MAKALAH
PENGEMBANGAN
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU DI INDONESIA
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pembelajaran Terpadu
Dosen Pengampu:
Agtha Kristi
Pramudika Sari ,M.Pd.
Oleh,
Kelompok 3
Ajril Fahri Septiansyah
Ita Rucita (126223047)
Rini Triani (126223084)
SEMESTER 6
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH
KUNINGAN
2015
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ...................................................................................... 3
B. Rumusan
Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan
.................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Jenis
Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu di Indonesia... ...... 5
B. Model
Pembelajaran Terpadu yang di Kembangkan ............................ 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
............................................................................................ 18
B. Saran
...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... ...... 19
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyelenggaraan pendidikan dengan
menekankan pada pembelajaran yang memisahkan penyajian antar satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya akan mengakibatkan permasalahan yang
cukup serius terutama bagi siswa usia sekolah dasar. Pembelajaran yang memisahkan secara tegas
penyajian matapelajaran-matapelajaran tersebut hanya akan membuahkan kesulitan
bagi setiap anak karena hanya akan memberikan pengalaman belajar yang bersifat
artificial atau pengalaman belajar yang dibuat-buat. Oleh karena itu, proses
pembelajaran pada satuan pendidikan sekolah dasar, terutama untuk kelas- kelas
awal, harus memperhatikan karakteristik anak yang akan menghayati pengalaman
belajar tersebut sebagai satu kesatuan yang utuh. Pengemasan pembelajaran harus
dirancang secara tepat karena akan berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman
belajar anak. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual
baik di dalam maupun antar matapelajaran, akan memberi peluang bagi terjadinya
pembelajaran yang efektif dan lebih bermakna (meaningful learning).
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pendekatan pembelajaran
yang melibatkan beberapa matapelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang
bermakna bagi anak. Pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang
berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Di Indonesia pembelajaran terpadu
dikembangkan melalui dua model pembelajaran, hal ini dikarenakan siswa pada
masa itu masih bersifat holistic dalam memandang sesuatu sehingga model
pembelajaran yang digunakan di Indonesia hanya menggunakan model webbed dan
connected.
Untuk itu pada pembahasan ini akan
disajikan mengenai pembelajaran terpadu yang dikembangkan di Indonesia.
B.
Rumusan
Masalah
1. Seperti
apakah jenis model pembelajaran terpadu di Indonesia?
2. Apasajakah
model pembelajaran terpadu yang dikembangkan di Indonesia?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui jenis model pembelajaran terpadu di Indonesia.
2. Untuk
mengetahui model pembelajaran terpadu yang dikembangkan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Jenis
Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu di
Indonesia
Model-model pembelajaran terpadu
terdapat beberapa jenis, tetapi tidak semua jenis model pembelajaran dapat
digunakan di Indonesia. Ada dua model pembelajaran terpadu yang nampaknya
paling cocok diterapkan di Indonesia, yaitu model jarring laba-laba (webbed)
dan model keterhubungan (connected)
1. Model
Webbed
Model pembelajaran ini adalah model
pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekan ini dimulai
dengan menentukan tema, yang kemudian dikembangkan menjadi subtema dengan
memperhatikan keterkaitan tema tersebut dengan mata pelajaran yang terkait.
Dari subtema tersebut diharapakan aktivitas siswa dapat berkembang dengan
sendirinya.
Model ini sangat tepat diterapkan di
sekolah dasar karena pada umumnya siswa pada tahap ini masih melihat segala
sesuatu sebagai satu keutuhan (holistic), perkembangan fisiknya tidak pernah
bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, social, dan emosional, terutama
dikelas-kelas awal sekolah dasar (kelas I dan II).
Seperti yang telah dijelaskan bahwa
model pembelajaran ini dimulai dengan menentukan atau mengajarkan tema tertentu
yang berkecenderungan dapat di sampaikan melalui beberapa bidang studi lain.
Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam
matapelajaran tertentu maupun lintas matapelajaran.
Penetapan tema dilakukan dengan dua
cara. Pertama, tema ditentukan terlebih dahulu yaitu dari ingkungan yang
terdekat dengan siswa, dimulai dari hal yang termudah menuju yang sulit, dari
hal yang sederhana menuju yang kompleks, dan dari hal yang kongkret menuju ke
hal yang abstrak. Cara-cara ini dilakukan untuk kelas-kelas awal SD/MI.
Tema-tema yang dikembangkan seperti: diri sendiri, keluarga, masyarakat,
pekerjaan, serta tumbuhan dan hewan. Setelah tema ditentukan kemudian dilakukan
pemetaan kompetensi dasar dan indicator yang diperkirakan relevan dengan
tema-tema tersebut. Kedua, tema ditentukan setelah mempelajari kompetensi dasar
kompetensi dasar dan indicator yang terdapat dalam masing-masing matapelajaran.
Penetapan tema dapat dilakukan dengan melihat kemungkinan materi pelajaran yang
dianggap dapat mempersatukan beberapa kompetensi dasar pada beberapa mata
pelajaran yang akan dipadukan.
Kekuatan pembelajaran terpadu model
jaring laba-laba adalah sebagai berikut:
a. Adanya faktor motivasional yang
dihasilkan dari menyeleksi tema yang sangat diminati.
b. Model jaring laba-laba relatif lebih
mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman.
c. Model ini mempermudah perencanaan kerja
tim untuk mengembangkan tema ke dalam semua bidang isi pelajaran.
Kelemahan pembelajaran terpadu model
jaring laba-laba sebagai berikut:
a. Langkah yang sulit dalam pembelajaran
terpadu model jaring laba-laba adalah menyeleksi tema
b. Adanya kecenderungan merumuskan suatu
tema yang dangkal, sehingga hal ini hanya berguna secara artifisial di dalam
perencanaan kurikulum.
c. Guru dapat menjaga misi kurikulum
d. Dalam pembelajaran guru lebih fokus
pada kegiatan daripada pengembangan konsep.
2. Model
Connected
Model keterhubungan digunakan secara
sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu
topic dengan topic lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas yang
dilakukan dihari berikutnya bahkan ide-ide yang dipelajari dalam satu semester
berikutnya di dalam satu mata pelajaran maupun antar matapelajaran
interdisiplin).
Perhatian utama penerapan model ini
yaitu kejadian dalam mengidentifikasi danmenetapkan kompetensi dasar dan
indicator yang akan dipetakan pada setiap matapelajaran yang akan
dipadukan/dikaitkan dalam matapelajaran. Kegiatan pemetaan kompetensi dasar ini
dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh mengenai
kompetensi dasar dan indicator pada setiap matapelajaran yang diindikasikan dapat
dipadukan.
Pada tingkat sekolah dasar, pemetaan
kompetensi dasar ini tidak perlu mengalami kesulitan sebab masih menerapkan
system guru kelas dimana semua matapelajaran diajarkan oleh satu orang guru
(guru kelas). Dalam hal ini, guru SD/MI dengan mudah dan lebih cepat dapat
mengaitkan kompetensi dasar dengan kompetensi dasar lainnya pada matapelajaran
yang berbeda.
Kekuatan pembelajaran terpadu model
keterhubungan adalah:
a. Dengan mengaitkan ide-ide dalam satu
mata pelajaran, siswa memiliki keuntungan gambaran yang besar seperti halnya
suatu mata pelajaran yang terfokus pada satu aspek.
b. Konsep-konsep kunci dikembangkan
siswa secara terus menerus sehingga terjadi internalisasi.
c. Mengaitkan ide-ide dalam suatu mata
pelajaran memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, dan
mengasimilasi ide secara berangsur- angsur dan memudahkan transfer atau
pemindahan ide-ide tersebut dalam memecahkan masalah.
Adapun kelemahan model pembelajaran
keterhubungan adalah:
a. Berbagai mata pelajaran di dalam
model ini tetap terpisah dan nampak tidak terkait, walaupun hubungan dibuat
secara eksplisit antara mata pelajaran (interdisiplin).
b. Guru tidak didorong untuk bekerja
secara bersama-sama sehingga isi pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan
konsep-konsep dan ide-ide antara mata pelajaran.
c. Usaha-usaha yang terkonsentrasi untuk
mengintregrasikan ide-ide dalam suatu mata pelajaran dapat mengabaikan kesempatan
untuk mengembangkan hubungan yang lebih global dengan mata pelajaran lain.
3. Teknik
Penyusunan Pembelajaran Terpadu
Dalam penyusunan pembelajran perlu
memperhatikan kompetensi dasar yang akan dijabarkan. Untuk mengetahui keluasan
atau kedalaman cakupan kemampuan dasar dapat digunakan jaringan topic/konsep.
Kompetensi dasar yang terlalu luas/dalam cakupan materinya perlu dijabarkan
menjadi lebih dari satu pembelajran. Sedangkan kompetensi dasar yang tidak
terlalu rumit mungkin dapat dijabarkan kedalam satu pembelajaran.
Beberapa cara yang disarankan dalam
menjabarkan kompetensi dasar menjadi langkah pembelajaran antara lain:
1) Pembelajaran
disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi secara utuh. Cara ini
dilakukan apabila kompetensi dasar yang akan dijabarkan tidak terlalu
luas/dalam cakupan materinya. Sehingga memungkinkan untuk menguraikannya dalam
satu unit pembelajaran.
2) Pembelajaran
disusun berdasarkan atas satu atau lebih hasil belajar dalam satu. Apabila
dalam satu hasil belajar keluasan dan kedalaman materi pembelajarannya ternyata
terlalu kompleks, maka dapat disusun satu unit pembelajarannya. Atau seandainya
memungkinkan dua hasil belajar yang tidak terlau luas dan dalam tapi masih
memiliki kaitan materi, maka dapat disusun kedalam satu unit pembelajran.
3) Pembelajaran
disusun berdasarkan atas satu atau lebih indicator dalam satu kompetensi. Cara
ini ditempuh dengan berpedoman kepada indicator hasil belajar. Kadang satu
indicator membutuhkan banyak waktu dalam pembelajarannya, sehingga perlu
dibuatkan dalam satu unit pembelajaran yang utuh. Dapat pula terjadi beberapa
indicator yang saling berkaitan dan tidak terlalu luas/dalam cakupan materinya
dibuatkan dalam unit pembelajaran sekaligus.
B.
Model
Pembelajaran Terpadu yang Dikembangkan
a.
Model Perencanaan Pembelajaran
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran
terpadu dipengaruhi oleh seberapa jauh di rencanakan sesuai dengan kondisi dan
potensi siswa (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Kompetensi dasar dan
indikator yang harus dikuasai siswa sudah tertulis dalam kurikulum per
matapelajaran. Oleh karena itu, dalam menyusun perencanaan pembelajaran terpadu
perlu diawali dengan melakukan pemetaan kompetensi dasar dan indicator per
matapelajaran per kelas yang dianggap dapat dipadukan satu sama lain.
Model perencanaan dalam hal ini,
mencakup penyusunan silabus dan satuan pembelajaran. Format yang digunakan
disesuaikan dengan contoh yang dikembangkan oleh Pusat Kurikulum balitbang
Depdiknas atau modifikasinya.
Langkah-langkah dalam mengembangkan
model perencanaan diantaranya:
1. Peta
kompetensi dasar secara keseluruhan telah ditetapkan dengan maksud supaya
terjadi pemetaan keterpaduan. Pada saat menetapkan beberapa matapelajaran yang
akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang
berkaitan dengan pencapaian kompetensi dasar oleh siswa dan kebermaknaan
belajar.
2. Mempelajari
kompetensi dasar dan indicator dari mata pelajaran yang akan dipadukan. Pada
tahap ini dilakukan pengkajian atas kompetensi dasar pada jenjang dan kelas
yang sama dari beberapa matapelajaran yang memungkinkan untuk diajarkan secara
terpadu. Kegiatan dilanjutkan dengan mempelajari materi pokok yang telah
ditetapkan pada setiap kompetensi dasar yang bisa dipadukan.
3. Memilih
dan menetapkan tema/topic pemersatu. Langakah ini hanya dilakukan dalam
pembelajaran terpadu model tematik (webbed), sedangkan jika menggunakan model
keterhubungan (connected) bisa langsung menyusun matriks keterhubungan antar
kompetensi dasar untuk beberapa matapelajaran.
4. Membuat
bagan keterhubungan (untuk model tematik) atau matriks keterhubungan (untuk
model connected) kompetensi dasar dan tema/topic pemersatu. Bagan keterhubungan
dalam hal ini untuk menunjukan kaitan atau jaringan tema/topic dengan
kompetensi dasar yang dapat dipadukan.
5. Menyusun
silabus pembelajaran terpadu. Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada
tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus pembelajaran
terpadu. Dalam menyusun silabus perlu didasarkan pada matriks/bagan
keterhubungan yang telah dibuat. Format silabus disesuaikan dengan contoh yang
dikembangkan oleh pusat kurikulum Balitbang Depdiknas. Kompetensi dasar setiap
matapelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran terpadu di susun
dalam silabus tersendiri.
6. Menyusun
satuan pembelajaran terpadu untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Satuan pembelajaran tersebut merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa
yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu. Komponennya terdiri
atas: identitas matapelajaran, kompetensi dasar yang hendak di capai, materi
pokok beserta uraiannya, strategi pembelajaran, alat media yang digunakan,
penilaian dan tindak lanjut, serta sumber bahan yang digunakan.
b.
Model Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran
Model pelaksanaan mencakup pendekatan,
metode atau cara yang dapat digunakan terdiri dari beberapa kegiatan seperti
kegiatan pendahuluan, inti dan akhir/tindak lanjut.
1.
Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan (introduction) pada
dasarnya merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan siswa pada setiap
kali pelaksanaan pembelajaran terpadu. Tujuan dari kegiatan membuka pelajaran
adalah pertama, untuk menarik perhatian siswa, yang dapat dilakukan dengan cara
seperti meyakinkan siswa bahwa materi atau pengalaman belajar yang akan
dilakukan berguna untuk dirinya; melakukan hal-hal yang dianggap aneh bagi
siswa; melakukan interaksi yang menyenangkan.
Kedua, menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang dapat dilakukan dengan
cara seperti membangun suasana akrab sehingga siswa merasa dekat, misalnya
menyapa dan berkomunikasi secara kekeluargaan; menimbulkan rasa ingin tahu,
misalnya mengajak siswa untuk mempelajari suatu kasus yang sedang hangat
dibicarakan; mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan
dengan kebutuhan siswa. Ketiga, memberikan
acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan, yang dapat
dilakukan dengan cara seperti mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta
tugas-tugas yang harus
dilakukan dalam hubungannya dengan
pencapian tujuan (Sanjaya, W., 2006:41).
Fungsinya terutama untuk menciptakan
suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan pendahuluan
pembelajaran terpadu ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia untuk
kegiatan tersebut relatif singkat berkisar antara 5-10 menit. Dengan waktu yang
relatif singkat tersebut diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal
pembelajaran dengan baik, sehingga dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu
siswa sudah siap untuk mengikutivpelajaran dengan seksama.
Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam
pendahuluan pembelajaran ini diantaranya yaitu menciptakan kondisi-kondisi awal
pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception), dan
penilaian awal (pre-test). Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan
dengan cara: mengecek atau memeriksa kehadiran siswa (presence, attendance),
menumbuhkan kesiapan belajar siswa (readiness), menciptakan suasana belajar
yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar siswa, dan membangkitkan
perhatian siswa. Melaksanakan apersepsi (apperception) dilakukan dengan cara:
mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya
dan memberikan komentar terhadap jawaban siswa dilanjutkan dengan mengulas
materi pelajaran yang akan dibahas. Melaksanakan penilaian awal dapat dilakukan
dengan cara lisan pada beberapa siswa yang dianggap mewakili seluruh siswa,
bisa juga penilaian awal ini dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan
apersepsi.
2.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan dalam
rangka pelaksanaan pembelajaran terpadu yang menekankan pada proses pembentukan
pengalaman belajar siswa (learning experiences). Pengalaman belajar tersebut
bisa dalam bentuk kegiatan tatap muka dan non-tatap muka. Pengalaman belajar
tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan
mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara guru dengan siswa,
sedangkan pengalaman belajar non-tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan
belajar yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan sumber belajar lain yang
bukan kegiatan interaksi guru-siswa.
Kegiatan inti dalam pembelajaran terpadu
bersifat situasional, dalam arti perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi
di mana proses pembelajaran itu berlangsung. Terdapat beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu. Kegiatan paling awal
yang perlu dilakukan guru adalah memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar
yang harus dicapai oleh siswa beserta garis-garis besar materi/bahan pembelajaran
yang akan dipelajari. Hal ini perlu dilakukan agar siswa mengetahui semenjak
awal kemampuan-kemampuan apa saja yang akan diperolehnya setelah proses
pembelajaran berakhir. Cara yang cukup praktis untuk memberitahukan tujuan atau
kompetensi tersebut kepada siswa bisa dilakukan dengan cara tertulis atau
lisan, atau kedua-duannya. Guru menuliskan tujuan/kompetensi tersebut dipapan
tulis dilanjutkan dengan penjelasan secara lisan mengenai pentingnya
tujuan/kompetensi tersebut dikuasai siswa.
Kegiatan lainnya di awal kegiatan
inti pembelajaran terpadu yaitu
menjelaskan alternative kegiatan belajar yang akan dialami siswa. Dalam tahapan
ini guru perlu menyampaikan kepada siswa tentang kegiatan-kegiatan belajar yang
harus ditempuh siswa dalam mempelajari tema, topic, atau materi pembelajaran
terpadu. Kegiatan belaajar yang ditempuh siswa dalam pembelajaran terpadu lebih
diutamakan pada terjadinya proses belajar yang berkadar aktivitas tinggi.
Pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa, sedangkan guru lebih banyak
bertindak sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa
untuk belajar. Siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang
dipelajarinya, sehingga prinsip-prinsip belajar dalam teori konstruktivisme
dapat dijalankan.
Dalam membahas dan menyajikan
materi/bahan pembelajaran terpadu harus diarahkan pada suatu proses perubahan
tingkah laku siswa. Penyajian bahan pembelajaran harus dilakukan secara terpadu
melalui penghubungan konsep dari matapelajaran satu dengan konsep dari
matapelajaran lainnya. Dalam hal ini, guru harus berupaya menyajikan bahan
pelajaran dengan startegi mengajar yang bervariasi, yang mendorong siswa pada
upaya penemuan pengetahuan baru. Kegiatan pembelajaran terpadu bisa dilakukan
melalui kegiatan pembelajaran secara klasikal, kelompok dan perorangan.
3.
Kegiatan Akhir/Tindak Lanjut
Kegiatan akhir dalam pembelajaran
terpadu tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi
juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar siswa dan kegiatan tindak lanjut.
Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan pada proses dan hasil belajar
siswa. Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini relative singkat, oleh karena itu
guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefesien mungkin. Secara umum kegiatan
akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran terpadu diantaranya kegiatan:
1) Melaksanakan
dan mengkaji penilaian akhir.
2) Melaksanakan
tindak lanjut pembelajaran melalui kegiatan pemberian tugas atau latihan yang
harus dikerjakan di rumah, menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap
sulit oleh iswa, membaca materi pelajaran tertentu, dan memberikan motivasi
atau bimbingan belajar.
3) Mengemukakan
tentang topic yang kan dibahas pada waktu yang akan datang, dan
4) Menutup
kegiatan pembelajaran.
c.
Model Penilaian Pembelajaran
Model penilaiaan yang dikembangkan
mencakup prosedur yang diguanakan, jenis dan bentuk penilaian, serta alat
evaluasi yang digunakan. Obyek dalam penilaian pembelajran terpadu mencakup
penilaian terhadap proses dan hasil belajar siswa. Penilaian proses belajar
adalah upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dan siswa, sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai
terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan mengunakan criteria tertentu.
Hasil belajar tersebut pada hakikatnya merupakan kompetensi-kompetensi yang mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui
sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati.
Penilaian proses dan hasil belajar itu saling berkaitan satu dengan yang
lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar.
Jenis penilaian pembelajaran terpadu
dilihat dari segi alatnya terdiri atas tes (test) dan bukan tes (non test).
System penilaian dengan menggunakan teknik tes disebut penilaian konvensional.
System penilaian tersebut kurang dapat menggambarkan kemajuan belajar siswa
secara menyeluruh, sebab biasanya hasil belajar siswa digambarkan dalam bentuk
angka-angka atau huruf-huruf dimana gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh
karena itu, untuk melengkapi gambaran kemajuan belajar siswa secara menyeluruh,
perlu dilengkapi dengan menggunakan teknik penilaian lainnya yaitu teknik bukan
tes. Penilaian dengan menggunakan teknik bukan tes disebut penilaian alternative.
Penilaian alternative diapaki sebagai
penunjang dalam memberikan gambaran pengalaman dan kemajuan belajar siswa
secara menyeluruh. Melalui penggunaan penilaian alternative ini, kemajauan
belajar siswa dapat diketahui oleh guru dan orangtua, bahkan oleh siswa
sendiri. hal ini sesuai dengan tuntutan penilaian berbasis kelas bahwa
penilaian dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar-mengajar (KBM)
dan dilakuakan dengan cara pengumpulan kerja siswa (portopolio), hasil karya
(product), penugasan (project), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper
& pencil test). Hasil penilaian pembelajaran terpadu dengan cara tersebut
berguna sebagai umpan balik bagi siswa, memantau kemajuan diagnosis, masukan
bagi perbaikan program pembelajaran, menacapai kompetensi yang diharapkan, dan
memberi informasi komunikatif bagi masyarakat.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Model-model pembelajaran terpadu banyak sekali
jenisnya tetapi yang dikembangkan di Indonesia hanya terdiri dari dua bagian
yaitu model Webbed dan Coneccted. Model Webbed meruapakan model pembelajaran
yang dimulai dengan menentukan atau mengajarkan tema tertentu yang
berkecenderungan dapat di sampaikan melalui beberapa bidang studi lain. Dalam
hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam matapelajaran
tertentu maupun lintas matapelajaran. Model Coneccted merupakan model yang
diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topic
dengan topic lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas yang
dilakukan dihari berikutnya bahkan ide-ide yang dipelajari dalam satu semester
berikutnya di dalam satu mata pelajaran maupun antar matapelajaran
interdisiplin).
Model Pembelajaran terpadu yang dikembangkan di
Indonesia diantaranya yaitu model perencanaan pembelajaran, model pelaksanaan,
dan model penilaian.
B.
Saran
Sebagai mahasisiwa yang mendalami program
pembelajaran di SD hendaklah mengetahui mengenai model pembelajaran yang di
gunakan di Indonesia, sehingga dengan itu kita bisa melakukan pembelajaran
dengan sebaik mungkin serta tujuan pendidikan ataupun pembelajaran dapat
tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Resmini,
Novi. Pembelajaran Terpadu. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196711031993032-NOVI_RESMINI/MODEL_PEMBELAJARAN_TERPADU.pdf
. Diakses pada
3/2/2015, 09:55.
https://www.academia.edu/7529912/BAB_II_IMPLEMENTASI_MODEL_PEMBELAJARAN_TEMATIK
. Diakses pada 3/2/2015, 09:55.
Murtono.
2010. Pengembangan Model Pembelajaran. http://digilib.uinsuka.ac.id/8140/1/MURTONO%20PENGEMBANGAN%20MODEL%20PEMBELAJARAN%20IPA%20BAGI%20SISWA%20MADRASAH.
Diakses pada 3/2/2015, 09:53.
Syaefudin,
Udin, dkk. 2008. Pembelajaran Terpadu.
Bandung:UPI Press.
Herry
Hernawan, Asep, dkk. 2008. Pembelajaran
Terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar