Jumat, 29 Mei 2015

Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu

MAKALAH
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU DI INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pembelajaran Terpadu
Dosen Pengampu:
Agtha Kristi Pramudika Sari ,M.Pd.











Oleh,
Kelompok 3
Ajril Fahri Septiansyah
Ita Rucita (126223047)
Rini Triani (126223084)
SEMESTER 6



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH KUNINGAN
2015






DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2
BAB  I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ...................................................................................... 3
B.     Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C.     Tujuan .................................................................................................... 4
BAB II  PEMBAHASAN
A.    Jenis Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu di Indonesia... ...... 5
B.     Model Pembelajaran Terpadu yang di Kembangkan ............................ 9
BAB III  PENUTUP
A.    Kesimpulan ............................................................................................ 18
B.     Saran ...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... ...... 19





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penyelenggaraan pendidikan dengan menekankan pada pembelajaran yang memisahkan penyajian antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya akan mengakibatkan permasalahan yang cukup serius terutama bagi siswa usia sekolah dasar.  Pembelajaran yang memisahkan secara tegas penyajian matapelajaran-matapelajaran tersebut hanya akan membuahkan kesulitan bagi setiap anak karena hanya akan memberikan pengalaman belajar yang bersifat artificial atau pengalaman belajar yang dibuat-buat. Oleh karena itu, proses pembelajaran pada satuan pendidikan sekolah dasar, terutama untuk kelas- kelas awal, harus memperhatikan karakteristik anak yang akan menghayati pengalaman belajar tersebut sebagai satu kesatuan yang utuh. Pengemasan pembelajaran harus dirancang secara tepat karena akan berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar anak. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual baik di dalam maupun antar matapelajaran, akan memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih bermakna (meaningful learning). Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa matapelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi anak. Pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Di Indonesia pembelajaran terpadu dikembangkan melalui dua model pembelajaran, hal ini dikarenakan siswa pada masa itu masih bersifat holistic dalam memandang sesuatu sehingga model pembelajaran yang digunakan di Indonesia hanya menggunakan model webbed dan connected.
Untuk itu pada pembahasan ini akan disajikan mengenai pembelajaran terpadu yang dikembangkan di Indonesia.
B.     Rumusan Masalah
1.      Seperti apakah jenis model pembelajaran terpadu di Indonesia?
2.      Apasajakah model pembelajaran terpadu yang dikembangkan di Indonesia?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui jenis model pembelajaran terpadu di Indonesia.
2.      Untuk mengetahui model pembelajaran terpadu yang dikembangkan




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Jenis Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu di Indonesia
Model-model pembelajaran terpadu terdapat beberapa jenis, tetapi tidak semua jenis model pembelajaran dapat digunakan di Indonesia. Ada dua model pembelajaran terpadu yang nampaknya paling cocok diterapkan di Indonesia, yaitu model jarring laba-laba (webbed) dan model keterhubungan (connected)
1.      Model Webbed
Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekan ini dimulai dengan menentukan tema, yang kemudian dikembangkan menjadi subtema dengan memperhatikan keterkaitan tema tersebut dengan mata pelajaran yang terkait. Dari subtema tersebut diharapakan aktivitas siswa dapat berkembang dengan sendirinya.
Model ini sangat tepat diterapkan di sekolah dasar karena pada umumnya siswa pada tahap ini masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistic), perkembangan fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, social, dan emosional, terutama dikelas-kelas awal sekolah dasar (kelas I dan II).
Seperti yang telah dijelaskan bahwa model pembelajaran ini dimulai dengan menentukan atau mengajarkan tema tertentu yang berkecenderungan dapat di sampaikan melalui beberapa bidang studi lain. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam matapelajaran tertentu maupun lintas matapelajaran.
Penetapan tema dilakukan dengan dua cara. Pertama, tema ditentukan terlebih dahulu yaitu dari ingkungan yang terdekat dengan siswa, dimulai dari hal yang termudah menuju yang sulit, dari hal yang sederhana menuju yang kompleks, dan dari hal yang kongkret menuju ke hal yang abstrak. Cara-cara ini dilakukan untuk kelas-kelas awal SD/MI. Tema-tema yang dikembangkan seperti: diri sendiri, keluarga, masyarakat, pekerjaan, serta tumbuhan dan hewan. Setelah tema ditentukan kemudian dilakukan pemetaan kompetensi dasar dan indicator yang diperkirakan relevan dengan tema-tema tersebut. Kedua, tema ditentukan setelah mempelajari kompetensi dasar kompetensi dasar dan indicator yang terdapat dalam masing-masing matapelajaran. Penetapan tema dapat dilakukan dengan melihat kemungkinan materi pelajaran yang dianggap dapat mempersatukan beberapa kompetensi dasar pada beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan.
Kekuatan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba adalah sebagai berikut:
a. Adanya faktor motivasional yang dihasilkan dari menyeleksi tema yang sangat diminati.
b. Model jaring laba-laba relatif lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman.
c. Model ini mempermudah perencanaan kerja tim untuk mengembangkan tema ke dalam semua bidang isi pelajaran.  
Kelemahan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba sebagai berikut:
a. Langkah yang sulit dalam pembelajaran terpadu model jaring laba-laba adalah menyeleksi tema
b. Adanya kecenderungan merumuskan suatu tema yang dangkal, sehingga hal ini hanya berguna secara artifisial di dalam perencanaan kurikulum.
c.  Guru dapat menjaga misi kurikulum
d. Dalam pembelajaran guru lebih fokus pada kegiatan daripada pengembangan konsep.
2.      Model Connected
Model keterhubungan digunakan secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topic dengan topic lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas yang dilakukan dihari berikutnya bahkan ide-ide yang dipelajari dalam satu semester berikutnya di dalam satu mata pelajaran maupun antar matapelajaran interdisiplin).
Perhatian utama penerapan model ini yaitu kejadian dalam mengidentifikasi danmenetapkan kompetensi dasar dan indicator yang akan dipetakan pada setiap matapelajaran yang akan dipadukan/dikaitkan dalam matapelajaran. Kegiatan pemetaan kompetensi dasar ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh mengenai kompetensi dasar dan indicator pada setiap matapelajaran yang diindikasikan dapat dipadukan.
Pada tingkat sekolah dasar, pemetaan kompetensi dasar ini tidak perlu mengalami kesulitan sebab masih menerapkan system guru kelas dimana semua matapelajaran diajarkan oleh satu orang guru (guru kelas). Dalam hal ini, guru SD/MI dengan mudah dan lebih cepat dapat mengaitkan kompetensi dasar dengan kompetensi dasar lainnya pada matapelajaran yang berbeda.
Kekuatan pembelajaran terpadu model keterhubungan adalah:
a. Dengan mengaitkan ide-ide dalam satu mata pelajaran, siswa memiliki keuntungan gambaran yang besar seperti halnya suatu mata pelajaran yang terfokus pada satu aspek.
b. Konsep-konsep kunci dikembangkan siswa secara terus menerus sehingga terjadi internalisasi.
c. Mengaitkan ide-ide dalam suatu mata pelajaran memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, dan mengasimilasi ide secara berangsur- angsur dan memudahkan transfer atau pemindahan ide-ide tersebut dalam memecahkan masalah.   
Adapun kelemahan model pembelajaran keterhubungan adalah:
a. Berbagai mata pelajaran di dalam model ini tetap terpisah dan nampak tidak terkait, walaupun hubungan dibuat secara eksplisit antara mata pelajaran (interdisiplin).
b. Guru tidak didorong untuk bekerja secara bersama-sama sehingga isi pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep dan ide-ide antara mata pelajaran.
c. Usaha-usaha yang terkonsentrasi untuk mengintregrasikan ide-ide dalam suatu mata pelajaran dapat mengabaikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang lebih global dengan mata pelajaran lain.
3.      Teknik Penyusunan Pembelajaran Terpadu
Dalam penyusunan pembelajran perlu memperhatikan kompetensi dasar yang akan dijabarkan. Untuk mengetahui keluasan atau kedalaman cakupan kemampuan dasar dapat digunakan jaringan topic/konsep. Kompetensi dasar yang terlalu luas/dalam cakupan materinya perlu dijabarkan menjadi lebih dari satu pembelajran. Sedangkan kompetensi dasar yang tidak terlalu rumit mungkin dapat dijabarkan kedalam satu pembelajaran.
Beberapa cara yang disarankan dalam menjabarkan kompetensi dasar menjadi langkah pembelajaran antara lain:
1)      Pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi secara utuh. Cara ini dilakukan apabila kompetensi dasar yang akan dijabarkan tidak terlalu luas/dalam cakupan materinya. Sehingga memungkinkan untuk menguraikannya dalam satu unit pembelajaran.
2)      Pembelajaran disusun berdasarkan atas satu atau lebih hasil belajar dalam satu. Apabila dalam satu hasil belajar keluasan dan kedalaman materi pembelajarannya ternyata terlalu kompleks, maka dapat disusun satu unit pembelajarannya. Atau seandainya memungkinkan dua hasil belajar yang tidak terlau luas dan dalam tapi masih memiliki kaitan materi, maka dapat disusun kedalam satu unit pembelajran.
3)      Pembelajaran disusun berdasarkan atas satu atau lebih indicator dalam satu kompetensi. Cara ini ditempuh dengan berpedoman kepada indicator hasil belajar. Kadang satu indicator membutuhkan banyak waktu dalam pembelajarannya, sehingga perlu dibuatkan dalam satu unit pembelajaran yang utuh. Dapat pula terjadi beberapa indicator yang saling berkaitan dan tidak terlalu luas/dalam cakupan materinya dibuatkan dalam unit pembelajaran sekaligus.
B.     Model Pembelajaran Terpadu yang Dikembangkan
a.       Model Perencanaan Pembelajaran
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu dipengaruhi oleh seberapa jauh di rencanakan sesuai dengan kondisi dan potensi siswa (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Kompetensi dasar dan indikator yang harus dikuasai siswa sudah tertulis dalam kurikulum per matapelajaran. Oleh karena itu, dalam menyusun perencanaan pembelajaran terpadu perlu diawali dengan melakukan pemetaan kompetensi dasar dan indicator per matapelajaran per kelas yang dianggap dapat dipadukan satu sama lain.
Model perencanaan dalam hal ini, mencakup penyusunan silabus dan satuan pembelajaran. Format yang digunakan disesuaikan dengan contoh yang dikembangkan oleh Pusat Kurikulum balitbang Depdiknas atau modifikasinya.
Langkah-langkah dalam mengembangkan model perencanaan diantaranya:
1.      Peta kompetensi dasar secara keseluruhan telah ditetapkan dengan maksud supaya terjadi pemetaan keterpaduan. Pada saat menetapkan beberapa matapelajaran yang akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan pencapaian kompetensi dasar oleh siswa dan kebermaknaan belajar.
2.      Mempelajari kompetensi dasar dan indicator dari mata pelajaran yang akan dipadukan. Pada tahap ini dilakukan pengkajian atas kompetensi dasar pada jenjang dan kelas yang sama dari beberapa matapelajaran yang memungkinkan untuk diajarkan secara terpadu. Kegiatan dilanjutkan dengan mempelajari materi pokok yang telah ditetapkan pada setiap kompetensi dasar yang bisa dipadukan.
3.      Memilih dan menetapkan tema/topic pemersatu. Langakah ini hanya dilakukan dalam pembelajaran terpadu model tematik (webbed), sedangkan jika menggunakan model keterhubungan (connected) bisa langsung menyusun matriks keterhubungan antar kompetensi dasar untuk beberapa matapelajaran.
4.      Membuat bagan keterhubungan (untuk model tematik) atau matriks keterhubungan (untuk model connected) kompetensi dasar dan tema/topic pemersatu. Bagan keterhubungan dalam hal ini untuk menunjukan kaitan atau jaringan tema/topic dengan kompetensi dasar yang dapat dipadukan.
5.      Menyusun silabus pembelajaran terpadu. Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus pembelajaran terpadu. Dalam menyusun silabus perlu didasarkan pada matriks/bagan keterhubungan yang telah dibuat. Format silabus disesuaikan dengan contoh yang dikembangkan oleh pusat kurikulum Balitbang Depdiknas. Kompetensi dasar setiap matapelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran terpadu di susun dalam silabus tersendiri.
6.      Menyusun satuan pembelajaran terpadu untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Satuan pembelajaran tersebut merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu. Komponennya terdiri atas: identitas matapelajaran, kompetensi dasar yang hendak di capai, materi pokok beserta uraiannya, strategi pembelajaran, alat media yang digunakan, penilaian dan tindak lanjut, serta sumber bahan yang  digunakan.
b.      Model Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran
Model pelaksanaan mencakup pendekatan, metode atau cara yang dapat digunakan terdiri dari beberapa kegiatan seperti kegiatan pendahuluan, inti dan akhir/tindak lanjut.
1.      Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan (introduction) pada dasarnya merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan siswa pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran terpadu. Tujuan dari kegiatan membuka pelajaran adalah pertama, untuk menarik perhatian siswa, yang dapat dilakukan dengan cara seperti meyakinkan siswa bahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan berguna untuk dirinya; melakukan hal-hal yang dianggap aneh bagi siswa; melakukan interaksi yang menyenangkan.  Kedua, menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang dapat dilakukan dengan cara seperti membangun suasana akrab sehingga siswa merasa dekat, misalnya menyapa dan berkomunikasi secara kekeluargaan; menimbulkan rasa ingin tahu, misalnya mengajak siswa untuk mempelajari suatu kasus yang sedang hangat dibicarakan; mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan dengan kebutuhan siswa.  Ketiga, memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan, yang dapat dilakukan dengan cara seperti mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta tugas-tugas yang harus
dilakukan dalam hubungannya dengan pencapian tujuan (Sanjaya, W., 2006:41).
Fungsinya terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran terpadu ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia untuk kegiatan tersebut relatif singkat berkisar antara 5-10 menit. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik, sehingga dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu siswa sudah siap untuk mengikutivpelajaran dengan seksama.
Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini diantaranya yaitu menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception), dan penilaian awal (pre-test). Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara: mengecek atau memeriksa kehadiran siswa (presence, attendance), menumbuhkan kesiapan belajar siswa (readiness), menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar siswa, dan membangkitkan perhatian siswa. Melaksanakan apersepsi (apperception) dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap jawaban siswa dilanjutkan dengan mengulas materi pelajaran yang akan dibahas. Melaksanakan penilaian awal dapat dilakukan dengan cara lisan pada beberapa siswa yang dianggap mewakili seluruh siswa, bisa juga penilaian awal ini dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan apersepsi.
2.      Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan pembelajaran terpadu yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar siswa (learning experiences). Pengalaman belajar tersebut bisa dalam bentuk kegiatan tatap muka dan non-tatap muka. Pengalaman belajar tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara guru dengan siswa, sedangkan pengalaman belajar non-tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan sumber belajar lain yang bukan kegiatan interaksi guru-siswa.
Kegiatan inti dalam pembelajaran terpadu bersifat situasional, dalam arti perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi di mana proses pembelajaran itu berlangsung. Terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu. Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan guru adalah memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa beserta garis-garis besar materi/bahan pembelajaran yang akan dipelajari. Hal ini perlu dilakukan agar siswa mengetahui semenjak awal kemampuan-kemampuan apa saja yang akan diperolehnya setelah proses pembelajaran berakhir. Cara yang cukup praktis untuk memberitahukan tujuan atau kompetensi tersebut kepada siswa bisa dilakukan dengan cara tertulis atau lisan, atau kedua-duannya. Guru menuliskan tujuan/kompetensi tersebut dipapan tulis dilanjutkan dengan penjelasan secara lisan mengenai pentingnya tujuan/kompetensi tersebut dikuasai siswa.
Kegiatan lainnya di awal kegiatan inti  pembelajaran terpadu yaitu menjelaskan alternative kegiatan belajar yang akan dialami siswa. Dalam tahapan ini guru perlu menyampaikan kepada siswa tentang kegiatan-kegiatan belajar yang harus ditempuh siswa dalam mempelajari tema, topic, atau materi pembelajaran terpadu. Kegiatan belaajar yang ditempuh siswa dalam pembelajaran terpadu lebih diutamakan pada terjadinya proses belajar yang berkadar aktivitas tinggi. Pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk belajar. Siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang dipelajarinya, sehingga prinsip-prinsip belajar dalam teori konstruktivisme dapat dijalankan.
Dalam membahas dan menyajikan materi/bahan pembelajaran terpadu harus diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku siswa. Penyajian bahan pembelajaran harus dilakukan secara terpadu melalui penghubungan konsep dari matapelajaran satu dengan konsep dari matapelajaran lainnya. Dalam hal ini, guru harus berupaya menyajikan bahan pelajaran dengan startegi mengajar yang bervariasi, yang mendorong siswa pada upaya penemuan pengetahuan baru. Kegiatan pembelajaran terpadu bisa dilakukan melalui kegiatan pembelajaran secara klasikal, kelompok dan perorangan.
3.      Kegiatan Akhir/Tindak Lanjut
Kegiatan akhir dalam pembelajaran terpadu tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar siswa dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan pada proses dan hasil belajar siswa. Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini relative singkat, oleh karena itu guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefesien mungkin. Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran terpadu diantaranya kegiatan:
1)      Melaksanakan dan mengkaji penilaian akhir.
2)      Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran melalui kegiatan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah, menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit oleh iswa, membaca materi pelajaran tertentu, dan memberikan motivasi atau bimbingan belajar.
3)      Mengemukakan tentang topic yang kan dibahas pada waktu yang akan datang, dan
4)      Menutup kegiatan pembelajaran.
c.       Model Penilaian Pembelajaran
Model penilaiaan yang dikembangkan mencakup prosedur yang diguanakan, jenis dan bentuk penilaian, serta alat evaluasi yang digunakan. Obyek dalam penilaian pembelajran terpadu mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar siswa. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa, sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan mengunakan criteria tertentu. Hasil belajar tersebut pada hakikatnya merupakan kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Penilaian proses dan hasil belajar itu saling berkaitan satu dengan yang lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar.
Jenis penilaian pembelajaran terpadu dilihat dari segi alatnya terdiri atas tes (test) dan bukan tes (non test). System penilaian dengan menggunakan teknik tes disebut penilaian konvensional. System penilaian tersebut kurang dapat menggambarkan kemajuan belajar siswa secara menyeluruh, sebab biasanya hasil belajar siswa digambarkan dalam bentuk angka-angka atau huruf-huruf dimana gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh karena itu, untuk melengkapi gambaran kemajuan belajar siswa secara menyeluruh, perlu dilengkapi dengan menggunakan teknik penilaian lainnya yaitu teknik bukan tes. Penilaian dengan menggunakan teknik bukan tes disebut penilaian alternative.
Penilaian alternative diapaki sebagai penunjang dalam memberikan gambaran pengalaman dan kemajuan belajar siswa secara menyeluruh. Melalui penggunaan penilaian alternative ini, kemajauan belajar siswa dapat diketahui oleh guru dan orangtua, bahkan oleh siswa sendiri. hal ini sesuai dengan tuntutan penilaian berbasis kelas bahwa penilaian dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar-mengajar (KBM) dan dilakuakan dengan cara pengumpulan kerja siswa (portopolio), hasil karya (product), penugasan (project), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper & pencil test). Hasil penilaian pembelajaran terpadu dengan cara tersebut berguna sebagai umpan balik bagi siswa, memantau kemajuan diagnosis, masukan bagi perbaikan program pembelajaran, menacapai kompetensi yang diharapkan, dan memberi informasi komunikatif bagi masyarakat.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Model-model pembelajaran terpadu banyak sekali jenisnya tetapi yang dikembangkan di Indonesia hanya terdiri dari dua bagian yaitu model Webbed dan Coneccted. Model Webbed meruapakan model pembelajaran yang dimulai dengan menentukan atau mengajarkan tema tertentu yang berkecenderungan dapat di sampaikan melalui beberapa bidang studi lain. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam matapelajaran tertentu maupun lintas matapelajaran. Model Coneccted merupakan model yang diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topic dengan topic lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas yang dilakukan dihari berikutnya bahkan ide-ide yang dipelajari dalam satu semester berikutnya di dalam satu mata pelajaran maupun antar matapelajaran interdisiplin).
Model Pembelajaran terpadu yang dikembangkan di Indonesia diantaranya yaitu model perencanaan pembelajaran, model pelaksanaan, dan model penilaian.
B.     Saran
Sebagai mahasisiwa yang mendalami program pembelajaran di SD hendaklah mengetahui mengenai model pembelajaran yang di gunakan di Indonesia, sehingga dengan itu kita bisa melakukan pembelajaran dengan sebaik mungkin serta tujuan pendidikan ataupun pembelajaran dapat tercapai.




DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/7529912/BAB_II_IMPLEMENTASI_MODEL_PEMBELAJARAN_TEMATIK .  Diakses pada 3/2/2015, 09:55.
Murtono. 2010. Pengembangan Model Pembelajaran. http://digilib.uinsuka.ac.id/8140/1/MURTONO%20PENGEMBANGAN%20MODEL%20PEMBELAJARAN%20IPA%20BAGI%20SISWA%20MADRASAH. Diakses pada 3/2/2015, 09:53.
Syaefudin, Udin, dkk. 2008. Pembelajaran Terpadu. Bandung:UPI Press.
Herry Hernawan, Asep, dkk. 2008. Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar