BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada
kesempatan ini kami membahas tentang sifat shalat nabi dari takbir hingga salam
untuk umat islam yang selalu berkeinginan meneladani petunjuk nabinya dalam
beribadah. Sehingga mempermudah kita untuk melaksanakan perintah Rasulullah.
Sebagaimana disabdakan olehnya, ”Sholatlah sebagaimana kalian melihat aku
melakukan shalat”
Ibadah kita terkadang masih jauh dari hal-hal yang
dicontohkan oleh baginda Rasulullah SAW sehingga sering melenceng dari aturan
yang sebenarnya dari mulai takbir hingga salam banyak sekali yang harus kita
contoh dari ajaran rasullulah sebagaimana hadis-hadis yang menguatkannya
tentang bagaimana rasullullah mengerjakan shalat dalam sehari semalam baik itu
shalat wajib lima waktu maupun shlat-shalat
sunah lainnya yang dilakukan rasulullah SAW.
Untuk itu kami menyusun makalah ini agar ibadah
kita senantiasa diterima Allah sesuai dengan ajaran Rasulluah SAW serta
senantiasa memperbaiki ibadah yang selama ini kita lakukan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
tata cara shalat Nabi?
2. Bagaimanakah
do’a dan bacaan dalam shalat?
3. Bagaimanakah
tata cara ruku dan bacaannya?
4. Bagaimanakah
tata cara bacaan sujud dan duduk diantara dua sujud?
5. Bagaimanakah
cara tasyahhud awal?
6. Bagaimanakah
cara tasyahhud akhir dn salam?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui tatacara shalat nabi
2. Untuk
mengetahui do’a dan bacaan dalam shalat
3. Untuk
mengetahui tata cara ruku dan bacaannya
4. Untuk
mengetahui tata cara bacaan sujud dan duduk diantara dua sujud
5. Untuk
mengetahui cara tasyahhud awal
6. Untuk
mengetahui cara tasyahhud akhir dan salam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tata
cara shalat
1. Menghadap
kiblat
Rasulullah
SAW dalam melaksanakan sholat fardhu dan sunnah menghadap kiblat. Beliau pun memerintahakannya
demikian dalam sabdanya kepada orang yang tidak benar sholatnya:
”Bila
engkau berdiri untuk melakukan sholat maka sempurnakanlah wudhumu, kemudian menghadaplah
kiblat, lalu bertakbirlah” (HR. Bukhari dan
Muslim). Dalam perjalanannya Rasulullah SAW biasanya melakukan sholat sunnah
diatas kendarannya (unta). Beliau juga melakukan witir diatas kendaraannya dan
mengadap kemana saja kendaraannya menghadap (timur maupun barat). Alloh
berfirman dalam QS al-Baqarah ayat 115:
”Maka kemanapun
kamu menghadap disitulah wajah Alloh”. Dalam
riwayat Bukhari dan Ahmad disebutkan bahwa apabila hendak melakukan sholat
fardhu, Rasulullah SAW turun dari tunggangannya lalu menghadap kiblat.
2. Berdiri
dalam shalat
Dalam sholat fardhu dan sunnah
Rasulullah SAW melakkukannya sambil berdiri sesuai dengan perintah Alloh SWT
dalam QS al-Baqarah ayat 238:
(artinya) ”Berdirilah untuk Alloh (dalam
sholatmu) dengan khusyu.” Maksud
dari ayat tersebut adalah berdirilah kalian dengan penuh rasa khusyu’,
merendahkan diri di hadapan allah dengan penuh ketenangan ketika tengah berada
dihadapan-Nya melaksanakan shalat.
Dalam sebuah riwayat Tirmidzi dan
Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah SAW melakukan sholat menjelang datang ajalnya
sambil duduk. Dalam kesempatan lain Beliau melakukan sholat sambil duduk, yaitu
ketika dalam keadaan sakit. Sedangkan orang-orang dibelakangnya mengikutinya
sambil berdiri. Lalu Rasulullah SAW memberikan isyarat agar mereka duduk, maka
merekapun duduk. Setelah selesai sholat Beliau bersabda
”Kalian tadi hampir saja melakukan apa yang telah
dilakukan oleh bangsa Romawi dan Persia, dimana mereka berdiri di depan rajanya
sedangkan rajanya duduk. Maka janganlah kalian melakukannya. Sesungguhnya
keberadaan imam adalah agar diikuti. Bila ia ruku, maka rukulah; bila berdiri
maka berdirilah; dan jika sholat sambil duduk maka duduklah bersama-sama”. (HR
Muslim).
Sholat orang sakit sambil duduk, seperti sabda
Beliau ”Shalatlah sambil berdiri. Bila tidak bisa, sambil duduk. Bila tidak
bisa sambil terlentang.” (HR. Bukhari, Abu Daud & Ahmad). Juga Beliau
bersabda:
”Barangsiapa melakukannya dengan berdiri, maka itu
lebih utama. Adapun bagiyang melakukannya sambil duduk maka baginya separoh
pahala yang berdiri. Barangsiapa yangsholat sambil tidur (terlentang) baginya
separuh pahala orang yang sholat sambil duduk. Yang dimaksud disini adalah
orang yang sakit.” (HR. Bukhari, Abu Daud &
Ahmad).
Suatu ketika Rasulullah SAW mengunjungi orang
yang sakit lalu melihat orang itu melakukan sholat diatas bantal. Rasulullah
SAW mengambil bantal itu dan melemparkannya. Orang itu lalu mengambil ’ud (papan
kayu) untuk sholat diatasnya. Tatapi Nabi SAW mengambil dan membuangnya lalu
bersabda:
”Sholatlah diatas tanah bila engkau bisa.
Bila tidak cukuplah dengan isyarat, dan hendaknya isyarat sujudnya lebih rendah
dari rukumu.” (HR. Thabrani, Bazzar dan Baihaqi).
3. Niat
Rasulullah SAW bersabda:
Rasulullah SAW bersabda
”Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung dari niatnya, dan sesungguhnya
setiap orang mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya (HR Bukhari &
Muslim).
Makna niat adalah kehendak untuk
melakukan sesuatu. Seseorang yang mengerjakan shalat, menghadirkan niat dalam
hati pikiran dia perihal shalat yang dia kerjakan, tata caranya, misalnya niat
untuk shalat zhuhur atau shalat fardu yang lainnya. Selanjutnya dia
menghadirkan ibadah ini bersamaan dengan takbiratul ihram.
4. Takbiratul
Ihram
Dalam hadits riwayat Muslim dan
Ibnu Majah, disebutkan bahwa Rasulullah SAW membuka sholatnya dengan ucapan Allohu
Akbar (Alloh Mahabesar).
Rasulullah
SAW memulai shalat dengan mengucapkan “Allahu Akbar”. Beliaupun memerintahkan
demikian kepada orang yang tidak benar dalam sholatnya, sebagaimana sabda
Beliau SAW:
Dan beliau bersabda kepadanya: ”Tidaklah sholat
seseorang itu menjadi sempurna sampai ia berwudhu dengan benar, lalu berkata
Allohu Akbar”(HR Thabrani). Beliau SAW juga
bersabda :
”Kunci sholat adalah suci, tahrimnya3 pengharamannya
adalah takbir dan thalilnya4, penghalalannya adalah salam.” (HR
Abu Daud, Tirmidzi & Hakim). Dalam hadits riwayat Ahmad dan Hakim
disebutkan bahwa Rasulullah SAW mengangkat suaranya dalam takbir sehingga
terdengar oleh orang-orang yang makmum dibelakangnya. Rasulullah SAW bersabda ”Apabila
imam mengucapkan Allohu Akbar, maka katakanlah Allohu Akbar” (HR Ahmad dan
Baihaqi).
5. Mengangkat kedua tangan ketika takbir
Terkadang beliau SAW mengangkat
kedua tangannya bersamaan dengan takbir. Beliau SAW mengangkat kedua tangannya
dengan jari terbuka rapat (tidak renggang dan tidak menggenggam). Dan
Rasulullah SAW mengangkatnya sampai sejajar dengan kedua bahunya dan terkadang
sampai kedua telinganya.
Bahwa
Rasulullah Saw ketika mengerjakan shalat, beliau mengangkat kedua tanganya
sewaktu takbir dan mengangkatnya sejajar dengan kedua telinga beliau. Dan
beliau melakukannya juga ketika ruku dan sewaktu bangkit dari ruku.
6. Meletakkan Tangan Kanan Diatas Tangan Kiri
(Bersedekap)
Rasulullah
SAW meletakan tangan kanan beliau diatas tangan kirinya.
Beliau SAW bersabda,
sesungguhnya kami para nabi diperintahkan menyegerakan berbuka puasa,
mengakhirkan makan sahur dan meletakan tangan kanan di atas tangan kiri kami
ketika shalat (HR Ibnu Hibban dan Dhiya).
7. Meletakkan Kedua Tangan (Bersedekap) di Dada
Beliau SAW meletakan
tangan kanan nya pada punggung tangan kirinya, pada pergelangan dan lengan
kirinya.
Beliau bersedekap
meletakan kedua tangannya pada bagian dada.
8. Khusyu dan Memandang Tempat Sujud
Dalam hadits riwayat
Baihaqi dan Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW dalam sholat menundukkan kepalanya
dan pandangannya tertuju ke tanah.
Apabila
Rasulullah SAW mengerjakan shalat beliau menundukan kepalanya, dan pandangannya
beliau tunjukan ke arah tanah.
Rasulullah
melarang mengangkap pandangannya ke langit sebagaimana tercantum dalam hadits
riwayat Bukhari dan Abu Daud. Larangan itu dipertegas dengan sabdanya ”Hendaknya
orang-orang menghentikan mengarahkan pandangannnya ke langit pada waktu sholat
atau tidak dapat kembali lagi kepada mereka (dalam riwayat lain disebutkan
: atau mata-mata mereka tercolok)”. (HR Bukhari, Muslim & Siraj).
Dalam hadits lain disebutkan ”Apabila kalian melakukan sholat maka hendaknya
janganlah menolah-noleh karena Alloh akan menghadapkan wajahNya kepada wajah
hambanya ketika sholat selama ia tidak menolah-noleh.” (HR Tirmidzi dan
Hakim) Dalam hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Abu Ya’la disebutkan bahwa
Rasulullah SAW melarang 3 perkara dalam sholat. Yaitu sholat dengan cepat seperti
ayam yang mematuk, duduk diatas tumit seperti duduknya anjing, dan
menolah-noleh seperti musang. Beliau SAW juga bersabda
”Sholatlah seperti halnya sholat orang yang
akan meninggal, yaitu seakan-akan engkau melihat Alloh. Jika engkau tidak
melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR Thabrani, Ibnu Majah &
Ahmad). Beliau telah sholat dengan baju yang terbuat dari wol yang bergambar,
lalu Rasulullah SAW melihat sepintas gambar-gambar itu. Usai sholat Beliau SAW
bersabda ”Bawalah bajuku ini kepada Abu Jahm dan bawalah kepadaku kain yang
kasar Abu Jahm. Karena bajuku ini telah mengalihkan perhatian sholatku tadi. (dalam
riwayat lain dikatakan : Sesungguhnnya aku telah melihat gambarnya saat
sholat dan hampir saja aku tergoda).” (HR Bukhari, Muslim &
Malik). Aisyah mempunyai kain bergambar untuk tirai, Rasulullah SAW sholat
menghadapnya. Lalu Rasulullah SAW bersabda ”Jauhkanlah kain itu,
sesungguhnya gambarnya mengganggu sholatku.” (HR Bukhari & Muslim).
Beliau SAW bersabda ”Tidak sempurna sholatnya orang yang telah terhidang
makannya, serta ketika menahan keluarnya angin dan buang air.” (HR Bukhari
& Muslim).
B. Do’a dan bacaan dalam
shalat
1. Do’a-do’a
pembuka
Rasulullah
SAW membuka bacaan dengan doa-doa yang banyak dan bermacam-macam. Beliau SAW
memuji Alloh, mengagungkanNya dan menyanjungNya. Rasulullah telah memerintahkan
demikian bagi yang tidak benar sholatnya. Beliau bersabda ”Tidak sempurn
sholat seseorang sehingga ia bertakbir, bertahmid dan menyanjungNya serta
membaca ayat-ayat al-Qur’an yang dihapal.” (HR Bukhari dan Muslim). Dalam
bacaan pembukaan, terkadang Beliau SAW membaca doa sebagai berikut :
·
Wajjahtu wajhiya
lilladzi fathorossamawaati wal ardh ....... dan seterusnya.
·
Subhaanaka Allohumma
wabihamdika wa tabaarakasmuka wadduka walaa ilaha ghoiruka,yang artinya
”Mahasuci Engkau ya Alloh, Maha Terpuji Engkau, Mahamulia Engkau serta Mahatinggi kehormatanMu dan
tiada tuhan selain Engkau (HR Ibnu Mundih dan Nasa’i)
4. Dan lain-lain.
2. Bacaan dalam shalat
·
Membaca Ta’awwudz.
Kemudian Rasulullah SAW
membaca ta’awwudz dengan mengucapkan ”A’udzubillahi minasyaithonirrojim min
hamazihi wanafkhihi wanafatsihi” (Aku berlindung kepada Alloh dari godaan setan
yang terkutuk dari semburannya, kesombongannya, dan embusannya) (HR Abu
Daud, Ibnu Majah, Daruquthni & Hakim). Terkadang Beliau SAW menambahinya
dengan ”A’udzubillahis-samii’il’alim minasysyaithoonirrojim” (Aku berlindung
kepada Alloh Yang Mahamendengan lagi Mahamengetahui dari godaan setan yang
terkutuk) (HR Abu Daud, Tirmidzi & Ahmad). Setelah itu Beliau SAW
membaca ”Bismillahir-rahman-nirrahim” (Dengan nama Alloh Yang Mahapengasih
dan Mahapenyayang) (dengan tanpa mengangkat/mengeraskan suara). (HR
Bukhari, Muslim & Ahmad)
·
Membaca Surat
al-Faatihah, Ayat per Ayat
Kemudian Rasulullah SAW
membaca surat al-Faatihah dengan memotong
setiap ayat :
a.
Bismillaahir-rahmanir-rahim.
b.
Alhamdulillaahirab-bil’aalamiin.
c. Sampai dengan akhir
ayat.
Demikian Rasulullah SAW
membaca al-Fatihah sampai akhir surah. Beliau SAW tidak menyambung ayat dengan ayat berikutnya. Demikian yang
diriwayatkan Abu Daud dan Sahmi.
·
Membaca al-Faatihah
Sebagai Rukun Dan Keutamaannya
Beliau selalu
mengagunggkan surat ini dengan sabdanya
”Tidak sah sholat seseorang apabila belum
membaca surah al-Faatihah (dan seterusnya). (HR Bukhari, Muslim dan
Baihaqi).
3. Mengeraskan
Bacaan Bagi Makmum
Sebelumnya Rasulullah SAW membolehkan
makmum membaca al-Fatihah dengan keras. Akan tetapi pada suatu sholat Subuh
Beliau SAW merasa terganggu oleh bacaan seorang makmum. Setelah selesei sholat
Beliau SAW bersabda ”Apakah kalian tadi ikut membaca bacaan imam?” Mereka
menjawab “Benar, akan tetapi dengan cepat wahai Rasulullah” Rasulullah berkata
“Janganlah kalian lakukan kecuali kalian membaca al-Fatihah. Sesungguhnya tidak
sah sholat seseorang kecuali membacanya.” (HR Bukhari, Abu Daud &
Ahmad). Tetapi kemudian membaca cara ini dilarang oleh Nabi SAW. Yaitu ketika
Rasulullah SAW kembali dari sholat jahr (sholat yang dibolehkan membaca
al-Qur’an dengan keras). Dalam sebuah riwayat dikatakan pertisiwa itu terjadi
pada sholat Subuh. Beliau bersabda ”Adakah tadi kalian mengikutiku membaca
al-Qur’an dengan suara keras?” Seseorang menjawab ”Aku wahai Rasulullah” Nabi
SAW berkata ”Kenapa ada yang membaca demikian sehingga mengganggu bacaanku?”
Abu Hurairah berkata ”Maka para sahabat berhenti
membaca al-Qur’an dengan keras dalam sholat dimana Rasulullah
mengeraskan bacaannya ketika mereka mendengar teguran dari Rasulullah. (Mereka
membaca tanpa suara pada sholat dimana imam tidak mengeraskan bacaan)” (HR
Malik, Humaidi, Abu Daud dan Bukhari). Maka berdiam saat imam membaca al-Qur’an
menjadi syarat kesempurnaan bermakmum. Rasulullah SAW bersabda ”Sesungguhnya
dijadikannya imam itu agar diikuti oleh makmum, maka apabila mengucapkan
takbir, ikutilah mengucapkan takbir. Janganlah membaca al-Qur’an, diam dan
dengarkanlah.” (HR Abu Daud, Muslim & Abu Uwanah). Oleh karena itu
makmum yang mendengarkan bacaan imam tidak perlu lagi turut membacanya. Sabda
Rasulullah SAW ”Barang siapa yang sholat bermakmum maka bacaan imam adalah menjadi
bacaannya juga.” (HR Daruquthni, Ibnu Majah & Ahmad). Ini untuk
sholat-sholat yang jahr (imam mengeraskan bacaannya).
4. Kewajiban
Membaca Tanpa Suara
Adapun pada
sholat-sholat yang harus membaca tanpa suara, Rasulullah SAW telah menetapkan
kehaursan membaca al-Qur’an padanya. Jabir berkata
”Kami membaca
al-Faatihah dan surah al-Qur’an pada sholat Dzuhur dan Ashar dibelakang imam
pada dua rakaat pertama, sedangkan pada dua rakaat berikutnya membaca
al-Faatihah (saja).” (Riwayat Ibnu Majah).
5. Imam
Mengucapkan Amin Dengan Mengangkat Suara
Dalam hadits riwayat
Bukhari dan Abu Daud disebutkan bahwa ketika Rasulullah SAW selesai membaca
al-Faatihah, Beliau SAW mengucapkan amin dengan suara jelas dan panjang.
Orangorang yang bermakmumpun dianjurkan untuk mengucapkannya. Sabda Beliau SAW ”Apabila
imam sholat mengucapkan ”Ghoiril
maghdhuubi’alaihim waladhaaliin” maka katakanlah ”Amin”. (Sesungguhnya
malaikiat berkata ”Amin” dan imampun mengucapkan ”Amin”). Dalam lafal lain
disebutkan bahwa jika seorang imam sholat mengucapkan amin, maka ikutilah
dengan mengucapkan amin. Apabila ucapan amin itu bersama dengan ucapan
malaikat, (Dalam lafal lain disebutkan : Apabila seseorang mengucapkan amin
dalam sholat, dan para malaikat di langit mengucapkan amin dengan bersamaan)
niscaya dosa-dosanya akan diampuni.” (HR Bukhari, Muslim & Nasa’i).
Rasulullah SAW juga bersabda ”Tidak ada suatu yang paling menjadikan
orang-orang Yahudi iri kepada kalian kecuali ucapan salam dan amin (dibelakang
imam).” (HR Bukhari, Ibnu Majah dan Ahmad).
6. Bacaan
Setelah Membaca al-Faatihah.
Setelah membaca
al-Faatihah, Rasulullah SAW membaca surah lainnya. Terkadangmembaca surah
panjang dan kadang surah pendek karena suatu penyebab seperti sedang dalam
perjalanan, sakit batuk atau sakit lainnya. Atau mendengar tangis anak kecil
sebagaimana yang disebutkan oleh Anas bin Malik ra.
Boleh Hanya Membaca
al-Faatihah Mu’adz pernah sholat Isya berjamaah dengan Rasulullah SAW di akhir waktu, lalu pulang. Disana
ia sholat lagi bersama sahabat-sahabatnya sebagai imam. Dlam jamaah itu
terdapat seorang anak muda bernama Sulaim dari bani Salamah. Anak muda itu
merakan sholatnya terlalu lama, maka ia keluar dan sholat sendiri di pojok
masjid. Usai sholat ia bergegas keluar masjid dan menunggang untanya langsung
meninggalkan tempat itu. Setelah sholat Mu’adz diberitahu akan kejadian ini. Ia
berkata ”Sungguh hal ini perbuatan munafik!. Aku akan laporkan apa yang
diperbuatnya kepada Rasulullah.” Anak muda itu juga berkata ”Aku juga
akan adukan apa yang dilakukan kepada Rasulullah.” Keesokan harinya mereka
datang kepada Rasulullah. Mu’adz mengadukan apa yang dilakukan anak muda itu,
dan anak muda itupun melaporkan apa yang diperbuat oleh Mu’adz. Ia berkata ”Wahai
Rasulullah dia telah sholat yang lama denganmu. Lalu ia pulang dan mengimami
kami dengan lama”. Rasulullah menjawab ”Wahai Mu’adz akankah engaku
membuat fitnah?” Rasulullah bertanya kepada anak muda itu ”Apa yang engkau
lakukan dalam sholatmu?” Ia menjawab ”Aku membaca al-Faatihah, lalu berdoa
memohon surga kepada Allah, dan berlindung dari siksa neraka. Aku tidak tahu
apa yang engaku baca dengan suara lirih dan yang dibaca Mu’adz” Nabi menyahut
”Aku dan Mu’adz seperti ini (telunjuk dan jari tengah).” Anak muda itu berkata
”Akan tetapi Mu’adz akan tahu kalau musuh datang, sedangkan mereka telah diberitahu
bahwa musuh telah datang di tempat mereka.” Orang yang meriwayatkan hadits ini
berkata ”Kaum tersebut kemudian datang menyerang dan anak muda itu gugur sebagai
syahid. Lalu Rasulullah SAW bersabda kepada Mu’adz ”Setelah peristiwa itu bagaimana
kamu dengan orang yang mengadukanmu kepadaku?” Mu’adz menjawab ”Wahai Rasulullah,
Allah Mahabenar dan saya keliru. Anak muda itu telah gugur sebagai syahid.” (HR
Ibnu Khuzaimah, Baihaqi, Ahmad, Abu Daud, Bukhari & Muslim)
7. Membaca
al-Faatihah Dengan Suara Keras dan Tanpa Suara Pada Sholat Lima Waktu Dan Sholat
Lainnya.
Pada sholat Suhubh dan
pada rakaat pertama dan kedua pada sholat Maghrib dan ’Isya, Rasulullah SAW
membaca al-Faatihah dan surah lainnya dengan suara keras. Sedangkna pada sholat
Dzuhur dan Ashar Beliau SAW membacanya dengan tanpa suara. Para sahabat mengetahui
apa yang dibaca oleh Rasulullah SAW dalam sholat-sholat yang tanpa suara dari gerakan
jenggotnya dan terkadang Nabi SAW sendiri memperdengarkan bacaannya. Demikian penjelasan
Bukhari dan Abu Daud. Beliau SAW juga membaca dengan mengangkat (mengeraskan)
suara pada sholat Jum’at , ’Idul Fitri, ’Idul Adha, Istisqa’ (sholat meminta
hujan), dan sholat Kusuf (gerhana).
8. Bacaan Tartil dan Memerdukan Suara
Perintah Allah terhadap
Rasulullah SAW adalah agar membaca al-Qur’an dengantartil, tidak pelan, dan
tidak terlalu cepat. Tetapi dibaca kalimat per kalimat sehingga bacaan satu
surah lebih lama daripada dibaca dengan biasa. Beliau SAW bersabda ”Kelak
akan dikatakan kepada orang yang membaca al-Qur’an ”Bacalah, telitilah dan
tartillah sebagaimana engkau mentartilkannya di dunia. Sesungguhnya kedudukanmu
adalah diakhir ayat yang engkau baca.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi). Beliau
menyuruh para sahabatnya untuk membaca al-Qur’an dengan suara merdu dalam sabdanya
”Hiasilah al-Qur’an dengan suaramu. Sesungguhnya suara yang bagus dapat
menjadikan al-Qur’an bertambah indah.” (HR Bukhari, Abu Daud & Hakim). Beliau
juga bersabda ”Sesungguhnya orang yang bagus suaranya adalah apabila
engkaumendengarkan suara bacaan al-Qur’an sedangkan kamu mengira bahwa dia adalah orang yang takut kepada
Allah.” (HR Thabrani, Ibnu Mubarak & Abu Nu’aim).
9. Membetulkan Bacaan Imam Yang Salah
Abu Daud, Ibnu Hibban
dan Thabrani meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menyuruh membetulkan imam yang
salah membaca al-Qur’an. Beliau pernah melakukan sholat dan salah dalam membaca
al-Qur’an. Usai sholat Beliau bertanya kepada Ubay, ”Apakah engkau sholat bermakmum
dengan saya?” Ubay menjawab ”Benar” Beliau menimpali ” Kenapa tidak membetulkan
bacaanku yang salah?”
10. Berta’awwudz Dan Meludah Saat Sholat Untuk
Menghilangkan Gangguan
Dalam hadits riwayat
Muslim dan Ahmad disebutkan bahwa Utsman bin Abi ’Ash berkata kepada Rasulullah
SAW ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya setan telah menggangguku ketika aku
membaca al-Qur’an saat sholat sehingga sholatku kacau.” Rasulullah SAW bersabda
”Itulah setan yang bernama Khinzib. Jika engkau merasakan keahdirannya, bacalah
ta’awwudz dan meludahlah ke sebelah kirimu tiga kali.” Utsman berkata ”Aku
kemudian melakukannya sehingga Allah mengeyahkan setan dariku.”
C.
Tata
cara ruku dan bacaannya
1. Tata
cara ruku
Rasulullah
SAW meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua lututnya . Beliau
SAWmemerintahkan sahabatnya melakukan yang demikian. Juga memerintahkan orang
yang tidak benar sholatnya. Kedua telapak tangan Beliau SAW tampak menekan
kedua lututnya (seakan-akan mencengkram keduanya). Beliau SAW merenggangkan
jari-jarinya. Lalu memerintahkannya kepada orang yangtidak benar sholatnya
dalam sabdanya ”Jika engkau ruku
letakkanlah kedua tangnmu di atas lututumu. Kemudian renggangkanlah jari-jarimu
sampai tulang belakangmu menjadi mapan ditempatnya.” (HR Ibnu Khuzaimah
& Ibnu Hibban). Beliau SAW merenggangkan kedua sikunya dari lambungnya.
Ketika ruku Beliau SAW membentangkan dan meluruskan punggungnya sampai-sampai
jika dituangkan air dari diatasnya tidak akan tumpah, Lalu, Beliau SAW bersabda
kepada orang yang tidak benar sholatnya ”Jika engkau ruku, letakkanlah
tangamu pada kedua lututmu. Lalu, bentanglah punggungmu dan tekanlah tanganmu
dalam rukumu.” (HR Ahmad & Abu Daud). Rasulullah SAW tidak membungkuk
terlalu kebawah dan tidak pula mendongakkan terlalu keatas. Akan tetapi
tengah-tengah di antara keduanya.
2. Wajib Thumaninah Dalam Ruku
Beliau
SAW dengan thumaninah (tenang) dan memerintahkan demikian kepada orang yang
tidakbenar sholatnya sebagaimana yang dijelaskan diatas. Sabda Beliau SAW ”Sempurnakanlah
ruku dan sujudmu. Demi jiwaku yang berada dalam genggamanNya, sesungguhnya aku
benar-benar melihat kamu dari balik punggungku saat kamu ruku dan sujud.” (HR
Bukhari & Muslim). Dalam riwayat Ath-Thayalisi dan Ahmad, Abu Hurairah
berkata ”Kekasihku Rasulullah SAW melarangku bersujud dengan cepat seperti
halnya ayam yang mematuk makanan, menoleh-nolah seperti musang dan duduk sepeti
kera.”
3. Bacaan-Bacaan Ruku
Dalam
ruku Rasulullah SAW membaca bacaan yang beragam. Terkadang membaca sebuah
bacaan dan di lain kesempatan membaca bacaan lain. Diantara bacaan Beliau SAW
adalah:
·
”Sub hana rabbiyal’adhim”
(3x) (”Mahasuci Tuhanku Yang Mahaagung”) (Dibaca
3 kali) (HR. Ahmad, Abu Daud & Ibnu Majah). Terkadang membacanya lebih dari
3 kali (yang menunjukkan lamanya sholat Beliau SAW). Bahkan pada suatu kali
dalam sholat lail Beliau SAW membacanya dengan mengulang-ulang sehingga
lama ruku’nya sama dengan lama berdirinya. Padahal Beliau membaca 3 surah
panjang (al-Baqarah, an-Nisaa dan Ali Imran) diselingi dengan doa-doa dan
istighfar.
·
”Sub hana rabbiyal’adhimi wabihamdih” (3x)
(”Mahasuci dan Mahaagung Allah, segala puji bagiNya”) (Dibaca 3 kali)
(HR Abu Daud, Daruquthni, Ahmad & Thabrani).
·
”Sub hanaka allahumma
wabihamdika allahummagh firli” (”Mahasuci Engkau wahai Thuhan dan dengan
memujiMu ampunilah aku”) Rasulullah SAW
memperbanyak dao ini dalam ruku dan sujudnya.
·
Dan lain-lain.
4. Larangan Membaca Al-Qur’an Saat Ruku
Beliau
SAW melarang membaca al-Qur’an saat ruku dan sujud dalam sabdanya ”Ketahuilah
sesungguhnya aku melarang bacaan al-Qur’an saat ruku. Hendalah kalian
mengagungkan Tuhan Yang Mahaperkasa. Sedangkan dalam bersujud hendaknya
bersungguh-sungguhlah berdoa karena doa itu tentu dikabulkan.” (HR Muslim
& Abu Uwanah).
5. Bangun dari Ruku (I’tidal) dan Bacaannya
Kemudian
Rasulullah SAW bangkit dari ruku sambil mengucapkan ”Sami allahu liman
hamidah” (Allah mendengar ornag yang memujiNya”) (HR Bukhari & Muslim).
Beliau SAW memerintahkan demikian kepada orang yang tidak benar sholatnya dalam
sabdanya ”Tidak sempurna sholat seseorang sehingga bertakbir. Kemudian ruku
lalu mengucapkan Sami’a Allahu liman hamidah (Allah mendengar orang yang
memujiNya) sampai berdiri dengan tegak” (HR Abu Daud dan Hakim) Ketika
berdiri dengan tegak Beliau mengucapkan ”Rabbanaa walakal hamdu” (”Wahai
Tuhan kami dan segala puji hanyalah milik-Mu”) (HR Bukhari dan Ahmad)
Rasulullah SAW memerintahkan demikian kepada semua orang yang sholat, baik
makmum maupun bukan makmum dalam sabdanya ”Sholatlah seperti kalian
melihatku sholat” (HR Bukhari & Ahmad).
6. Memperpanjang Berdiri I’tidal dan Kewajiban Thumuninah.
Lama
berdiri i’tidal Rasulullah SAW sama seperti rukunya, sebagaimana yang telah
dijelaskan diatas. Bahkan kadang Rasulullah SAW berdiri lama sampai dianggap
lupa oleh sahabatnya karena lamanya Beliau berdiri. Demikian yang diriwayatkan
oleh Bukhari, Muslim dan Ahmad. Rasulullah SAW bersabda ”Kemudian
tegakkanlah kepalamu sampai engkau berdiri tegak (sampai semua tulang kembali
menempati tempatnya masing-masing). (Dalam sebuah riwayat dikatakan : Apabila
kamu berdiri i’tidal, maka tegakkanlah kepalamu sampai tulang-tulang kembali
kepada posisinya semula).” (HR Bukhari, Muslim, Hakim & Ahmad). Beliau
juga bersabda ”Allah tidak akan melihat sholat seorang hamba yang tidak
meluruskan tulang punggungnya antara ruku dan sujudnya.” (HR Ahmad &
Thabrani)
D.
Tata
cara bacaan sujud serta duduk diantara dua sujud
1.
Turun Bersujud Dengan Mendahulukan Kedua Tangan
Rasulullah SAW meletakkan kedua
tangannya di atas tanah sebelum kedua lututnya. Beliaupun memerintahkan
sahabatnya melakukan hal demikian ”Apabila seseorang dari kalian hendak
bersujud, hendaknya tidak melakukannya seperti duduknya unta. Tetapi hendaknya
meletakkan tangannya sebelum meletakkan kedua lututnya.” (HR Abu Daud dan
Nasa’i). Beliau SAW bersabda, ”Sesungguhnya kedua tangan turut bersujud
sebagaimana sujudnya wajah. Apabila seseorang dari kalian meletakkan wajahnya
diatas tanah, maka hendaklah meletakkan juga kedua tangannya. Apabila
mengangkat wajahnya maka hendaknya mengangkat juga kedua tangannya.” (HR
Ibnu Khuzaimah, Ahmad & Siraj).
Beliau bersabda, ”Tidak sah
sholat seseorang yang hidungnya tidak menyentuh tanah sebagai mana halnya
dahinya.” (HR Daruquthni, Thabrani dan Abu Na’im). Beliau menekan kedua
lututnya dan ujung kedua telapak kakinya. Menghadapkan ujung jarinya ke arah kiblat,
merapatkan tumitnya dan menegakkan telapak kakinya.Beliau pun menyuruh berbuat
demikian. Inilah tujuh anggota yang dipergunakan Nabi SAW untuk bersujud, yaitu
dua telapak tangan, dua lutut, dua kaki, dahi dan hidung. Rasulullah SAW
menjadikan dua anggota terakhir (dahi dan hidung) menjadi satu dalam sujud.
Beliau SAW bersabda ”Aku perintahkan untuk bersujud, (dalam riwayat lain
disebutkan : Kami diperintahkan untuk bersujud dengan menggunakan 7 anggota
badan) yaitu dahi, (dan menunjuk hidungnya dengan tangan) serta kedua tangan,
(Dalam lafal lain disebutkan : Dua telapak tangan, dua lutut, ujung kedua
telapak kaki, dan kami tidak boleh menyibak19 baju dan rambut).” (HR
Bukhari dan Muslim).
2.
Kewajiban Thumuninah Dalam Sujud
Rasulullah SAW selalu memerintahkan
agar menyempurnakan ruku dan sujud. Orang yang tidak melakukannya
diperumpamakan seperti orang yang lapar. Ia memakan satu atau dua butir kurma
yang tidak mengenyangkan sama sekali. Beliau SAW bersabda ”Orang yang
demikian itu adalah pencuri yang paling buruk.” Beliau SAW menyatakan tieak
sah sholat orang yang ruku dan sujudnya tidak lurus, sebagaimana yang telah
diuraikan pada bab Ruku.
3.
Do’a-do’a sujud
Dalam sujudnya Rasulullah SAW
membaca beberapa zikir dan doa yang berbeda-beda, diantaranya sebagai berikut :
1) ”Subhana
rabbiyal a’la” (”Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi”),
tiga kali atau lebih. Pernah dalam sholat malam Rasulullah SAW mengucapkan
berulang-ulang sehingga lama sujudnya hampir sama dengan berdirinya. Padahal
dalam berdirinya Beliau SAW membaca 3 surah yang panjang (al-Baqarah, an-Nisaa
dan Ali Imran), diselingi dengan bacaan doa dan istighfar sebagaimana yang
dijelaskan dalam sholat lail (malam, tahajjud)
2) ”Subhaana
rabbiyal a’la wabihamdih.” (”Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi dan segala puji
bagiNya”).
3) ”Subbuuhun qudduusun rabbul malaaikati
warruuhu.” (”Mahasuci dan Mahakudus, Tuhan malaikat dan ruh).
4) ”Subhaanaka
allahumma rabbanaa wabihamdika allahummaghfirlii.” (”Mahasuci Engkau, wahai
Tuhan, Tuhan kami dan dengan memujiMu wahai Tuhan, ampunilah aku”).
(HR Bukhari dan Muslim). Bacaan ini banyak Beliau SAW baca pada saat ruku dan
sujudnya sebagaimana yang diperintahkan al-Qur’an. Dan lain-lain.
4.
Larangan Membaca Al-Qur’an Ketika Sujud
Rasulullah SAW melarang membaca
al-Qur’an ketika ruku dan sujud. Namun Beliau SAW menyuruh untuk
bersungguh-sungguh dan memperbanayk doa waktu sujud sebagaimana diterangkan
dalam bab Ruku. Rasulullah SAW bersabda ”Seorang hamba yang paling dekat
dengan Tuhannya adalah ketika ia sedang sujud maka perbanyaklah doa (dalam
sujud).” (HR Muslim, Abu Uwanah dan Baihaqi).
5.
Melamakan Sujud
Lama Rasulullah SAW melakukan sujud
adalah hampir sama dengan lama Beliau SAW melakukan ruku. Bahkan lebih lama
lagi jika Beliau SAW sedang menghadapi masalah yang sulit sebagaimana dikatakan
oleh sahabat Beliau ” Rasulullah SAW keluar menemui pada waktu sholat Dhuhur
atau Ashar. Ketika itu Beliau menggendong Hasan dan Husen. Rasulullah SAW maju
lalu meletakkan gendongannya disebelah kanannya. Kemudian bertakbir untuk
melakukan sholat, lalu sujud dalam sholatnya itu. Beliau SAW bersujud lama
sekali.” Perawi berkata ”Aku mengangkat kepalaku diantara orang banyak. Tapi
ternyata anak kecil itu berada diatas punggung Beliau padahal Beliau sedang
sujud. Kemudian aku kembali sujud. Ketika Rasulullah SAW selesai melakukan
sholat, orang-orang bertanya ”Wahai Rasulullah engkau melakukan sujud dalam
sholatmu ini lama sekali sehingga kami mengira bahwa telah terjadi sesuatu atau
engkau sedang menerima wahyu.” Beliau bersabda ”Semua itu tidak terjadi tetapi
cucuku ini naik diatas punggungku dan aku tidak senang tergesa-gesa sampai anak
ini puas dengan keinginannya.”
6. Keutamaan sujud
Rasulullah SAW bersabda ”Tidak
ada seorang pun dari umatku kecuali aku mengenalnya padahari kiamat kelak.”
Para sahabat bertanya ”Wahai Rasulullah bagaimana Anda mengenal mereka padahal
mereka berada diantara banyak makhluk?” Beliau bersabda ”Bagaimana pendapatmu
jika diantara kumpulan kuda yang berwarna hitam terdapat seekor kuda yang
berwarna putih di dahinya dan pada kaki-kakinya” Bukankah engkau dapat
mengenalinya?” Jawab mereka ”Ya.” Beliau bersabda ”Sesungguhnya pada hari itu
umatku memancarkan cahaya putih dari wajahnya yang bekas sujud dan cahaya putih
diwajar, tangan dan kaki yang bekas wudhu.” (HR Ahmad dan Tirmidzi).
7. Sujud
diatas tanah dan tikar
Rasulullah SAW biasa sujud diatas
tanah karena masjid Beliau tidak beralaskan tikar atau lainnya. Banyak hadits
yang menerangkan hal ini diantaranya hadist Abu Said al-Khudri. Dalam hadits
riwayat Muslim dan Abu Uwanah disebutkan bahwa para sahabat melakukan sholat
berjamaah bersama Beliau ketika cuaca sangat panas. Jika diantara mereka ada
yang tidak sanggup menempelkan dahinya ke tanah, maka dia membentangkan kainnya
dan sujud diatas kain tersebut. Rasulullah SAW bersabda ”Bumi seluruhnya
telah dijadikan sebagai masjid dan alat untuk bersuci (tayamum) bagiku dan
seluruh umatku. Untuk itu dimana saja seseorang dari umatku menemui waktu
sholat maka disitulah masjidnya dan alat bersucinya. Sebelumku mereka tidak
dapat melakukan demikain karena meraka sholat di gereja-gereja dan kuil-kuil.” (HR
Ahmad dan Baihaqi).
8. Bangkit Dari Sujud (I’tidal)
Rasulullah SAW mengangkat kepalanya
dari sujud (i’tidal) seraya mengucapkan takbir. Beliau SAW memerintahkan orang
yang salah dalam sholatnya untuk melakukan yang demikian, ”Tidak sempurna
sholat seseorang hinga sujud sampai tulang punggungnya tenang, kemudian mengucapkan
Allhu Akbar. Lalu bangkit dari sujud sehingga duduk dengan tegak.” (HR
Ahmad dan Abu Daud).
9. Thumaninah
ketika duduk diantara dua sujud
Terkadang Rasulullah SAW duduk
dengan menegakkan telapak kaki dan tumit kedua kakinya. Rasulullah SAW
melakukan duduk diantara dua sujud dengan thumuninah sehingga tuliang
belakangnya rata dan mapan. Beliau SAW juga menyuruh orang yang salah dalam
sholatnya untuk melakukan hal itu. Beliau SAW bersabda ”Tidak sempurna
sholat seseorang diantara kamu sehingga dia melakukan yang demikian.” (HR
Abu Daud dan Hakim). Beliau SAW melamakan duduknya sehingga hampir sama dengan
sujudnya. Demikian yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim. Terkadang Beliau SAW
diam lama sampai ada yang mengatakan ”Beliau telah lupa.”
10. Do’a
ketika duduk diantara dua sujud
Ketika
duduk diantara dua sujud Rasulullah SAW membaca doa sebagai berikut :
1) ”Rabbighfirlii
warhamnii wajburnii warfa’nii, wahdinii, wa’aanifinii, warzuqnii.” (”Ya Allah
ampunilah aku, kasihanilah aku, cukupkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah
aku petunjuk, jadikanlah aku sehat dan berilah rizki.” (HR Daud, Tirmidzi dan
Ibnu Majah).
2) ”Rabbighfirlii rabbighfirlii.” (Wahai
Tuhan, ampunilah aku, ampunilah aku”)
E.
Tasyahhud
awal
1. Menggerakan
jari telunjuk ketika duduk tasyahhud awal
Dalam hadits riwayat
Muslim dan Abu Uwanah disebutkan bahwa Nabi SAW merenggangkantelapak tangan
kiri diatas lutut kirinya. Tetapi Beliau SAW menggenggam semua jari
tangankanannya dan mengacungkan telunjuknya ke kiblat. Lalu mengarahkan
pandangan mata ke telunjuknya.
2. Kewajiban
duduk tasyahhud awal dan membaca do’a
Nabi SAW membaca doa
tahiyat setiap dua rakaat. Yang pertama kali Beliau SAW lakukan dalam duduk
(pada rakaat kedua) adalah membaca “At-tahiyyatu lillah.” Apabila Beliau
lupa melakukanduduk (tasyahhud) pada dua rakaat yang pertama maka Beliau
melakukan sujud sahwi. Beliau SAW menyuruh melakukan itu, ”Bila kamu
sekalian duduk pada setiap dua rakaat ucapkanlah attahiyyat. Kemudian hendaklah
seseorang memilih doa yang disenanginya dan memohon (apa yang diminta) kepada
Allah Yang Mahaperkasa dan Mahamulia.” (HR Nasa’i, Ahmad, dan Thabrani). Dalam
hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW mengajarkan
tasyahhud kepada para sahabatnya seperti Beliau mengajarkan surah-surah
al-Qur’an. Menurut sunnah (hadits riwayat Abu Daud dan Hakim), bacaan tasyahhud
ini diucapkan dengan samar.
3. Macam-Macam Bacaan Tasyahhud
Rasulullah SAW
mengajarkan kepada para sahabatnya berbagai macam bacaan tasyahhud.
1) Tasyahhud
Ibnu Mas’ud
Ibnu Mas’ud mengatakan
bahwa Rasulullah SAW mengajarkan tasyahhud sambil menggenggam tangannya seperti
Beliau mengajarkan surah al-Qur’an, ”Attahiyyatulillah, washolawaatu
wath-thoyyibaatu, assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu ......
(Semua ucapan
penghormatan, pengagungan, dan pujian hanya milik Allah. Segala pemeliharaan
dan pertolongan Allah akan diberikan untukmu, wahai Nabi ..........) (dan
seterusnya).
1) Tasyahhud
Ibnu Abbas
Ibnu Abbas berkata
”Rasulullah telah mengajarkan kepada kami tasyahhud sebagaimana Beliau
mengajarkan kepada kami surah al-Qur’an dimana bacaan tersebut berbunyi, ”Attahiyyaatul
mubaarakaatush sholawaatuth thoyyibaatulillah, assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu
warahmatullaahi bawarakaatuh ...... (Segala ucapan penghormatan, berkah dan
karunia, ucapan pengagungan dan pujian hanyalah milik Allah. Semua perlindungan
dan pmeliharaan akan diberikan untukmu, wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah
dan karuniaNya.....) (dan seterusnya).
2) Tasyahhud
Ibnu Umar
Rasulullah
SAW mengucapkan dalam tasyahhudnya, ”Attahiyyatulillah, washolawaatu
wath-thoyyibaatu, assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh
..... (Semua ucapan penghormatan milik Allah, begitu pula kurnia dan
pengagungan. Segala pertolongan dan pemeliharaan akan diberikan untukmu, wahai
Nabi ..........) (dan seterusnya).
3) Dan
lain-lain.
4. Shalawat Nabi, Tempat Dan Lafalnya
1. “Allahumma
sholi ‘ala muhammad, wa’ala ahli baitih, wa’ala azwaajihia wadzurriyyatihi,
kamaa shollaita ‘ala aali ibraahim, innaka hamiidun majiid, wabaarik ‘ala
muhammad, wa’ala azwaajihii wadzurriyyatihi, kamaa baarakta ‘ala baitihi aali
ibraahim innaka hamiidun majid(Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad 26
keluarganya, istrinya, dan keturunannya sebagaimana Engkau (Allah) telah
berikan kepada keluarga Ibrahim. …… (da seterusnya). Inilah
lafal shalawat yang biasa dibaca Nabi SAW.
2. “Allahumma
sholli ‘ala muhammad, wa’ala aali muhammad, kamaa shollaita ‘ala ib-roohiim,
wa’ala ib-rohiim, innaka hamiidun majiid, Allahumma baarik ‘ala muhammad,
wa’ala aali muhammad, kamaa baarokta ‘ala ib-roohiim, wa’ala ib-rohiim, innaka
hamiidun majiid” (Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarganya
sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim dan kepada
keluarganya. Sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi Mahaagung ………(dan
seterusnya).
3. Dan lain-lain
5. Bangkit Ke Rakaat Ketiga Dan Keempat
Dalam hadits riwayat Bukhari dan
Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW bangkit ke rakaat ketiga seraya mengucapkan
takbir. Beliau SAW memerintahkan orang yang shalatnya salah untuk melakukan itu
sebagaimana sabdanya, ”Kemudian lakukanlah seperti itu pada setiap rakaat
dan sujud”.
Nabi SAW mengucapkan takbir ketika
bangkit dari duduk, kemudian Beliau SAW berdiri. Beliau SAW kadang mengangkat
kedua tangnnya bersamaan dengan mengucapkan takbir. Demikian yang diriwayatkan
oleh Bukhari dan Abu Daud. Apabila Beliau SAW hendak bangkit ke rakaat keempat,
Beliau SAW mengucapkan ”Allahu akbar”. Beliau SAW mengangkat kedua
tangnnya bersamaan saat takbir. Beliau SAW menyuruh orang yang shalatnya salah
untuk melakukan seperti ini.
Kemudian Beliau SAW duduk tegak
diatas kaki kirinya sampai ruas tulang punggungnya mapan lurus). Lalu, Beliau
SAW bangkit seraya bertumpu dengan tangannya ke tanah. Demikian diriwayatkan
Bukhari dan Abu Daud.
F. Tasyahhud akhir dan
salam
1. Tasyahhud Akhir dan Kewajiban Membacanya
Setelah
rakaat keempat, Nabi SAW duduk tasyahhud akhir. Dalam tasyahhud akhir ini
Beliau SAW memerintahkan untuk membaca bacaan seperti pada tasyahhud awal. Juga
melakukan kegiatan seperti di awal. Hanya saja pada tasyahhud akhir ini Beliau
SAW duduk tawaruk. Yaitu punggung telapak kaki kiri menempel ke tanah,
ujung kaki kiri dan kaki kanan berada pada satu sisi. Sehingga menjadikan kaki
kiri berada di bawah paha dan punggung betis kaki kanan. Juga dengan menegakkan
telapak kaki kanannya tetapi kadang mendatarkannya.
Beliau
SAW menahan tubuhnya pada lutut kirinya dengan telapak tangan kirinya. Nabi SAW
mencontohkan shalawat seperti Beliau SAW mencontohkan hal itu dalam tasyahhud
awal, sebagaimana yang telah dijelaskan.
2. Kewajiban Membaca Shalawat Nabi pada Tasyahhud Akhir
Nabi
SAW pernah mendengar seseorang mengucapkan do’a dalam shalatnya tetapi tanpa
mengucapkan pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi SAW, lalu Beliau SAW
bersabda kepadanya, “Orang ini tergesa-gesa”. Kemudian Beliau SAW
memanggil orang itu lalu bersabda kepadanya dan orang yang lainnya, “Bila
seseorang shalat, hendaklah ia memulainya dengan bacaan tahmid dan pujian
kepada Allah ‘azza wa jalla. Kemudian mengucapkan shalawat Nabi lalu
memanjatkan do’a yang diinginkannya.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Hakim).
Rasulullah
SAW melihat seseorang sedang shalat. Kemudian ia membaca hamdalah dan memuji
Allah lalu mengucapkan shalawat Nabi. Beliau SAW bersabda kepadanya ”Memohonlah
niscaya akan dikabulkan dan mintalah niscara akan diberi.” (HR. Nasa’i).
3. Kewajiban Memohon Perlindungan dari 4 Macam Hal
Nabi
SAW bersabda, ”Bila seseorang selesai membaca tasyahhud (akhir), hendaklah
ia memohon perlindungan kepada Allah dari 4 perkara. Yaitu ’Allahumma innii
a’uudzubika min ’adzaabi jahannam wamin ’adzaabil qobri, wamin fitnatil mahyaa
wal mamaat, wamin syarri fitnatil masiihid dajjaal’ (Ya Allah aku berlindung
kepadaMu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan
mati, dari fitnah Dajjal’. Selanjutnya hendaklah ia berdo’a memohon kebaikan
untuk dirinya sesuai kepentingannya”. (HR. Muslim, Abu Uwanah, dan Nasa’i).
Menurut
Abu Daud dan Ahmad, Nabi SAW biasa membaca do’a tersebut dalam tasyahhudnya.
Nabi SAW mengajarkan do’a tersebut kepada para sahabatnya seperti Beliau SAW
mengajarkan surah Al-Qur’an kepada mereka.
4. Membaca Salam
Nabi
SAW mengucapkan salam dengan menoleh ke kanan seraya mengucapkan “Assalaamu
‘alaikum warahmatullah”, sehingga terlihat pipi kanannya yang putih. Juga
menoleh ke kiri seraya mengucapakan “Assalaamu ‘alaikum warahmatullah”, sehingga
terlihat pipi kirinya yang putih. Demikian diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud,
Nasa’i dan Tirmidzi. Menurut riwayat Abu Daud terkadang Nabi SAW menambahkan
dengan “Wabarokaatuh” pada salam pertamanya.
Dalam
hadits riwayat Nasa’I disebutkan bahwa ketika menoleh ke kanan, terkadang
Beliau SAW mengucapakan “Assalaamu ‘alaikum warahmatullah”, dan ketika
menoleh ke kiri hanya mengucapakan “Assalaamu ‘alaikum”. Terkadang
Beliau SAW mengucapkan salam sekali saja dengan ucapan “Assalaamu ‘alaikum” (dengan
sedikit memalingkan wajahnya ke kanan). Demikian yang diriwayatkan Ibnu
Khuzaimah dan Baihaqi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Semua
sifat shalat Nabi SAW yang telah diuraikan adalah berlaku bagi semua orang,
baik pria maupun wanita. Sabda Nabi SAW yang mengatakan ”Shalatlah kalian
sebagaimana kalian melihatku shalat”, bersifat umum dan juga mencakup kaum
wanita. Ibrahim an-Nakhai berkata ”Wanita melakukan pekerjaan dalam shalat
seperti yang dilakukan kaum pria”.
Tidak
ada perbedaan antara shalatnya kaum pria dan wanita yang membedakan hanya
pakaian yang dikenakan ketika melakukan shalat. Sedangkan cara-cara melakukan
shalatnya sama seperti kaum pria dari takbir hingga salam dengan cara-cara yang
telah di uraikan.
B.
Saran
Agar
ibadah kita lebih baik dan bernilai di mata Allah hendaklah kita mempelajari
tata cara peribadahan khusunya shalat dari buku-buku atau kitab yang sahih
hadis-hadisnya. Pelajari isi yang ada dalam buku atau kitab tersebut dan
hendaklah meminta bimbingan kepada orang yang lebih ilmunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar