan ganda; menggarisbawahi atau memberi warna pada frasa atau kalimat tertentu yang dianggap pentmg dalam teks;
·     menjawab pertanyaan singkat terbuka;
·    menuliskan kata-kata inti dari setiap paragraf pada kotak yang disediakan; atau
·    membuat gambar/grafik/diagram yang diminta berdasarkan konsep atau topik yang dipelajari.
          Aktivitas tersebut hanya beberapa contoh saja, karena masih banyak aktivitas lain yang dapat dirancang untuk mengaktifkan partisipasi siswa dalam proses belajar sambil menggunakan bahan ajar. Pilihlah aktivitas yang paling tepat untuk mata pelajaran tersebut dan untuk bahan ajar yang kita kembangkan berdasarkan tujuan pembelajaran, topik, serta siswa.
          Jika ragam aktivitas telah ditentukan untuk bahan ajar kita, jangan lupa memperhatikan kapan, di mana, dan berapa banyak umpan balik perlu diberikan kepada siswa. Melalui umpan balik, siswa dapat mengerti tentang pencapaian hasil belajar mereka, tentang keberhasilan dan kegagalannya dalam belajar. Umpan balik korektif dapat meningkatkan usaha siswa untuk memperbaiki kesalahannya, dan mengulang kembali perilakunya yang baik. Umpan balik sebaiknya diberikan secara langsung dan dengan sungguh-sungguh, sehingga bermakna bagi siswa. Umpan balik yang diberikan terlambat dan tidak dengan sungguh-sungguh akan tidak terlalu bermakna bagi siswa, sehingga tidak mempengaruhi upaya siswa dalam belajar.
B.    KOORDINASI LOGISTIK
            Koordinasi logistik merupakan proses penganalisaan dan penyusunan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan perancangan pembelajaran, penggunaan media, fasilitas penunjang serta hal-hal lain yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Koordinasi logistik merupakan pengkoordinasiaan penggunaan ruangan, koordinasi penjadwalan dan informasi ketersediaan media yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Sebagai contoh apakah program kelas yang akan datang menggunakan pembelajaran mandiri, atau pembelajaran kelompok, apakah pelaksanaannya satu semester atau hanya tiga minggu.
            Koordinasi logistik merupakan hal penting dan harus terkoordinir dengan baik yang disesuaikan dengan material yang tersedia sehingga pada pelaksanaan pembelajaran waktu berjalan efektif dan sasaran/tujuan pembelajaran tercapai.
            Koordinasi logistik memerlukan persiapan dan analisa yang tepat untuk meyakinkan bahwa semua unsur-unsur yang menunjang dalam proses pembelajaran siap dan tersedia.
Koordinasi logistik mencakup usaha-usaha berikut :
  1. Ketersediaan kelas,  termasuk didalamnya jumlah kelas/ruangan yang tersedia, pengunaan jadwal ruangan, apakah ukuran dan fasilitas ruangan sesuai atau tepat untuk digunakannya suatu media.
  2. Sistem komunikasi, memastikan bahwa informasi penting, seperti perubahan penjadwalan dan pertemuan/perkuliahan tambahan bisa difasilitasi di luar penggunaan kelas reguleryang sedang berjalan.
  3. Sistem fungsi pendukung, merupakan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan penggunaan fasilitas-fasilitas perkuliahan seperti halnya perpustakaan, laboratorium, dal lain-lain siap digunakan ketika siswa memulai perkuliahan.
  4. Kesesuaian jumlah material yang mendukung program, merupakan informasi dan tindak lanjut yang menyangkut banyaknya para siswa, banyaknya tugas berbarengan, berapa banyak waktu perkuliahan, banyaknya tugas yang dikerjakan siswa bahkan sampai pada berbagai unsur-unsur eksternal, lama liburan siswa.




REFERENSI





Tidak ada komentar:

Posting Komentar